SEPERTI biasa, Mh. Isnaeni tampak gembira. Berstelan safari
warna krem, Sabtu kemarin ia turun di halaman kantor DPA jalan
Merdeka Utara. Di mana Sunawar Sukowati? Lho, apa dia selalu
saya kantongi? jawabnya sambil tertawa. Bukan sebagai wakil
ketua DPR-MPR melainkan ketua DPP PDI reshuffle, pagi itu ia
menemui Wilopo, ketua DPA yang boleh dianggap sesepuh PNI.
Minggu lalu Wilopo -- yang kabarnya atas permintaan Adam Malik -
memang menyediakan diri sebagai penengah dalam konflik
orang-orang PNI dalam tubuh DPP PDI. Sebelumnya Wilopo sudah
bertemu dengan Sanusi Hardjadinata dan sesudah itu Alexander
Wenas & Wignjosumarsono, unsur Parkindo dan Partai Katolik dalam
PDI. Menurut rencana, dalam minggu ini juga, Wilopo akan bertemu
dengan Isnaeni-Sunawar dan Sanusi-Usep, baik secara bersama
maupun terpisah.
Berhasilkah Wilopo? Di mata Karnaradjasa - tokoh PNI dulu yang
mengaku sayap radikal kiri -- turun tangannya Wilopo tak akan
menyelesaikan persoalan secara tuntas. Itu hanya semacam
feodalisme - minta pertolongan orang tua, katanya. Meski begitu,
usaha Wilopo bukannya tiada guna. Sebab kedua belah pihak yang
secara sungguh-sungguh menerima uluran tangan itu tampaknya
masih bisa Inenerima pikiranpikiran Wilopo sebagai dasar
pertimbangan penyelesaian yang dilaksanakan lewat Majelis
Pertimbangan Partai, lembaga tertinggi antara dua kongres.
Sampai minggu lalu, ternyata kedua DPP itu sudah menyusun MPP
masing-masing. DPP Sanusi sebanyak 167 orang, DPP Isnaeni 10
orang Abdul Madjid dari DPP Sanusi menolak pendapat adanya kesan
seo1ah mereka berlomba. Kami tidak berlomba. Ka1au Isnaeni mau
cepat-cepatan, silakam Yang penting bagi kami membentuk DPP
sesuai dengan peraturan organisasi, katanya. Mungkinkah kedua
MPP itu kelak dikawinkan? Ah, pacaran saja belum kok sudah mau
kawin, tukas Wignjosumarsono dari DPP Isnaeni.
Sementara DPI Isnaeni sudah akan menyelenggarakan sidang MPP
18-21 Desember nanti, pihak Sanusi malah belum memastikan kapan
MPPnya bersidang. Mungkin bisa sampli setelah sidang umum MPR,
kata TAM Simatupang, salah seorang ketua DPP Sanusi.
Yang berhak membentuk MPP hanya DPP hasil kongres. Dua
pembentukan itu tak ada hubungannya dengan anjuran Kaskopkamtib
yang mentargetkan sebelum sidang umum MPR. Kami semata-mata
melaksanakan anggaran dasar," tambahnya.
Hal itu mungkin saking getolnya DPP Sanusi ingin melaksanakan
aturan. Sebab sebagian anggota MPP harus ditentukan lewat
konperensi daerah.
Kapan konperensi daerah? Nanti kalau sudah ada biaya, jawab TAM
Simatupang sambil tertawa. Anehnya, menjawab pertanyaan sama,
Isnaeni berkata: Kan ada larangan dari Sanusi untuk
menyelenggarakan konperensi daerah?
Kirim Kurir
Dengan ucapan Isnaeni itu, bisakah diartikan sudah adanya
tanda-tanda rujuk? Belum jelas juga, meskipun keresahan massa
PDI sudah merembet ke beberapa daerah, terutama di basis-basis
utama seperti Jawa Tengah, Yogya, Jawa Timur dan Bali.
Pihak Isnaeni kabarnya bahkan mengirim kurir ke daerah-daerah
atau memanggil beberapa cabang ke Jakarta. Meski begitu,
tampaknya Jawa Tengah masih menunggu angin -- kecuali Subekti
dari Sala yang jelas pro Isnaeni. Ketua DPD PDI Jawa Tengah,
Burhan dalam keadaan sakit dikabarkan masih sempat memanggil
beberapa rekannya untuk membicarakan situasi yang sebenarnya.
Lebih jelas dari Jawa Tengah adalah Yogya yang tidak memihak.
Pokoknya tidak ambil posing, dikatakan banci ya biar, asal Yogya
tidak pecah, kata F.J. Basuki, ketua DPD PDI Yogya, asal Partai
Katolik. Suhardjo Tjokrokusumo, sekretaris DPD asal Parkindo,
malah menyebut bapak-bapak di Jakarta seperti anak kecil saia.
Bali juga tidak memihak siapa-siapa. Menurut Anak Agung Kai
Susandi ketua DPD PDI Bali asal IPKI dukungan tidak
menyelesaikan masalah, malah jadi bahan tertawaan saja,
kekanak-kanakan. Cuma, seperti halnya Widmiharko, tokoh GMNI
Bali, Susandi pun kecewa lantaran tindakan Sanusi yang kurang
tegas terhadap Isnaeni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini