Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kencan Sex Di Disko?

Beberapa pelajar putri DKI diduga terlibat kenakalan sex remaja. Bukti kasus ini memang belum ada, mungkin memang bukan pelajar, tapi mengaku sebagai pelajar. Mengundang tanggapan dari berbagai pihak.(pdk)

21 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOAL sex yang menyangkut remaja kini hangat lagi. Setelah Nopember tahun lalu dikabarkan ada pemeriksaan keperawanan di sebuah sekolah di Jawa Barat, baru-baru ini disinyalir beberapa pelajar puteri SLP/SLA Jakarta mengadakan kencan di disko dan dilanjutkan ke hotel bersama 'oom-oom'. Sinyalemen itu diperoleh pada pertemuan tatap muka antara Kodak Metro Jaya dengan pimpinan keamanan Hotel se-Jakarta, Jumat minggu pertama bulan ini. Memang baru sinyalemen, tapi kontan mengundang tanggapan dari berbagai pihak. Tentu tanggapan pertama datang dari yang menjadi subyek berita itu sendiri pelajar. Sembilan anggota pengurus Ikosis (Ikatan Organisasi Siswa Intra Sekolah) DKI Jakarta Kamis minggu lalu menghadap Kadapol Metro Jaya. Mereka menyampaikan keresahan para pelajar, terutama pelajar puterinya, sehubungan sinyalemen tersebut. Juga mereka ingin tahu sejauh mana sebetulnya pelajar terlibat. "Kami ini seperti langsung divonis," keluh Mea Kusnadi, wakil Kordinator Ikosis DKI. Maksudnya berita-berita tentang kenakalan sex remaja tersebut belum tentu benar. Dibawa Ke Kamar Pernah dulu, menurut cerita Mea kepada Widi Yarmanto dari TEMPO, dikabarkan ada beberapa anak SMA Bulungan mengisap ganja di Aldiron Plaza. Ternyata kabar itu tidak sepenuhnya benar. Memang ada pengisap ganja, tapi mereka bukan lagi anak SMA Bulungan. Tepatnya, mereka memang pernah sekolah di SMA Bulungan. Seorang direktur SMA di Jakarta pun merasa ragu. Meskipun para pelajar tersebut dikabarkan ada mempunyai kartu pelajar, direktur itu berkomentar "Jangankan kartu pelajar, sedang uang pun bisa dipalsukan." Andai terjadi benar, apa komentar pak direktur itu? Katanya kepada TEMPO "Yang pertama-tama salah ialah orang tua." Menurut pendapat direktur tersebut kebudayaan disko dibawa ke mari oleh orang tua lalu uang saku anak-anak itu pun pemberian orang tua. "Jadi jangan salahkan anak muda sepenuhnya," katanya. Contoh pun diberikan. Pernah seorang muridnya lama tak masuk sekolah. Orangtuanya lantas dipanggil. Eh, tak muncul juga. Setelah diusut ternyata keluarga si anak berantakan. Menteri P & K selesai melantik Dir-Ut Balai Pustaka Sabtu minggu lalu berpendapat sama. "Karena tanggung jawab pendidikan ada pada masyarakat, pemerintah dan orangtua, kami pun merasa prihatin. Tapi yang paling dekat dengan anak ialah orangtua. Saya ingin menghimbau orangtua agar lebih memperhatikan anak-anaknya." Kenapa? Daya perangsang berbuat kejahatan sekarang ini semakin besar," jawab Daoed. Bukti kasus kenakalan sex remaja ini memang belum ada. Kadapol Anton Sudjarwo sendiri, ketika menerima pengurus Ikosis mengatakan "Mungkin memang bukan pelajar, tapi yang mengaku pelajar." Tapi di antara sekian puluh ribu pelajar di DKI Jakarta, ada yang bisa bercerita dengan jelas, meski kebcnarannya sulit juga dicek. Misalnya pernah seorang pelajar pria diajak teman puterinya ke sebuah hotel. Mereka nongkrong di hotel sambil pacaran. Eh, begitu ada 'oom-oom' yang sorangan, langsung saja si cewek teriak "Ikut, dong, oom." Dan memang si mudi lantas ikut, sementara si muda bengong sendirian. "Saya nggak tahu, bagaimana kelanjutannya Apa teman saya itu dibawa ke kamar atau tidak. Mungkin memang dibawa ke sana. Dan barangkali sudah sering," kata si muda menutup kisahnya. Lalu apa yang akan dilakukan Ikosis? "Terjun langsung menangani kasus ini kami tak ada hak. Janji pak Anton, semua persoalan akan ditangani polisi," kata Mea Kusnadi. "Kalau dengar cerita kawan-kawan, rasanya ada benarnya. Tapi sulit membuktikannya," tambahnya. Dari Kodak Metro Jaya R.A. Tonang menjelaskan, kenapa sebelum ada bukti kasus ini sudah disebarkan lewat pers: "Supaya tidak terlambat. Kalau terlambat, nanti polisi yang dikambing hitamkan, 'kan repot."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus