SOAL sex yang menyangkut remaja kini hangat lagi. Setelah
Nopember tahun lalu dikabarkan ada pemeriksaan keperawanan di
sebuah sekolah di Jawa Barat, baru-baru ini disinyalir beberapa
pelajar puteri SLP/SLA Jakarta mengadakan kencan di disko dan
dilanjutkan ke hotel bersama 'oom-oom'. Sinyalemen itu diperoleh
pada pertemuan tatap muka antara Kodak Metro Jaya dengan
pimpinan keamanan Hotel se-Jakarta, Jumat minggu pertama bulan
ini.
Memang baru sinyalemen, tapi kontan mengundang tanggapan dari
berbagai pihak. Tentu tanggapan pertama datang dari yang menjadi
subyek berita itu sendiri pelajar. Sembilan anggota pengurus
Ikosis (Ikatan Organisasi Siswa Intra Sekolah) DKI Jakarta Kamis
minggu lalu menghadap Kadapol Metro Jaya. Mereka menyampaikan
keresahan para pelajar, terutama pelajar puterinya, sehubungan
sinyalemen tersebut. Juga mereka ingin tahu sejauh mana
sebetulnya pelajar terlibat. "Kami ini seperti langsung
divonis," keluh Mea Kusnadi, wakil Kordinator Ikosis DKI.
Maksudnya berita-berita tentang kenakalan sex remaja tersebut
belum tentu benar.
Dibawa Ke Kamar
Pernah dulu, menurut cerita Mea kepada Widi Yarmanto dari TEMPO,
dikabarkan ada beberapa anak SMA Bulungan mengisap ganja di
Aldiron Plaza. Ternyata kabar itu tidak sepenuhnya benar. Memang
ada pengisap ganja, tapi mereka bukan lagi anak SMA Bulungan.
Tepatnya, mereka memang pernah sekolah di SMA Bulungan.
Seorang direktur SMA di Jakarta pun merasa ragu. Meskipun para
pelajar tersebut dikabarkan ada mempunyai kartu pelajar,
direktur itu berkomentar "Jangankan kartu pelajar, sedang uang
pun bisa dipalsukan."
Andai terjadi benar, apa komentar pak direktur itu? Katanya
kepada TEMPO "Yang pertama-tama salah ialah orang tua." Menurut
pendapat direktur tersebut kebudayaan disko dibawa ke mari oleh
orang tua lalu uang saku anak-anak itu pun pemberian orang tua.
"Jadi jangan salahkan anak muda sepenuhnya," katanya. Contoh pun
diberikan. Pernah seorang muridnya lama tak masuk sekolah.
Orangtuanya lantas dipanggil. Eh, tak muncul juga. Setelah
diusut ternyata keluarga si anak berantakan.
Menteri P & K selesai melantik Dir-Ut Balai Pustaka Sabtu minggu
lalu berpendapat sama. "Karena tanggung jawab pendidikan ada
pada masyarakat, pemerintah dan orangtua, kami pun merasa
prihatin. Tapi yang paling dekat dengan anak ialah orangtua.
Saya ingin menghimbau orangtua agar lebih memperhatikan
anak-anaknya." Kenapa? Daya perangsang berbuat kejahatan
sekarang ini semakin besar," jawab Daoed.
Bukti kasus kenakalan sex remaja ini memang belum ada. Kadapol
Anton Sudjarwo sendiri, ketika menerima pengurus Ikosis
mengatakan "Mungkin memang bukan pelajar, tapi yang mengaku
pelajar."
Tapi di antara sekian puluh ribu pelajar di DKI Jakarta, ada
yang bisa bercerita dengan jelas, meski kebcnarannya sulit juga
dicek. Misalnya pernah seorang pelajar pria diajak teman
puterinya ke sebuah hotel. Mereka nongkrong di hotel sambil
pacaran. Eh, begitu ada 'oom-oom' yang sorangan, langsung saja
si cewek teriak "Ikut, dong, oom." Dan memang si mudi lantas
ikut, sementara si muda bengong sendirian. "Saya nggak tahu,
bagaimana kelanjutannya Apa teman saya itu dibawa ke kamar atau
tidak. Mungkin memang dibawa ke sana. Dan barangkali sudah
sering," kata si muda menutup kisahnya.
Lalu apa yang akan dilakukan Ikosis? "Terjun langsung menangani
kasus ini kami tak ada hak. Janji pak Anton, semua persoalan
akan ditangani polisi," kata Mea Kusnadi. "Kalau dengar cerita
kawan-kawan, rasanya ada benarnya. Tapi sulit membuktikannya,"
tambahnya.
Dari Kodak Metro Jaya R.A. Tonang menjelaskan, kenapa sebelum
ada bukti kasus ini sudah disebarkan lewat pers: "Supaya tidak
terlambat. Kalau terlambat, nanti polisi yang dikambing
hitamkan, 'kan repot."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini