Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kesinambungan Rutin di Jawa Timur

Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Jawa Timur menetapkan kembali Mochammad Said, 64, sebagai ketua. Dibawah kepemimpinannya Golkar meraih sukses. Kursi yang disumbangkan melebihi target.

20 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TATKALA namanya disebut oleh Ketua DPP Golkar R. Soekardi, hadirin bertepuk tangan. Orang pun berebutan menyalaminya. Yang disalami, Kolonel (Purn.) Haji Mochamad Said, 64 tahun, tampak tenang saja. "Ya, ndak ada apa-apa. Ini 'kan rutin. Mungkin kalau bagi orang lain ada yang istimewa, bagi saya tidak," ujarnya sambil sesekali mengisap pipanya. Rutin. Mungkin istilah ini memang pas buat Mochamad Said, yang di hari terakhir Musyawarah Daerah Musda) Golkar tingkat I Jawa Timur, di pendopo Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, 50 km dari Surabaya, Sabtu pekan lalu, kembali terpilih sebaai ketua untuk periode 1988-1993. Soalnya, ia sudah terpilih tiga kali berturut-turut untuk jabatan itu, sejak Musda II Golkar Jawa Timur, 1978. Padahal, sampai beberapa hari menjelang Musda, banyak orang mengira Said tidak lagi dipilih. Pelantikannya sebagai anggota DPA, 6 Agustus yang lalu, ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa Said akan "dinaikkan" ke Jakarta. Sebagai anggota DPA, ada anggapan Said sudah tak layak lagi menjadi ketua Golkar Jawa Timur, yang masih berada di bawah gubernur. Apalagi dalam beberapa Musda Tingkat I yang telah berlangsung di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Aceh, semua yang terpilih adalah ketua yang baru. Di NTB, Musda yang berakhir 3 Agustus yang lalu memilih Kolonel Lukman Sakdiah Rabu Tanjung, 50 tahun, sebagai ketua. Lukman, berasal dari Binjai, Sumatera Utara, pernah menjabat asisten Sospol Kodam Udayana di Denpasar, dan terakhir menjadi ketua F-ABRI merangkap wakil ketua DPRD NTB di Mataram. Musda di Aceh, 2-4 Agustus yang lalu, memilih Kolonel (Purn.) Abdullah Muda sebagai ketua DPD Golkar yang baru. Abdullah Muda, 55 tahun, sebelum pensiun awal Agustus yang lalu adalah Kapolda Aceh. Dalam Musda tingkat II (kabupaten/kota madya) di Jawa Timur juga kelihatan bahwa lebih banyak pimpinan baru yang naik. Dari 777 pengurus Golkar tingkat II yang terpilih dalam Musda itu -- Jawa Timur terdiri atas 37 daerah tingkat II -- 486 di antaranya adalah pengurus baru. Dengan demikian, tak aneh kalau banyak orang meragukan Mochamad Said, ketua Kebun Binatang Surabaya ini, bisa kembali terpilih. Maka, beredarlah nama-nama yang dianggap bisa menjadi saingannya: Kolonel Hasril Harun, 49 tahun, kepala Direktorat Sospol pemda Jawa Timur, dan Kolonel (Purn.) Djliteng Soejoto, 59 tahun, bekas Bupati Pasuruan. Tapi menjelang Musda itu, sebuah sumber di DPP Golkar sudah mengisyaratkan bahwa yang terpilih tetap si jago tua itu. Sistem pemilihan yang disepakati Golkar dalam Musda tetap menggunakan tiga jalur, yaitu jalur ABRI, Korpri, dan Golkar. Artinya, yang menyeleksi nama-nama calon ketua dan sekretaris DPD Golkar tingkat I adalah pimpinan tiga jalur itu di tingkat pusat. Nah, pimpinan tiga jalur tadi masih tetap mempercayai Mochamad Said memimpin Golkar Jawa Timur dalam lima tahun mendatang. Maka, menurut sumber itu, ketika Ketua DPP Golkar R. Soekardi berangkat ke Surabaya untuk menjadi ketua formatir yang akan memilih pengurus DPD Golkar Jawa Timur, nama Mochamad Said sudah di kantung. "Itu sebetulnya sudah bisa dibaca dengan kehadiran Pak Dhar ke Surabaya untuk membuka Musda itu," ujar sumber tadi. Sebuah sumber lain lebih memperjelas keterangan itu dengan menyebutkan bahwa Ketua DPP Golkar Sudharmono selama ini diketahui menyenangi kepemimpinan Mochamad Said di Jawa Timur. Memang, dalam Pemilu yang lalu, Golkar Jawa Timur melonjak dalam mengumpulkan suara. Dari 299 kursi yang diperoleh Golkar di seluruh Indonesia, Jawa Timur menyumbangkan 46 kursi, berarti di atas jumlah yang ditargetkan DPP Golkar, 43 kursi. Maka, selama musim Musda ini, baru Musda tingkat I Jawa Timur yang dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP Golkar Sudharmono. "Musda ini punya arti istimewa. Sebab, tidak mungkin saya membuka semua Musda," ujar Sudharmono, Wakil Presiden itu, ketika membuka Musda di Balai Prajurit Kodam V Brawijaya, Surabaya, Rabu siang pekan lalu. Setelah menyebutkan berbagai keberhasilan Golkar Jawa Timur, dalam kesempatan itu Ketua Umum DPP Golkar itu tak lupa berpesan, "Tentang kepengurusan agar diperhatikan kesinambungan dan keseimbangan, sehingga apa yang sudah dicapai bisa dilanjutkan dan kalau perlu diramu dengan dinamika yang baru." Memang itulah yang tercermin dalam kepengurusan hasil pekerjaan tujuh for matir pimpinan R. Soekardi itu. Sebagai pembantu M. Said, dalam kepengurusan itu duduk Kolonel Hasril Harun, sebagai salah satu dari tiga wakil ketua. Hasril Harun yang lahir di Bukittinggi dan masih punya kaitan famili dengan Menteri Perhubungan Azwar Anas menurut Gubernur Wahono, sebagai tokoh cukup baik. "Tapi ia belum punya pengalaman dan terlalu muda," ujar Wahono. Hasril sendiri mengakui bahwa Mochamad Said memang tepat untuk dipilih kembali sebagai ketua Golkar Jawa Timur. "Pak Said itu bukan cuma tokoh Golkar, ia tokoh politik Jawa Timur. Dia saya anggap bapak dan guru saya," katanya. Mochamad Said pernah menjabat asisten Intel Kodam Brawijaya, 1961. Sejak 1959 ia sudah menjadi wakil ketua DPRGR Jawa Timur, dan 1967-197 menjadi ketua DPRD daerah itu: Di sana ia memegang cukup banyak jabatan. Misalnya ketua yayasan yang meng elola Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya, Ketua Legiun Veteran Jawa Timur, dan banyak lagi jabatan lainnya, termasuk anggota DPA. Ia juga ketua yayasan Bina Trowulan yang membangun Pendopo Agung Trowulan di Mojokerto. Begitupun menurut Nyonya Asri Soebarjati Soenardi, ketua panitia Musda, dan juga ketua DPRD Jawa Timur, "Pekerjaan Pak Said tak pernah tertunda. Ia amat disiplin dan selalu menekankan kerja keras". Maka, Musda pun berjalan lancar. Selama Musda yang berlangsung tiga hari di Pandaan yang sejuk itu, suasana pun turut sejuk. Dari arena tertutup itu yang lebih sering terdengar hanyalah teriakan serempak, "Setuju." Amran Nsution, Toriq Hadad, Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus