Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyayangkan peristiwa teror pengiriman bangkai hewan yang dialami Tempo. Menurut dia, teror itu didasarkan karena adanya perbedaan pendapat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, dia mengatakan ekspresi penyampaian pendapat dengan teror tidak bisa dibenarkan. "Lebih baik disampaikan dengan baik, secara terbuka," katanya ditemui di kantor DPP Partai Demokrat di Menteng, Jakarta Pusat, pada Ahad, 23 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan ini menilai, perlu ada pendewasaan dan kebijaksanaan diri dalam menyampaikan pendapat tersebut. Sikap itu, ujar dia, bisa menjadi upaya kolektif dalam mematangkan demokrasi di Indonesia.
Terlebih lagi, katanya, perbedaan pendapat itu tidak bisa dihindarkan di negara demokrasi. "Tapi mari kita maklumi sebagai bagian untuk sama-sama mewujudkan Indonesia lebih baik," ucapnya.
Tempo tercatat kedapatan dua kali dikirimkan teror berupa bangkai hewan oleh orang tidak dikenal. Peristiwa pertama terjadi pada 19 Maret 2025.
Kala itu, kantor redaksi Tempo menerima paket berisi kepala babi tanpa telinga. Paket tersebut dikirim oleh kurir yang memakai atribut aplikasi pengiriman barang.
Kantor redaksi Tempo mendapatkan kiriman kedua berupa kotak berisi bangkai tikus yang dipenggal. Petugas kebersihan Tempo menemukannya kardus berisi enam ekor tikus pada Sabtu, 22 Maret 2025, pukul 08.00 WIB.
Pemimpin Redaksi Tempo Setri Yasra mengatakan kiriman bangkai tikus makin memperjelas teror untuk redaksi Tempo. Sebelum bangkai tikus, redaksi Tempo menerima pesan ancaman melalui media sosial melalui akun Instagram @derrynoah pada 21 Maret 2025. Pengendali akun itu menyatakan akan terus mengirimkan teror. Narasi itu tertulis, “sampai mampus kantor kalian”.
Menurut Setri, kiriman tikus adalah teror terhadap kerja media dan kebebasan pers. “Pengirimnya dengan sengaja meneror kerja jurnalis,” katanya. “Jika tujuannya untuk menakuti, kami tidak gentar tapi setop tindakan pengecut ini.”