PERISTIWA Muncar 5 tahun lalu tentu tak pantas diingat lagi.
Sebab selain keributan itu hanya karena kehadiran 8 buah kapal
selerek (porseseine), juga karena tak lama setelah itu, keadaan
hidup para nelayan umumnya mulai membaik.
Tapi keadaan sekarang justru sebalikna. Di tengah kehendak
pemerintah untuk meningkatkan kemampuan tangkap para nelayan,
kredit untuk membeli selerek dibagi-bagikan. Dengan harga Rp 4
juta tiap unit, diluncurkanlah 54 buah unit selerek yang tiap
unit ditentukan dimiliki oleh 13 nelayan. Jumlah ini tentu masih
jauh dari memadai. Sebab di Muncar terdapat tak kurang dari
7.000 KK nelayan.
Sementara itu dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk
populasi ikan di Selat Bali itu dibutuhkan tak lebih dari 54
unit selerek untuk mengurasnya. Lewat dari jumlah ini berbahaya.
Maka persoalan pun timbul karena pemerintah hanya membatasi
kredit untuk 54 unit selerek, sementara sebagian besar nelavan
yang belum kebagian sangat ingin meningkatkan daya tangkap
mereka dengan kapal Jenis ini.
Persoalan itu menjadi rumit lagi setelah mereka menyaksikan di
luar 54 selerek tadi berkeliaran pula tak kurang dari 200 buah
selerek lain. Para nelayan menyebutnya sebagai selerek liar.
Ian golongan terakhir ini tampaknya dengan bebas terus
beroperasi, tanpa tindakan apapun dari pihak berwenang. Juga
tidak dari pihak BUUD Muncar. Karena itu, "sekarang ada 2
persoalan di Muncar," tutur seorang nelayan," aitu antara
pemilik selerek resmi dan liar, serta antara nelayan sampan
dengan nelayan selerek itu sendiri."
Memang sampai sekarang sebuah selerek itu belum sampai
mengacaukan pmasaran ikan. Sebab di Muncar terdapat 7 pabrik
pengalengan ikan, 2 pabrik tepung ikan, 57 pabrik pindang dan 23
pengasinan. Semua memerlukan 140 ton ikan sehari, sedang
produksi nelayan di sini baru sekitar 40 ton sehari. Tapi bila
diingat bahwa tiap selerek mampu menghasilkan 7 ton ikan tiap
malam, sedang nelayan sampan hanya 2 kwintal, dikhawatirkan
kesabaran nelayan golongan terakhir ini akan membuahkan
keresahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini