Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kini selerek diperebutkan

Untuk meningkatkan hasil tangkap nelayan di muncar, pemerintah memberi kredit untuk 54 unit selerek. sebagian besar nelayan belum kebagian, sehingga beroperasi 200 buah selerek liar.(dh)

1 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA Muncar 5 tahun lalu tentu tak pantas diingat lagi. Sebab selain keributan itu hanya karena kehadiran 8 buah kapal selerek (porseseine), juga karena tak lama setelah itu, keadaan hidup para nelayan umumnya mulai membaik. Tapi keadaan sekarang justru sebalikna. Di tengah kehendak pemerintah untuk meningkatkan kemampuan tangkap para nelayan, kredit untuk membeli selerek dibagi-bagikan. Dengan harga Rp 4 juta tiap unit, diluncurkanlah 54 buah unit selerek yang tiap unit ditentukan dimiliki oleh 13 nelayan. Jumlah ini tentu masih jauh dari memadai. Sebab di Muncar terdapat tak kurang dari 7.000 KK nelayan. Sementara itu dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk populasi ikan di Selat Bali itu dibutuhkan tak lebih dari 54 unit selerek untuk mengurasnya. Lewat dari jumlah ini berbahaya. Maka persoalan pun timbul karena pemerintah hanya membatasi kredit untuk 54 unit selerek, sementara sebagian besar nelavan yang belum kebagian sangat ingin meningkatkan daya tangkap mereka dengan kapal Jenis ini. Persoalan itu menjadi rumit lagi setelah mereka menyaksikan di luar 54 selerek tadi berkeliaran pula tak kurang dari 200 buah selerek lain. Para nelayan menyebutnya sebagai selerek liar. Ian golongan terakhir ini tampaknya dengan bebas terus beroperasi, tanpa tindakan apapun dari pihak berwenang. Juga tidak dari pihak BUUD Muncar. Karena itu, "sekarang ada 2 persoalan di Muncar," tutur seorang nelayan," aitu antara pemilik selerek resmi dan liar, serta antara nelayan sampan dengan nelayan selerek itu sendiri." Memang sampai sekarang sebuah selerek itu belum sampai mengacaukan pmasaran ikan. Sebab di Muncar terdapat 7 pabrik pengalengan ikan, 2 pabrik tepung ikan, 57 pabrik pindang dan 23 pengasinan. Semua memerlukan 140 ton ikan sehari, sedang produksi nelayan di sini baru sekitar 40 ton sehari. Tapi bila diingat bahwa tiap selerek mampu menghasilkan 7 ton ikan tiap malam, sedang nelayan sampan hanya 2 kwintal, dikhawatirkan kesabaran nelayan golongan terakhir ini akan membuahkan keresahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus