Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah Istri Orang Paling Diburu

Santoso bergerilya di gunung meninggalkan istri dan tiga anak. Mereka suka film India.

8 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUWARNI hanya memperlihatkan dua bola matanya. Seluruh tubuhnya ditutup jilbab kombor dan cadar. Sekilas, istri Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur yang kini bergerilya di hutan Poso, Sulawesi Tengah, itu terlihat sebagai orang yang tertutup.

Namun kesan itu runtuh sama sekali. Suwarni dengan mudah menceritakan masa manis ketika ia pertama kali mengenal Santoso pada 1999. Ketika itu usianya 17 tahun, sedangkan Santoso 23 tahun.

Suwarni tinggal di Desa Bhakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Santoso tinggal bersama ayah-bundanya di Dusun Landangan, Desa Lanto Jaya, Kecamatan Poso Pesisir, wilayah tetangga Kecamatan Poso Pesisir Utara. Pertemuan berujung ke pelaminan terjadi pada tahun yang sama, bermula ketika Santoso bekerja sebagai kuli bangunan mendirikan pura umat Hindu Desa Bhakti Agung yang berjarak hanya setengah kilometer dari rumah Suwarni.

Karena hampir saban hari Santoso lewat, akhirnya dua sejoli itu berkenalan. Kemudian mereka kerap pergi ke bioskop kampung berdinding kayu. "Film India juga suka," kata Suwarni, Kamis pekan lalu. Ada dua bioskop di sekitar Tambarana. Wilayah ini merupakan lokasi transmigrasi untuk pendatang dari Jawa dan Bali, program pemerintah Orde Baru pada 1970-an.

Suwarni hanya lulus sekolah dasar. Dia berhenti sekolah karena bapaknya tidak mampu membiayai. Tak lama setelah lulus, Suwarni ikut teman sekampungnya bekerja di warung makan di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari rumahnya. Beberapa kali ia pindah kerja.

Menikah dengan Santoso, Suwarni memiliki tiga anak. Anak pertama berusia 13 tahun, masuk pondok pesantren di Weleri, Kendal, Jawa Tengah. Sedangkan anak kedua berusia 11 tahun. Ia mondok di pesantren di Kayamaya, Poso. Anak ketiga duduk di taman kanak-kanak.

Suwarni anak pasangan Sarno Suwito-Saminem, transmigran asal Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun Santoso anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Isran-Rumiah, transmigran asal Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah.

Ketika Tempo berkunjung ke rumah Suwarni pada Rabu pekan kedua Januari lalu, ada dua pria yang mengaku sebagai saudara Suwarni. Sembari mengobrol, mereka menyaksikan layar televisi yang menayangkan drama berseri India. Seorang yang menemani perjalanan Tempo di Poso mengenal dua pria itu dulu kerap memantau demonstrasi dan seminar di Palu. "Saya sangat mengenal wajahnya," ujarnya.

Suwarni mengatakan, ketika pamitan untuk bergerilya ke gunung, Santoso menitip kepada Suwarni agar anak-anaknya diajari mengaji dan diperhatikan sekolahnya. Telah tiga tahun lebih Santoso bergerilya, jauh dari keluarganya. Di depan rumahnya, Suwarni membuka kios kecil 2 x 2 meter yang menjual aneka bahan kebutuhan sehari-hari, seperti sabun, pasta gigi, sikat, minyak goreng, dan bumbu dapur. Modal usaha diperolehnya dari bantuan Tentara Nasional Indonesia sebesar Rp 2 juta.

Ada pernyataan Suwarni yang agak ganjil tentang pertemuannya dengan Santoso. Meski Santoso menjadi buron, Suwarni sempat bertemu dengannya pada November 2015. Suwarni menyatakan ada yang membantu untuk mempertemukan. Dia bertemu di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, kawasan yang jadi daerah operasi pengejaran terhadap Santoso. Suwarni tidak mau menjelaskan detail pertemuannya itu. "Ada yang membantu bertemu," katanya.

Suwarni tidak menjelaskan siapa yang membantu. Beredar kabar ada yang melindungi Santoso sehingga lolos dari kejaran Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI. Namun Kepala Kepolisian RI Badrodin Haiti menyangkal hal itu. "Ada yang bilang Santoso dilindungi kesatuan ini-itu, enggak benar itu," ujarnya.

Sunudyantoro (Poso)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus