SIKAP Pemerintah dalam sengketa PDI sudah mulai agak jelas. Dari
keterangan Pangkopkamtib Laksamana Sudomo awal Pebruari lalu
terungkap bahwa Pemerintah hanya mengakui satu PDI dengan Sanusi
Hardjadinata sebagai Ketua Umum. Tapi itu tak berarti kelompok
lainnya, DPP PDI pimpinan Pj. Ketua Umum Mh. Isnaeni, digusur.
Kedua kelompok yang saling berselisih itu dipersilakan rujuk
dulu, baru setelah itu ijin menyelenggdrakan kongres diberikan.
Jadi itulah penyelesaian kemelut PDI versi Pemerintah rujuk dulu
baru kongres. Lain halnya dengan versi PDI sendiri. Baik Sanusi
maupun Isnaeni mengusulkan resep sama: kongres dulu. Mungkinkah?
Tampaknya sulit. Sebab Pemerintah agaknya cenderung
menyelesaikan konflik ini lebih dulu -- seperti penyelesaian
tahun lalu --sebelum diselenggarakannya satu kongres dari satu
PDI.
Yang merepotkan ialah sikap Sanusi maupun Isnaeni. Keduanya
sama-sama keras. Menanggapi pembatalan HUT PDI di Semarang oleh
Laksusda akhir Januari lalu misalnya, Sanusi berkata "Semakin
jelas bahwa pembinaan iklim demokrasi masih harus disehatkan.
Bagaimana iklim sekarang bisa disebut sehat kalau mau
memperingati HUT saja tidak boleh. "
Isnaeni, sama saja. Menjawab pertanyaan Sinar Harapan, ia
menyatakan sejak kongres nasional PDI dulu ia tak bersedia
menjadi Ketua Umum. Maksudnya "menjadi Ketua Umum bukan atas
usaha sendiri." Dengan kata lain, begitulah yang terkesan,
Isnaeni menilai bahwa selama ini pimpinan PDI hanyalah
'drop-dropan dari atas' belaka.
Dengan amat melankolis, kepada Kompas, Sanusi berkata: "Kita
barangkali bisa menjadi primadona. Tapi dalam situasi sekarang
ini nasib menentukan menjadi figuran." Begitu tak berdayakah
Sanusi? Setelah mendapat 'angin Pemerintah' dalam konflik PDI
tahun lalu, dalam konflik sekarang pun ternyata Isnaeni juga tak
berdaya. Dalam wawancara telepon dengan TEMPO beberapa waktu
lalu Isnaeni pernah berujar: "Kalau benar Sanusi 'berada di atas
angin', saya merasa kasihan."
Sampai akhir pekan lalu, belum ada kabar bagaimana nasib surat
permintaan ijin yang disampaikan oleh kedua DPP PDI itu kepada
Kopkamtib. Dan mereka jalan terus. Mereka sibuk mempersiapkan
kongres dengan panitia masing-masing. Sanusi dengan "Panitia 9"
yang diketuai Hardjantho Sumodisastro, sedang Isnaeni dengan
"Panitia 11 " yang diketuai Achmad Sukarmadidjaja, anggota DPA
itu.
Bagaimana kepemimpinan PDI yang diinginkan Isnaeni sebagai hasil
kongres? "Kepemimpinan dalam unit yang monolit secara politis
dan strategis," jawabnya. Apa itu? Penjelasan Isnaeni mengandung
sikap keras: "Pokoknya yang tidak mudah dipecah-belah." Di lain
pihak, Hardjantho lebih kalem. Bahkan ia sudah bisa memberikan
ancar-ancar kongres: Maret atau April. "Dan mudah-mudahan di
Bali," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini