Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah kaum figuran

Sikap pemerintah dalam sengketa pdi, hanya mengakui satu pdi dengan sanusi hardjadinata sebagai ketua umum. tanggapan sanusi & isnaeni mengenai pembatalan hut pdi di semarang oleh laksusda. (nas)

10 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIKAP Pemerintah dalam sengketa PDI sudah mulai agak jelas. Dari keterangan Pangkopkamtib Laksamana Sudomo awal Pebruari lalu terungkap bahwa Pemerintah hanya mengakui satu PDI dengan Sanusi Hardjadinata sebagai Ketua Umum. Tapi itu tak berarti kelompok lainnya, DPP PDI pimpinan Pj. Ketua Umum Mh. Isnaeni, digusur. Kedua kelompok yang saling berselisih itu dipersilakan rujuk dulu, baru setelah itu ijin menyelenggdrakan kongres diberikan. Jadi itulah penyelesaian kemelut PDI versi Pemerintah rujuk dulu baru kongres. Lain halnya dengan versi PDI sendiri. Baik Sanusi maupun Isnaeni mengusulkan resep sama: kongres dulu. Mungkinkah? Tampaknya sulit. Sebab Pemerintah agaknya cenderung menyelesaikan konflik ini lebih dulu -- seperti penyelesaian tahun lalu --sebelum diselenggarakannya satu kongres dari satu PDI. Yang merepotkan ialah sikap Sanusi maupun Isnaeni. Keduanya sama-sama keras. Menanggapi pembatalan HUT PDI di Semarang oleh Laksusda akhir Januari lalu misalnya, Sanusi berkata "Semakin jelas bahwa pembinaan iklim demokrasi masih harus disehatkan. Bagaimana iklim sekarang bisa disebut sehat kalau mau memperingati HUT saja tidak boleh. " Isnaeni, sama saja. Menjawab pertanyaan Sinar Harapan, ia menyatakan sejak kongres nasional PDI dulu ia tak bersedia menjadi Ketua Umum. Maksudnya "menjadi Ketua Umum bukan atas usaha sendiri." Dengan kata lain, begitulah yang terkesan, Isnaeni menilai bahwa selama ini pimpinan PDI hanyalah 'drop-dropan dari atas' belaka. Dengan amat melankolis, kepada Kompas, Sanusi berkata: "Kita barangkali bisa menjadi primadona. Tapi dalam situasi sekarang ini nasib menentukan menjadi figuran." Begitu tak berdayakah Sanusi? Setelah mendapat 'angin Pemerintah' dalam konflik PDI tahun lalu, dalam konflik sekarang pun ternyata Isnaeni juga tak berdaya. Dalam wawancara telepon dengan TEMPO beberapa waktu lalu Isnaeni pernah berujar: "Kalau benar Sanusi 'berada di atas angin', saya merasa kasihan." Sampai akhir pekan lalu, belum ada kabar bagaimana nasib surat permintaan ijin yang disampaikan oleh kedua DPP PDI itu kepada Kopkamtib. Dan mereka jalan terus. Mereka sibuk mempersiapkan kongres dengan panitia masing-masing. Sanusi dengan "Panitia 9" yang diketuai Hardjantho Sumodisastro, sedang Isnaeni dengan "Panitia 11 " yang diketuai Achmad Sukarmadidjaja, anggota DPA itu. Bagaimana kepemimpinan PDI yang diinginkan Isnaeni sebagai hasil kongres? "Kepemimpinan dalam unit yang monolit secara politis dan strategis," jawabnya. Apa itu? Penjelasan Isnaeni mengandung sikap keras: "Pokoknya yang tidak mudah dipecah-belah." Di lain pihak, Hardjantho lebih kalem. Bahkan ia sudah bisa memberikan ancar-ancar kongres: Maret atau April. "Dan mudah-mudahan di Bali," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus