SAYA mempunyai dokumen autentik bahwa ABRI dan Golkar tidak akan
berpisah. ABRI tetap masuk Keluarga Besar Golkar. Kalau
demikian, Pemilu 1982 nanti seperti apa?" Yang mengucapkan itu
Mayjen (Purn.) AJ Mokoginta, anggota Yayasan Lembaga Kesadaran
Berkonstitusi, dalam acara dengar pendapat dengan Fraksi
Persatuan Pembangunan akhir November lalu. Pertanyaan itu
kemudian seperti dijawabnya sendiri. "Kalau ABRI tidak berdiri
di atas semua golongan, Pemilu 1982 nanti tidak akan jauh
berbeda dengan Pemilu sebelumnya."
Pengungkapan Mokoginta rupanya tak begitu mengejutkan para
anggota FPP. "Saya juga mempunyai dokumen autentik itu," ujar
Anwar Nurris, anggota F-PP menjawab Mokoginta. Ia balik
menanyakan, kalau benar ABRI masih masuk Keluarga Besar Golkar,
bagaimana dengan pelaksanaan pernyataan Menhankam Jenderal Jusuf
bahwa ABRI harus berdiri di atas semua kekuatan sosial politik?
Adanya dokumen itu menurut Nurris, membuat fraksinya agak ragu
dengan pernyataan Jenderal Jusuf.
Dokumen yang dihebohkan terdiri dari 4 halaman fotokopi dengan
kop DPP Golkar dan ditandatangani Sekjen Sugianto. Isinya: hasil
pertemuan DPP Golkar dan Wapangab/Pangkopkamtib Sudomo 17
Oktober 1979 pagi di Departemen Hankam. Menurut dokumen itu
beberapa keputusan telah diambil, antara lain kesepakatan untuk
membentuk suatu forum pertemuan/komunikasi secara periodik, baik
di tingkat pusat maupun provinsi. Sebagai penghubung tetap
ditunjuk Sukardi mewakili DPP Golkar dan Kolonel Hari Soegiman
dari pihak Hankam.
Tidak Pernah Lihat
Yang paling diributkan dari dokumen itu adalah bagian yang
menjelaskan hubungan ABRI dengan Golkar. Tercantum "Dalam
pertemuan ini ditegaskan bahwa ABRI adalah mutlak Golkar. Ini
sejalan dengan penegasan Presiden Soeharto dalam pertemuan
dengan Wapangab/Pangkopkamtib pada Rabu pagi (jam 7.00) 17
Oktober 1979."
Disebutkan juga mengenai rencana kunjungan bersama secara
incognito oleh Wapangab/Pangkopkamtib dan pihak DPP Golkar ke
daerah-daerah. Tujuannya antara lain untuk menjelaskan hubungan
dan kedudukan Golkar dalam kerangka 3 jalur Keluarga Besar
Golkar (Golkar-Korpri-ABRI) dalam rangka pemenangan Golkar dalam
Pemilu 1982.
Beberapa anggota F-PP yakin dokumen itu asli dan benar. Isi
dokumen itu telah dibicarakan dan dibahas fraksi ini. Kabarnya
F-PP malahan telah merencanakan untuk mengirim wakil menemui
Menhankam Jenderal Jusuf menanyakan kebenaran dokumen ini.
Bahwa adanya dokumen tersebut telah merisaukan pihak parpol,
tercermin dalam tajuk rencana harian Pelita 4 Desember lalu. Di
bawah judul: Benarkah ABRI memibak pada satu golongan harian ini
menyebut adanya "petunjuk yang bersumber dari suara orang banyak
tentang adanya bentuk huhungan baru antara ABRI dan Golkar.
"Bahwa ABRI adalah mutlak Golkar dalam rangka tiga jalur
keluarga besar untuk memenangkan Pemilu 1982."
"Saya yakin kebenaran dokumen autentik itu karena ada kop
Golkar," kata AJ Mokoginta pada A. Margana dari TEMPO. Namun ia
menolak mengatakan dari mana ia memperolehnya. Menurut
Mokoginta, ABRI sebagai organisasi harus berprinsip tidak
memihak. Wajar kalau ABRI yang terdiri dari manusia-manusia
bisa mempunyai simpati pada golongan tertentu. "Meskipun
misalnya 99% anggota ABRI simpati pada Golkar, tidak bisa
diresmikan bahwa ABRI masuk Keluarga Besar Golkar," ujar
purnawirawan yang kini menjabat Direktur Utama PT Tri Usaha
Bhakti itu.
Diakui Mokoginta, Golkar memang "dilahirkan" ABRI pada situasi
yang mendesak. Dalam Seminar Angkatan Darat II 1966 yang
dihadirinya, ABRI waktu itu melihat perlunya membesarkan
kelompok yang tidak mau pada PKI dan parpol lain. Kelompok
inilah yang kemudian menjadi Golkar. "Setelah besar, anak yang
dilahirkan ABRI itu harus dilepaskan supaya hidup sendiri,"
ujarnya. Dua kali kemenangan mutlak dalam Pemilu menunjukkan
sudah waktunya ABRI melepaskan Golkar. "BiarIan Golkar
berkembang sendiri. LepasIan Golkar supaya dalam Pemilu 1982
nanti terbukti ke mana rakyat memberi simpati," kata Mokoginta.
Isu Kontra Isu
Dari DPP Golkar keluar bantahan tegas. "Sebagai Ketua DPP Golkar
saya tidak pernah mendengar atau membaca komitmen tertulis itu,"
kata Sukardi yang menurut dokumen itu mewakili DPP Golkar
sebagai penghubung. "Saya mendukung sepenuhnya pernyataan
Jenderal Jusuf bahwa ABRI tidak memihak salah satu golongan.
ABRI harus memihak semua rakyat karena ABRI adalah pejuang yang
harus manunggal dengan rakyat," lanjut Sukardi.
Namun Sukardi berpendapat ABRI dalam perjuangan akan mencari
partner perjuangan. "Saya yakin ABRI dalam kedudukannya yang
tidak memihak itu akan mendukung kekuatan sospol yang mempunyai
tujuan perjuangan UUD 1945 dan Pancasila," kata purnawirawan
ABRI ini. Ia sependapat, semua kekuatan sospol di Indonesia
mempunyai tujuan perjuangan yang hampir sama. "Terserah pada
ABRI untuk memilih kekuatan sospol mana yang paling dekat dengan
tujuan perjuangannya," ujarnya.
Jurubicara Hankam Brigjen Goenarso SF menganggap dokumen itu
"isu biasa." "Dalam tiap persoalan selalu ada golongan yang
memanfaatkannya. Akibatnya timbul isu kontra isu," ujarnya Senin
pagi lalu. Menurut Goenarso garis kebijaksanaan Menhankam bahwa
ABRI tidak memihak salah satu golongan akan tetap jadi pegangan
seluruh slagorde ABRI.
Betulkah pada 17 Oktober ada pertemuan antara DPP Golkar dan
Wapangab Laksamana Sudomo? "Semua orang bisa bertemu Wapangab.
Tapi itu bukan berarti terus bikin kebijaksanaan di luar
ketentuan Menhankam, " jawab Kepala Puspen Hankam ini.
"Masyarakat jangan terpengaruh pada isu semacam itu," lanjut
Goenarso.
Garis kebijaksanaan Menhankam Jenderal Jusuf antara lain
mengenai peran ABRI sebagai kekuatan sosial sudah dinyatakan
dalam "buku biru". Sebuah buku kecil berwarna biru setebal 110
halaman yang diterbitkan pertengahan tahun ini. Mengenai
hubungan ABRI dengan Parpol dan Golkar ditegaskan di situ bahwa
ABRI sebagai kekuatan sosial mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan Parpol dan Golkar, tidak saling membawahi dan tidak ada
yang merasa lebih tinggi dari yang lain. ABRI senantiasa
menganggap Parpol dan Golkar sebagai kawan perjuangan dan
senantiasa bahu membahu dalam mensukseskan pembangunan,
mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis serta
meningkatkan ketahanan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini