PROF. Mahar Mardjono masih mengenakan toga. Rektor UI itu Sabtu
pekan lalu baru saja mengukuhkan Nico L. Kana sebagai doktor
antropologi. Meneguk Fanta di aula FK-UI, mendadak wajahnya jadi
serius. Katanya: "Kalau mahasiswa tetap ingin memakai nama Dewan
Mahasiswa dan tidak mau diajak kompromi sesuai dengan konsep
normalisasi kampus, saya lebih baik mundur."
Hari itu, pertemuan mahasiswa UI tengah memasuki hari kedua.
Tapi karena belum tuntas memperdebatkan struktur lembaga
kemahasiswaan, hari Minggu pun tetap bersidang sampai Selasa
subuh dinihari.
Hari itu, pertemuan mahasiswa UI tengah memasuki hari kedua.
Tapi karena belum tuntas memperdebatkan struktur lembaga
kemahasiswaan, hari Minggu pun tetap bersidang sampai Selasa
subuh dinihari.
Normalisasi kampus memang masih alot diterapkan. Baik Ikatan
Keluarga Mahasiswa (IKM) UI maupun Keluarga Mahasiswa (KM) ITB,
menolak model Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). BKK yang
tercantum dalam instruksi Dirjen Perguruan Tinggi 17 Mei itu,
diketuai Pembantu Rektor III beranggotakan Pembantu Dekan III,
staf ahli dan tokoh-tokoh mahasiswa. Disertakannya unsur
pimpinan universitas dan fakultas itu, oleh Muchyar Jara yang
Koordinator Senat-Senat Mahasiswa UI dianggap "tidak
mendewasakan mahasiswa."
Pertemuan mahasiswa UI itu ternyata melakukan modifikasi atas
konsep Daoed Joesoef. Misalnya di samping BKK sebagai eksekutif
berbentuk presidium, dibentuk pula BPM (Badan Perwakilan
Mahasiswa) sebagai legislatif. Ketua BKK adalah mahasiswa, bukan
Pembantu Rektor III, yang dipilih langsung oleh mahasiswa. Oleh
Wikrama Abidin anggota Komisi II (Struktur & Organisasi), itu
dianggapnya sebagai "lembaga kemahasiswaan yang kompromistis."
Di Teheran Sana
Bagi para fungsionaris mahasiswa UI, BKK model instruksi Dirjen
Perguruan Tinggi itu "tidak memberikan kemungkinan teladan hidup
berdemokrasi". Indra K. Budenani, ketua DM UI yang dibekukan
misalnya menyebut, "kehidupan mahasiswa bukanlah kehidupan buku,
pesta dan cinta tok."
Ghazi M. Yusuf, ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPP) UI
yang dibekukan berkata: "Kalau BKK diterapkan, maka 10 - 20
tahun lagi kita ,tak bisa berbuat apa-apa kalau menyaksikan
hal-hal yang tidak benar di luar kampus" -- karena ada kontrol
pimpinn universitas dan fakultas.
Beralasankah kekuatiran itu? Bagi Mahar Mardjono, Rektor UI,
duduknya unsur pimpinan universitas dan fakultas dalam BKK
mendampingi mahasiswa diperlukan, "agar mereka jangan main
politik praktis saja." Katanya lagi: "Boleh saja mereka tak
ingin dikontrol, bebas, tapi silakan keluar dari kampus seperti
para mahasiswa di Teheran sana." Profesor ini tak lupa mengritik
para fungsionaris. Katanya, mereka menolak instruksi Dirjen
tanpa argumentasi yang haik Baru setelah didorong-dorong, mereka
berkumpul membicarakannya.
Dalam posisi tawar-menawar itu, akhirnya para fungsionaris UI
lunak juga. Berbeda dengan IKM ITB yang tetap mempertahankan
nama Dewan Mahasiswa berikut perangkatnya, bagi mereka soal nama
bisa dibicarakan, asal lembaga itu tanpa kontrol pimpinan
universitas dan fakultas.
Sementara itu menurut Dirjen Perguruan Tinggi Doddy Tisna
Amidjaja, lembaga mahasiswa seperti BKK itu merupakan forum
bersama pimpinan universitas, fakultas dan mahasiswa "dan lebih
bersifat konsultatif". Menghadapi sikap keras mahasiswa,
terutama IKM ITB yang menghendaki lembaga eksekutif dalam forum,
Doddy tampil dengan tawaran menarik. Ia setuju. "Tapi apakah
mereka sudi menanggalkan nama DM?" tanyanya. ITB yang telah
menghasilkan konsep organisasi kemahasiswaan (dengan tetap
menggunakan nama Dewan Mahasiswa) sejak Juni lalu memang masih
sulit dalam tawar-menawar. Tapi diam-diam sudah bertemu dengan
Menmud Abdul Gafur dan Dirjen Perguruan Tinggi Doddy.
Selama ini Ketua Rektorium ITB, Soedjana Sape'ie sendiri belum
melaporkan proses normalisasi di kampusnya kepada Menteri P&K.
Karena itu pemilihan rektor di sana belum dilaksanakan. Menurut
Daoed Joesoef, pemilihan rektor akan dilangsungkan setelah
normalisasi di ITB beres. Soedjana kabarnya bermaksud melapor
akhir bulan ini hingga pemilihan rektor bisa dilangsungkan
sebelum akhir tahun.
KM Unpad juga menghendaki Badan Eksekutif. Tapi agak lunak dari
ITB, yaitu sebagai forum konsultasi antara pimpinan universitas,
fakultas dan mahasiswa. Dan Doddy memberi jaminan baik. "Oke,
BKK bisa dimodifikasi. Dalam Raker Rektor bulan Desember nanti
sava akan mencek modifikasi yang diajukan para rektor," katanya.
Di Yogya, normalisasi kampus di UGM berjalan lancar, meski
sebelumnya ditolak oleh 16 dan 18 senat mahasiswa yapg disebut
kodema alias komisariat dewan mahasiswa. September lalu turun
pernyataan pimpinan universitas No: SI/227/IX/78: "UGM sebagai
universitas negeri tidak mungkin menyimpang dari kebijaksanaan
pemerintah".
Yang paling lancar ITS, Surabaya. Normalisasi kampus sudah
terlaksana sebelum waktu yang ditetapkan. Tidak aneh. Sebab
sejak penangkapan beberapa fungsionaris ITS menjelang SU MPR
lalu, kegiatan politik mahasiswa di sana sepi-sepi saja.
Salah satu universitas swasta yang tak mau ketinggalan bicara
soal normalisasi adalah Universitas (Katolik) Parahiyangan,
Bandung. Dalam musyawarah kerjanya awal bulan lalu mereka
cenderung menolak konsep Daoed Joesoef. Menganggap mahasiswa
sebagai "pelopor perubahan sosial politik", mereka berpendapat
untuk menormalkan kampus harus dicari penyebabnya yaitu situasi
dan kondisi sosial-politik yang antara lain harus menjamin
kebebasan mimbar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini