Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Langkah Kuda Tampang Berewok

Surya Paloh dinilai kecewa terhadap susunan kabinet. Bermanuver dengan menemui petinggi partai oposisi.

16 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Surya Paloh dan Sohibul Iman di DPP Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta, 30 Oktober 2019. ANTARA/Puspa Perwitasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GELAK tawa terdengar di ruang pertemuan di aula lantai satu kantor Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu, 30 Oktober lalu. Datang membawa rombongan pengurus Partai NasDem, Ketua Umum Surya Dharma Paloh berkali-kali melempar lelucon. Mengungkapkan kegembiraannya, sang tamu berterima kasih kepada tuan rumah, Presiden PKS Sohibul Iman, karena telah menerimanya. “Kalau hati ketemu hati, memang nyambung,” kata Surya, seperti diceritakan Ketua PKS Mardani Ali Sera kepada Tempo, Sabtu, 16 November lalu.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat NasDem Charles Meikyansyah, yang hadir pula dalam persamuhan bersuguhan jajanan pasar itu, juga mengatakan pertemuan tersebut berjalan intim. Surya, misalnya, mengibaratkan Sohibul, yang sudah lama dikenalnya, bukan sekadar teman. “Bukan lagi saudara lama, tapi saudara tua,” ujar Charles menirukan ucapan Surya.

Selepas pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, pengurus NasDem dan PKS menggelar jumpa pers. Ditanyai soal kemungkinan partainya mengikuti jejak PKS sebagai oposisi, Surya menyatakan segala kemungkinan bisa terjadi. Setelah itu, di hadapan awak media, Surya memeluk Sohibul. Tangan bos Media Group itu melingkari hampir seluruh punggung Sohibul selama lebih dari lima detik. Menurut Charles, biasanya memang Surya hanya memberikan salam komando dengan tangan berjabat erat. Tapi Charles menyatakan pelukan Surya itu bersifat spontan.

Kehadiran Surya Paloh di markas PKS mengundang tanda tanya dari koalisi partai pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Arif Wibowo mengingatkan agar partai koalisi berkomitmen mendukung pemerintah dan tak bermain politik dua kaki. “Tidak seharusnya politik dua kaki dilakukan partai koalisi pendukung pemerintah,” tutur Arif sehari setelah pertemuan Surya-Sohibul.

Presiden Jokowi pun ikut menyinggung dekapan Surya dan Sohibul. “Saya tidak tahu maknanya, tapi rangkulannya tidak biasa,” ujar Jokowi saat berpidato dalam ulang tahun Partai Golkar di Hotel Sultan, 6 November lalu. “Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat dengan Pak Sohibul Iman.” Sindiran itu juga disampaikan Jokowi ketika berjumpa dengan Surya di ruang tunggu. Menurut Charles, yang hadir di situ, Jokowi mengungkapkan hal yang sama. Sedangkan Surya, kata Charles, hanya tersenyum.

Persamuhan antara Sohibul dan Surya sebetulnya sudah dirancang jauh-jauh hari. Saat pelantikan presiden dan wakil presiden, Surya dan Sohibul duduk bersebelahan. Ketika itulah Surya menyatakan mau mengunjungi PKS. “Sohibul bilang dia saja yang ke kantor saya. Tapi saya jawab saya yang ke kantor dia,” ujar Surya kepada Tempo. Pernyataan Surya ini dibenarkan Ketua PKS Mardani Ali Sera. Politikus NasDem, Zulfan Lindan, mengatakan bosnya kerap berjumpa dengan Sohibul di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.

Pertemuan keduanya pada 30 Oktober lalu didahului dengan pertemuan sejumlah politikus NasDem dan PKS. Mereka merancang tiga poin kesepakatan, yang isinya menghormati pilihan politik masing-masing, menjaga kedaulatan Indonesia, serta saling menghormati antara kelompok nasionalis dan kelompok Islam. Menurut Mardani, para politikus itu juga bersepakat pertemuan dihadiri semua pejabat teras kedua partai tanpa terkecuali. Pertemuan sempat diundur karena Salim Segaf Aljufri, Ketua Majelis Syura PKS, berhalangan.

Surya mengaku memberikan sinyal kepada Jokowi terkait dengan rencana pertemuan. Saat pelantikan wakil menteri di Istana pada 25 Oktober lalu, Surya menyampaikan soal perlunya komunikasi politik dengan partai di luar koalisi pendukung pemerintah. “Komunikasi di dalam sudah terjaga. Tapi komunikasi dengan pihak luar tak kalah penting agar tidak jadi katak dalam tempurung,” ujar Surya.

MANUVER Surya Paloh mendatangi kantor PKS, menurut tiga petinggi NasDem yang ditemui Tempo, dilatar-belakangi kekecewaannya terhadap komposisi kabinet. Surya sesungguhnya tak sepakat dengan bergabungnya Partai Gerakan Indonesia Raya dalam koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf. Sinyal penolakan disampaikan Surya setelah Jokowi bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, rivalnya pada pemilihan presiden, dalam perjumpaan di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada 13 Juli lalu.

Bendahara Umum Partai NasDem Ahmad Sahroni membantah anggapan bah-wa bosnya kecewa. “Pak Surya hanya terkejut,” ujarnya. Setelah pertemuan MRT itu, kata Sahroni, Surya menduga Prabowo bakal bergabung dengan koalisi pemerintah. Menurut dia, Surya beberapa kali khawatir atas minimnya kontrol terhadap pemerintah jika Gerindra bergabung ke dalam koalisi.

Tiga petinggi NasDem mengatakan pertemuan itu membuat Surya bermanuver dengan mengundang ketua umum partai pendukung Jokowi-Ma’ruf ke kantor Dewan Pimpinan Pusat NasDem pada 22 Juli lalu. Pertemuan itu tak dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Meski tidak lugas, Surya dan tiga pemimpin partai, yaitu Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, serta Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa, memberikan sinyal penolakan terhadap kehadiran Prabowo dalam koalisi.

“Betapa pentingnya menjaga soliditas partai koalisi pengusung Jokowi-Ma’ruf yang membuahkan hasil,” kata Surya saat itu. Dua hari berselang, Surya berjumpa dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan di kantor NasDem. Pada waktu yang bersamaan, tak sampai satu kilometer dari kantor NasDem, Megawati menjamu Prabowo di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Menteng.

Para pejabat teras NasDem yang sama mengatakan kekecewaan Surya juga karena permintaannya agar Jaksa Agung kembali dijabat Muhammad Prasetyo, kader NasDem, ditolak Presiden. Menurut mereka, Surya bahkan sempat menurunkan permintaannya, yaitu jabatan Prasetyo diperpanjang satu tahun. Tapi Jokowi tetap ogah mengubah keputusannya.

Bendahara Umum NasDem Ahmad Sahroni membenarkan kabar bahwa partainya memang berharap masa jabatan Prasetyo diperpanjang. Bukan satu tahun, melainkan hingga pemerintahan Jokowi berakhir. “Kalau lihat kinerjanya positif, kenapa tidak lima tahun sekalian? Tapi itu memang hak prerogatif Presiden Jokowi,” ujarnya. Belakangan, Jokowi mempercayakan posisi itu kepada S.T. Burhanuddin, adik politikus PDIP, T.B. Hasanuddin.

Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Senayan, Jakarta, Juli 2019. BPMI Setpres/Mukhlis Jr

Pelantikan Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 di Istana Negara, Jakarta, 23 Oktober 2019. TEMPO/Subekti

Tak mendapat jabatan Jaksa Agung, kata seorang politikus Gondangdia, NasDem berharap bisa mendapat posisi Menteri Pertanian. Tapi Jokowi berencana memberikan jabatan itu kepada Gerindra. Rencana itu dibenarkan Sandiaga Salahuddin Uno dalam wawancara khusus dengan Tempo pada 25 Oktober lalu. Sandiaga bercerita, Prabowo sempat menawarinya menjadi Menteri Pertanian. Lantaran tak sesuai dengan latar belakangnya, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menolak.

Belakangan, pos Kementerian Pertanian diberikan kepada NasDem dan dipercayakan kepada Syahrul Yasin Limpo, mantan Gubernur Sulawesi Selatan. Sedangkan Gerindra mendapat posisi Menteri Kelautan dan Perikanan, yang ditempati Edhy Prabowo. Ahmad Sahroni mengatakan partainya sesungguhnya tak mengetahui pos menteri yang akan diberikan Presiden.

Adapun Surya dalam wawancara khusus dengan Tempo membantah kecewa terhadap komposisi kabinet. “Terimalah dengan keikhlasan hati. Kami bersyukur ada tiga menteri. Marah Tuhan nanti sama kami, sudah ada tiga menteri masih saja mengeluh,” ujar Surya. “Tidak semua orang bertampang berewok macam saya enggak membawa nilai kebajikan.”

 

 

BEBERAPA hari sebelum kongres NasDem digelar pada Jumat, 8 November lalu, Surya Paloh bertemu dengan Jokowi di Istana. Kedatangan Surya itu, menurut Ketua DPP NasDem Charles Meikyansyah, untuk memastikan kehadiran Presiden dalam acara ulang tahun NasDem kedelapan pada 11 November 2019. “Undangannya sejak jauh hari kami berikan,” kata Charles.

Anggota Majelis Tinggi NasDem, Lestari Moerdijat, yang ikut dalam pertemuan di Istana, mengatakan komunikasi Jokowi dengan Surya di Istana sangat baik. Dia membantah kabar bahwa hubungan Jokowi dan Surya merenggang. Menurut dia, keduanya kerap bertemu dan berkomunikasi. “Dalam pertemuan itu, ketawa-ketawa Pak Jokowi dengan Pak Surya,” ujarnya.

Salah satu obrolan yang dibahas adalah viralnya foto pelukan Surya dan Presiden PKS Sohibul Iman serta pernyataan Jokowi mengenai foto tersebut. Kepada Surya, kata Charles, Jokowi menyatakan akan menjernihkan tanggapannya terhadap foto tersebut dalam acara ulang tahun NasDem.

Hubungan Jokowi dan Surya seakan-akan rekat lagi ketika Jokowi dan Megawati hadir dalam acara ulang tahun NasDem. Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan tak ada yang salah dari rangkulan Surya dan Sohibul. Jokowi mengatakan hanya cemburu melihat keduanya saling merangkul. “Kalau rangkulan itu untuk komitmen persaudaraan dan persatuan, apa yang salah? Jangan ditanggapi ke sana-ke sini,” tutur Jokowi.

Selesai berpidato, Jokowi berpelukan dengan Surya. Surya menyebutkan dirinya bersyukur. “Tingkat kemampuan joke diplomasi Presiden itu tinggi. Harus kita syukuri yang begitu,” ujar Surya.

DEVY ERNIS, HUSSEIN ABRI, FIKRI ARIGI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus