Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Program makan bergizi gratis dimulai pada 6 Januari 2025.
PSSI memecat pelatih tim sepak bola Indonesia Shin Tae-yong dan menggantinya dengan Patrick Kluivert.
Kejaksaan menetapkan tersangka dugaan korupsi tata kelola sawit di kawasan hutan.
PROYEK makan bergizi gratis yang mulai dilaksanakan di 26 provinsi pada Senin, 6 Januari 2025, disorot sejumlah kalangan. Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Jakarta, Trubus Rahardiansah, misalnya, menilai pemerintah belum siap menjalankan program itu karena tidak punya prosedur operasi standar. Akibatnya, pelaksanaan proyek itu karut-marut. “Selain itu, tidak ada petunjuk teknis untuk mengawasi satuan pemenuhan pelayanan gizi di lapangan,” kata Trubus pada Senin, 6 Januari 2025.
Pada hari pertama pelaksanaannya di sejumlah tempat, seperti di Pulo Gebang, Jakarta Timur, makanan untuk siswa sekolah dasar terlambat didistribusikan. Pembagian paket makanan menunggu kedatangan pejabat. Selain itu, menu makan gratis menjadi perhatian karena dinilai kurang bergizi.
Dosen bidang gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Lailatul Muniroh, mengatakan sebagian menu makan bergizi gratis belum sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Sajian makanan di Sidoarjo, Jawa Timur, misalnya, hanya terdiri atas nasi, protein hewani, dan buah. “Tidak ada sayuran. Jadi secara kuantitas belum memenuhi 40 persen total kalori sehari,” ucap Lailatul pada Kamis, 9 Januari 2025.
Dua pejabat negara yang mengetahui jalannya proyek makan bergizi gratis mengatakan pemerintah masih mengalami kendala pendanaan. Di beberapa tempat, anggaran proyek ini menggunakan uang pribadi Presiden Prabowo Subianto. “Seperti di Kendari, masih ada sisa anggaran uji coba dari yang diberikan oleh Pak Prabowo sebelumnya. Jadi mereka menggunakan dana itu,” ujar Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi.
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan pemerintah akan mengevaluasi program ini saban hari, termasuk menunya. “Perlu terus berkreasi karena harus bisa membuat menu yang disukai orang-orang yang mungkin seleranya beda-beda,” tutur Dadan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo