Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Manis-Pahit Penerbangan Rute Pendek

Maskapai penerbangan mulai melirik rute pendek di Jawa Timur. Beberapa bandar udara mangkrak.

1 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesawat dua baling-baling produksi Avions de Transport Regional, ATR 72-500, itu mendarat mulus di landasan pacu Bandar Udara Banyuwangi, Kamis siang dua pekan lalu. Pesawat berkapasitas 72 penumpang itu baru saja melahap jarak 293 kilometer dari Bandara Juanda, Surabaya, dalam waktu 45 menit.

Kedatangan pesawat milik maskapai penerbangan Wings Abadi Airlines, anak perusahaan PT Lion Airlines, itu menandai penerbangan perdana Wings melayani rute Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ikut merasakan terbang perdana di dalam perut pesawat bikinan Prancis tahun 2010 itu.

Mulai hari itu, Wings melayani penerbangan setiap hari dari Surabaya ke Banyuwangi pukul 09.30 WIB dan Banyuwangi-Surabaya pukul 10.45 WIB. Jadwal Wings lebih pagi ketimbang jadwal MA-60 milik Merpati Airlines, yang terbang Surabaya-Banyuwangi pergi-pulang pukul 13.30 dan 14.30 WIB. Harga tiket keduanya pun bersaing ketat. Tiket Wings dibanderol Rp 291-599 ribu per penumpang, sedangkan tiket Merpati Rp 297-677 ribu per penumpang.

Bisnis penerbangan di ujung tenggara Pulau Jawa itu memang sedang menggeliat. Menurut Bambang Susantono, Bandara Banyuwangi, seluas 129 hektare, berpotensi menjadi penyangga Bandara Juanda dan Bandara Ngurah Rai, Bali.

"Kedua bandara tersebut sudah sangat padat, sehingga ke depannya membutuhkan bandara-bandara lain di sekitarnya untuk berbagi beban," kata Bambang saat meresmikan rute itu.

Secara geografis, Banyuwangi berada di tengah Surabaya-Bali, sehingga peluang menjadi bandara penyangga sangat besar. Apalagi pelayanan penerbangan terus meningkat sejak bandara itu beroperasi satu setengah tahun lalu. Awalnya, hanya pesawat Cessna Grand Caravan dengan sembilan tempat duduk yang melayani rute Surabaya-Banyuwangi, lalu meningkat menjadi Fokker-50, MA-60, dan kini ATR-72.

Masuknya Wings membuat Merpati cemas. Kepala District Manager Merpati Air­lines Surabaya Agus Purwanto langsung menemui Bupati Banyuwangi untuk meminta kepastian kelangsungan bisnisnya.

"Kami meminta petunjuk bagaimana peluang pasarnya bila ada maskapai baru," ujar Agus, Kamis pekan lalu. Bupati meyakinkan masuknya maskapai penerbangan baru tidak akan membuat penumpang maskapai lain berkurang.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Banyuwangi Agus Siswanto mengklaim jumlah penumpang pesawat justru meningkat dua kali lipat setelah Wings beroperasi. Kebanyakan penumpang baru dari kalangan birokrat dan pebisnis. "Ini menunjukkan peluang pasar masih terbuka lebar karena pasar wisatawan belum tergarap," katanya. Setiap tahun, tak kurang dari 10 ribu wisa­tawan berkunjung ke Banyuwangi.

Pihak Wings optimistis dengan rute baru itu. Menurut Kepala Keuangan Distrik Wings Air Banyuwangi Haris Bimbim Wiratma, meski kursi belum terisi penuh, penjualan tiket sudah melampaui 50 persen. "Baru hitungan hari, tiketnya laku 60-85 persen. Ini sangat bagus."

Menurut dia, persentase itu lebih tinggi ketimbang penjualan tiket Wings ke Maumere, Labuan Bajo, dan Ende di Nusa Tenggara Timur, yang hanya 30-50 persen, meski sudah setahun beroperasi.

Selasa pekan lalu, Tempo mendatangi loket penjualan tiket Merpati dan Wings di Bandara Banyuwangi. Petugas loket Merpati menyatakan penumpangnya tidak berkurang. Hari itu mereka menjual 38 tiket dari kapasitas 44 kursi. Wings menjual 40 tiket dari kapasitas 72 kursi.

Merpati akan melihat perkembangan beberapa bulan ke depan untuk menentukan bertahan atau tidak. Menurut Agus, jumlah penumpang Merpati rata-rata 85 persen atau 40 orang per hari. Ini cukup bagus mengingat break even point berada di angka 50 persen. Tapi angka ini terancam terjun bebas jika Merpati harus berbagi dengan Wings.

Kekhawatiran itu beralasan karena kehadiran Merpati memaksa PT Sky Aviation menutup operasinya pada Oktober 2011. Kepala Komersial Sky Aviation Bambang Narayana mengakui perusahaannya terpaksa menutup bisnisnya di Banyuwangi meski rute Surabaya-Banyuwangi sudah mencapai break even point. Hanya, rute Banyuwangi-Bali merugi karena masyarakat lebih memilih transportasi laut. "Kalau terbang berdua (bareng Merpati), pasti tambah merugi," katanya Rabu pekan lalu.

Manajer Umum Bandara Juanda Trikora Harja menyambut baik beroperasinya bandara kecil di sekitar Juanda. Namun ia tak yakin akan keberlanjutan bisnis penerbangan di bandara kecil. "Potensi penumpangnya perlu dipikirkan lagi."

Sejauh ini, kata dia, hanya Bandara Abdurrahman Saleh, Malang, yang berhasil. Bandara Trunojoyo, Sumenep, dan Notohadinegoro, Jember, mengenaskan. Trunojoyo sudah dilengkapi landasan pacu, terminal penumpang, dan kantor pengelola bandara, tapi tak berfungsi. Sesekali bandara itu hanya digunakan untuk pendaratan pesawat perusahaan minyak dan gas. Susi Air pernah melakukan uji coba, tapi tak berlanjut.

Dalam pantauan Tempo pada Kamis pekan lalu, kondisi Bandara Notohadinegoro justru mangkrak dan tak terurus. Bandara seluas 120 hektare yang dibangun pada 2003 itu lebih kerap digunakan sebagai tempat olahraga paralayang, balapan motor liar, dan arena andho’an (balapan) burung dara. PT Aero Express International hanya bertahan tiga bulan di sana pada 2008. Itu pun karena disewa pemerintah daerah.

Beberapa bagian landasan pacu sepanjang 1.800 meter retak dan aspalnya terkelupas. Di sana-sini tumbuh semak belukar. Pagar berduri sudah rusak di sana-sini. "Lumayan buat ngangon wedhus dan ngarit (menggembalakan kambing dan menyabit rumput)," kata Budi, warga sekitar bandara.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Djuwarto mengatakan masih putar otak agar Bandara Notohadinegoro tak lagi mubazir. Ia siap bekerja sama dengan maskapai penerbangan sipil dan menjajaki peluang menjadikannya terminal kargo.

Agus Supriyanto, Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus