Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surrey - Setengah jam menjelang azan zuhur, para jemaah berdatangan ke Masjid Mubarak di Tilford, Surrey, Inggris. Hari itu, Kamis 27 Juli 2023, deretan kendaraan terus memadati parkiran. Kebanyakan mobis jenis van untuk mengangkut rombongan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelang pembukaan Jalsa Salana UK 2023 pada Jumat 28 Juli 2023, ribuan jemaah Ahmadiyah dari seluruh dunia berdatangan ke Inggris, termasuk ke Islamabad—sebutan bagi tempat komunitas Ahmadiyah internasional berpusat. Jarak dari London ke kompleks Islamabad, Tilford, sekitar satu jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di kompleks inilah Hazrat Mirza Masroor Ahmad, pemimpin Ahmadiyah global sehari-hari tinggal. Rumahnya persis di sebelah Masjid Mubarak. “Sebelumnya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menetap di kompleks Masjid Fazl, masjid tertua di kota London yang dibangun pada 1924,” ujar Maulana Mirajuddin Sahid, Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) kepada Tempo.
Masjid Mubarak di Kompleks Islamabad, Tilford, Surrey, Inggris. TEMPO/Yandhrie Arvian
Merujuk situs Carter Jonas, konsultan properti, urban planner dan surveyor yang turut membantu pembangunan Islamabad, luas kompleks Islamabad sekitar 10,3 hektare. Komunitas Ahmadiyah mengakuisisi lahan tersebut pada 1984.
Dulunya, lahan tersebut merupakan tempat bagi Sheephatch Camp School, yang dibangun pada 1939. Selama perang dunia kedua, sekolah tersebut menampung pengungsi dari Ruckholt Road Central School di Leyton. Pada 1946, Surrey County Council menyewa situs tersebut dari The National Camps Corporation, lalu mempertahankannya sebagai sekolah asrama pendidikan hingga tutup pada 1977.
Untuk mempertahankan sabuk hijau di kawasan Tilford, Ahmadiyah hanya boleh menggunakan lahan seluas 4 hektare sebagai area pembangunan. Ini termasuk untuk masjid, kediaman Hazrat Mirza Masroor Ahmad, fasilitas perumahan untuk 33 keluarga, akomodasi tamu, gedung olahraga dan ruang kelas.
Bangunan Masjid Mubarak terdiri dari satu kubah dan 32 sirip, termasuk jendela kaca di setiap siripnya. Masjid ini memiliki dua menara yang tingginya lebih dari 13 meter dengan masing-masing menara memiliki finial berlapis emas. Atap kubah masjid dirancang khusus oleh firma arsitek Sutton Griffin—salah satu firma arsitek tertua di Inggris yang berdiri sejak 1910.
Kediaman Hazrat Mirza Masroor Ahmad di Islamabad, Tilford, Surrey, Inggris. TEMPO/Yandhrie Arvian
Di mata Taslim Syahlan, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Tengah, Masjid Mubarak di kompleks Islamabad menggambarkan komitmen yang luar biasa dari salah satu komunitas muslim dunia. “Dan seharusnya bisa menjadi simbol ukhuwah islamiyah di seluruh dunia,” ujarnya.
Sejak Masjid Mubarak berdiri pada Mei 2019, Hazrat Mirza Masroor Ahmad pindah ke sebuah rumah di samping Masjid Mubarak. Dari masjid inilah, Huzoor, sebutan bagi Hazrat Mirza Masroor Ahmad, menyiarkan kutbah Jumat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Disiarkan lebih ke 200 negara,” ujar Yendra Budiana, Sekretaris Pers Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). “Karena perbedaan waktu, kami menyimak kutbah tersebut melalui Muslim Television Ahmadiyya Internasional.”
Masjid Mubarak mampu menampung 500 jemaah. Dengan tambahan Masroor Hall yang letaknya bersisian dengan Masjid Mubarak, masjid ini bisa menampung hingga 2.000 jemaah.
Adalah Osman Chou yang meletakan batu pondasi pertama masjid tersebut. Ia adalah cendekiawan Ahmadiyah asal Cina. “Osman Chou banyak menterjemahkan tafsir Al-Quran ke bahasa Cina,” ujar Mirajuddin Sahid. Ia belajar dan mengenal Islam di Rabwah, Pakistan, dan salah satu kesayangan kalifah keempat Ahmadiyah, Hazrat Mirza Tahir Ahmad.
Makam Hazrat Mirza Tahir Ahmad dan istri di kompleks Islamabad, Tilford, Surrey, Inggris. Tempo/Yandhrie Arvian
Osman Chou juga dekat dengan komunitas Ahmadiyah Indonesia. “Kalau ia masih hidup, pasti kami diundang makan oleh beliau,” ucap Mirajuddin sambil tersenyum.
Wafat pada 13 April 2018, nama Osman Chou kini diabadikan di salah satu bangunan di kompleks Islamabad, persis di sebelah kiri rumah Hazrat Mirza Masroor Ahmad.
Kompleks Islamabad juga menjadi tempat peristirahatan terakhir pemipimin Ahmadiyah keempat, Hazrat Mirza Tahir Ahmad. Ia wafat pada 2003. Makamnya berdampingan dengan makam istrinya, Sayyidah Mansoora Begum.
YANDHRIE ARVIAN (Surrey, Inggris)