INI bukan sulap, bukan pula matematika baru. Empat akademi
swasta ditambah satu universitas swasta, hasilnya ternyata
sebuah Universitas Ujung Galuh. Itulah yang terjadi di Surabaya
persis di awal bulan ini: penandatanganan kesepakatan untuk
merger alias melebur jadi satu dari Akademi Industri Surabaya,
Akademi Bank Surabaya, Akademi Ilmu Hukum, dan Kepengacaraan,
Akademi Kewanitaan, dan Universitas Hayam Wuruk. "Daripada
berdiri sendiri tapi lemah, lebih baik disatukan agar kuat,"
kata Soepomo, sekretaris Yayasan Pendidikan Widya Surya --
yayasannya universitas hasil gabungan itu tadi.
Di tengah kritik terhadap perguruan tinggi swasta, upaya fusi
ini adalah "langkah yang amat patut ditiru", kata Prof. Dr.
Soedarso Djojonegoro, ketua Kopertis Wilayah VII. Sebab memang
kenyataan, banyak PTS yang tak mampu berkembang, malah terus
merosot. Akademi Ilmu Hukum dan Kepengacaraan itu, misalnya,
berdiri 8 tahun yang lalu, hingga kini tetap saja statusnya
masih terdaftar. "Gedung saja belum punya, bagaimana kuliah bisa
baik," kata seorang mahasiswanya. Dan selama itu, menurut Parno
S.H., bekas kepala Bidang Hukum Akademi tersebut baru 13 orang
sempat yang lulus sarana muda dengan ujian negara. "Kini lebih
dari 100 sarjana muda lokal yang telah beberapa tahun menunggu
ujian negara yang tak kunjung dilaksanakan," katanya.
Bahkan yang disebut Universitas Hayam Wuruk sebenarnya sudah
pada 1976 tak lagi terdaftar namanya di Kopertis Wilayah VII.
"Itu memang betul," kata Soepomo. "Tapi inventaris kekayaannya
masih ada, dan sudah disetujui untuk dialihkan ke Yayasan Widya
Surya." Pokoknya usaha penggabungan ini benar-benar menolong.
Yang telanjur pingsan, seperti, Universitas Hayam Wuruk,
diaktifkan kembali. Yang hampir pingsan, seperti, Akademi
Kewanitaan yang membuka kuliah soal-soal wanita dan
kesejahteraan keluarga itu, diberi napas baru.
Tentu, penggabungan ini bukannya tanpa kesulitan. Pertemuan para
pimpinan PTS yang mau bergabung itu diadakan berkali-kali,
berbulan-bulan, sebelum kata sepakat dicapai. Soal rektor
misalnya, dalam jangka panjang ditiadakan. Disepakati
Universitas Ujung Galuh dikemudikan oleh Dewan Rektorium yang
anggotanya terdiri dari para direktur empat Akademi tadi dan
rektor Universitas Hayam Wuruk. Ketua dewan dipilih dua tahun
sekali, dan untuk masa 1983-1985 ini telah terpilih Drs.
Hendratno, yang dulu menjadi direktur Akademi Industri Surabaya.
Adapun para dekan untuk lima fakultasnya -- Teknologi Industri,
Hukum, Ekonomi, Teknik Sipil, dan Perencanaan, dan Ilmu
Administrasi Pendidikan -- baru ada dua dekan ditentukan. Ialah,
untuk Fakultas Hukum dan Fakultas Teknologi Industri. Dekan
diputuskan oleh Dewan Rektorium berdasar nama-nama yang
diusulkan oleh bekas PTS yang melebur, sesuai bidangnya.
Misalnya, Dekan Fakultas Hukum adalah orang dari Akademi Ilmu
Hukum dan Kepengacaraan, dan seterusnya.
Yang ramai ialah menentukan gaji dosen. Selain standar gaji yang
berbeda di PTS yang fusi ini ternyata "banyak dosen di Akademi
yang kini merger ini tak memikirkan gaji," kata Soepomo. "Mereka
mengajar karena dedikasi saja." Kini ditentukan gaji dosen
berdasar beban kuliah yang disandangnya. Pun untuk uang kuliah
mahasiswa, yang dulunya berbeda-beda, kini ditentukan berdasar
jumlah Satuan Kredit Semester yang harus ditempuh. Dengan batas
terendah Rp 15 ribu per bulan. Harap dicatat, Universitas Ujung
Galuh yang baru akan memulai kuliahnya bulan depan, telah
mempersiapkan diri memakai sistem Satuan Kredit Semester --
bukan lagi sistem kenaikan tingkat.
Toh, pihak Kopertis tetap berpegang pada prosedur. Bila dulu
akademi-akademi yang merger itu telah berstatus terdaftar, lima
fakultas Universitas Ujung Galuh kembali masih dalam status
percobaan untuk menjadi terdaftar. Maka dalam dua tahun
mendatang merupakan tantangan bagi universitas baru ini untuk
mencetak prestasi agar memperoleh status terdaftar. Kalau tidak,
fusi ini hanya akan menjadi awal bubarnya akademi-akademi yang
kini memang sudah kembang-kempis itu.
Tapi para pengurus yayasan merasa Optimistis karena, misalnya,
mereka sudah menjediakan tanah 1 ha untuk membangun kampus baru.
Dan sampai pekan lalu sudah sekitar 300 calon mahasiswa yang
mendaftar, selain sekitar 500 mahasiswa lama dari
akademi-akademi yang bergabung itu. Hebatnya lagi, sudah ada
rencana membangun asrama dan poliklinik buat mahasiswa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini