SEJAK awal 1975 silam, sudah ada suara yang mengusulkan adanya
suatu pembagian fungsi buat pelabuhan-pelabuhan laut di Bali.
Kecuali Gilimanuk yang tak disebut-sebut -- Gilimanuk dibiarkan
berkembang seperti sekarang -- yang lainnya sudah direka-reka
nasib hari kemudiannya. Bali sebelah utara punya pelabuhan
Buleleng yang letaknya persis di kota Singaraja. Karena dianggap
bikin kotor dan sumpek kota, pelabuhan itu dipindah jauh ke
barat, di sebuah daerah yang kini hancur akibat gempa bernama
Celukan Bawang. Penjajagan ke arah itu sudah disiapkan lama,
jauh sebelum gempa. Pelabuhan Celukan Bawang ini nanti akan
berfungsi sebagai pelabuhan ekspor, khususnya ternak.
Hampir serupa di sebelah timur ada pelabuhan Padangbai, sebagai
pintu utama menuju Lombok. Namun Pemda Bali terutama Kabupaten
Karangasem mengusulkan agar pelabuhan ini dipindah lagi agak ke
timur di sebuah tempat bernama Labuhan Amuk. Alasannya, selain
panorama indah, lautnya lebih dalam, hingga kapal besar dapat
berlabuh. Memang selama ini, kapal pesiar semacam Rasa Sayang,
Prinsedam, Queen Elizabeth, berlabuh di perairan Labuhan Amuk,
dan dengan tongkang turis didaratkan ke dermaga Padangbai. Kapal
pesiar macam tadi memang tidak juga bisa mendarat di Benoa.
Untuk itu Bupati Karangasem Anak Agung Gde Karang suka
mondar-mandir Bali-Jakarta mengurus niatnya, agar Labuhan Amuk
segera diproklamirkan sebagai pelabuhan wisata.
Lalu pelabuhan Benoa di ujung selatan Baii, diapakan? Pelabuhan
tertua dan tersibuk ini akan dijadikan khusus pelabuhan barang.
Dengan demikian semua pelabuhan di Bali mengkhususkan diri:
kalau kirim sapi ke Hongkong mesti lewat Celukan Bawang, kalau
mendatangkan kayu kruing bongkar di Benoa, dan jika wisatawan
datang lewat laut turunlah di Labuhan Amuk.
Terlalu Mahal
Tetapi, rencana setahun lewat, agaknya kini kembali mentah.
Kelanjutan pekerjaan di Celukan Bawang memang tetap, tapi tak
lagi disebut sebagai pelabuhan khusus untuk ekspor. Malah Bupati
Buleleng Hartawan Mataram, sebelum gempa, mengharap turis lebih
banyak datang via Celukan Bawang. Yang nampak sepi saja, adalah
di Labuhan Amuk. Bupati Karangasem agaknya tak lagi
mondar-mandir Bali-Jakarta. Setelah beberapa kali ditinjau orang
pusat jawaban yang diperoleh tidak melegakan. "Biaya untuk itu
terlalu mahal. Kalaupun ada biaya, lebih baik mengeruk Padangbai
dan melengkapi dermaganya di pada membangun pelabuhan baru di
Labuhan Amuk", begitu konon alasan orang pusat seperti yang
disampaikan sumber TEMPO di Padangbai.
Pelabuhan Padangbai sekarang, memang nampak semakin manis.
Fasilitasnya bertambah. Semua itu karena adanya KM Lembar yang
mondar-mandir di selat Lombok. Tapi pelabuhan ini tidak dikeruk.
Yang dikeruk justru pelabuhan Benoa. "Tahun anggaran 1976/77 ini
ada biaya Rp 70 juta untuk mengeruk Benoa, dan diharap 100.000
meter kubik lumpur diangkat hingga kedalaman pelabuhan 7 meter
pada saat air laut surut", kata Martin Emor BA, Administrator
Pelabuhan Benoa pada upacara selamatan kapal keruk "Marion"
belum lama ini. Pekerjaan ini masih diteruskan tahun berikutnya
dengan biaya lebih besar yakni Rp 140 juta. Pada saat kedalaman
muara pelabuhan 8 meter pada saat air laut surut, maka pasti
kapal turis semacam Rasa Sayang dengan panjang 175 meter bisa
menurunkan turis di Benoa. Apakah ini berarti Benoa dikembangkan
menjadi pelabuhan wisata? "Memang", ujar Martin Emor, "kenyataan
demikian, wisatawan lebih cenderung berlabuh di Benoa karena
dekat dengan obyek wisata dan hotel".
Pengerukan pelabuhan Benoa oleh Kapal Keruk Marion akan
berlangsung 3 bulan dirnulai Nopember ini. Paling lambat
Pebruari tahun depan kapal pesiar yang besar tak perlu susah
payah ke perairan Labuhan Amuk di selat Lombok, untuk menurunkan
turisnya. Dan ini berarti Benoa semakin sibuk dan ramai. "Tapi
bongkar muat barang di Benoa menurun dari tahun ke tahun", kata
Martin Emor pada TEMPO. Dalam data yang disodorkan, memang
barang yang dibongkar September 1976 berjumlah 48.966,07 ton
padahal September 75 berjumlah 51.574 ton. Pemuatan barang
September 1976 berjumlah 5.649,43 ton, September 1975, 14.270
ton. lni berarti Benoa berangsur-angsur pudar sebagai pelabuhan
barang. Lalu jumlah kapal yang menurunkan wisatawan? "Selalu
meningkat, dan jika kedalaman sudah normal akan lebih meningkat
lagi turis masuk melalui Benoa", jawab Martin Emor pasti. Sayang
penguasa pelabuhan di daerah wisata yang ramai ini tidak
menyebut angka peningkatan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini