Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan aparat kepolisian menyerbu dan menangkap puluhan warga yang menolak rencana pengukuran tanah untuk proyek tambang batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Selasa, 8 Februari 2022. Salah satu warga yang turut ditangkap adalah seniman-aktivis Yayak Yatmaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa Yayak Yatmaka dan bagaimana sepak terjangnya dalam dunia seni dan aktivisme? Dilansir dari Majalah Tempo edisi 15 Mei 2021, Yayak pertama kali membuat karya seni bermuatan isu sosial dan politik semasa menjadi mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung pada 1977. Saat itu, gairah gerakan mahasiswa memanas untuk menurunkan Soeharto.
Di luar kampus, Yayak aktif mengikuti pergerakan dan jaringan aktivis, termasuk mengawal konflik agraria. Salah satu poster kalendernya berjudul “Tanah untuk Rakyat” (1991) menjadikannya sebagai buronan rezim Orde Baru.
Sebab, di poster itu Yayak menggambar kumpulan sosok tokoh yang terkait dengan kasus konflik agraria di Indonesia. Salah satu tokohnya tak lain adalah Soeharto yang sedang bermain golf secara telanjang.
Dalam waktu singkat, poster tersebut menyebar ke berbagai daerah. Satu persatu, siapa pun yang terlibat dalam pembuatan poster mulai diburu oleh aparat. Yayak bersama anak dan istrinya berhasil melarikan diri ke Jerman.
Selama di Jerman, Yayak tetap bekerja sebagai seorang seniman. Bahkan, pada 1993, ia menggambar sebuah baliho berisikan narasi protes akan korban-korban yang berjatuhan semasa rezim Soeharto.
“Semasa di luar negeri, aku justru bisa mendapat informasi lebih banyak tentang apa yang terjadi di Indonesia. Dan kejadian apa pun yang berhubungan dengan Soeharto ataupun tentara langsung aku gambar,” kata Yayak.
Pada 2005, ia kembali ke Indonesia dan menetap di Yogyakarta. Semangat berkarya dengan mengangkat isu kritik kepada pemerintah tak padam. Yayak aktif melukis di media-media poster, buku, hingga menggelar pameran tunggal.
Sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, semenjak 2007 Yayak melakukan perubahan dalam teknik lukisnya. Yaitu menggambar secara manual di komputer. Selain itu, ia sering mempublikasikan karyanya ke media sosial Facebook.
Berdasarkan pengamatan Tempo di lapangan, Yayak turut mendukung aksi penolakan warga Wadas terhadap wacana penambangan kuari. Salah satu lukisannya yang terpampang di Desa Wadas yakni berupa baliho bertulisan “Tolak Tambang Andesit di Desa Wadas”.
Di baliho itu, Yayak menggambar kepala manusia dengan raut wajah memelas. Rambut keriting berwarna hijau, seakan mengindikasikan bahwa kepala itu adalah sebuah pohon. Tepat di dahinya, terdapat sebuah sebuah alat berat yang sedang mengeruk isi kepala.
HARIS SETYAWAN