PERGANTIAN kali ini bisa dikatakan luar biasa di DPR. Biasanya parpol atau ABRI hanya menyiapkan 1-2 orang dalam pergantian antarwaktu -- umumnya menggantikan anggota yang meninggal -- tetapi kini akan ada 30 lebih anggota dalam pergantian mendatang dari F-ABRI. Berita akan ditariknya hampir sepertiga anggota F-ABRI DPR itu mengejutkan. "Ini sebagai pelaksanaan kaderisasi di jajaran ABRI," kata juru bicara F-ABRI Sundoro Syamsuri. Prosedur penarikan 30 orang anggota ini sudah dilakukan, yaitu Panglima ABRI mengusulkan kepada Presiden melalui pimpinan DPR/MPR. Namun, keputusannya menunggu Presiden pulang dari luar negeri. Semula komposisi 30 orang yang akan diganti itu terdiri dari 15 orang Angkatan Darat, 5 Polri, 5 Angkatan Udara, dan 5 Angkatan Laut. Namun, akhirnya, diputuskan jumlah Polri 5-10 orang, TNI AD 10-15 orang, sedang TNI AU dan TNI AL tetap. Saat ini, komposisi keanggotaan F-ABRI terdiri dari 52 orang AD dan masing-masing 16 orang dari AU, AL, dan Polri. Sementara itu, satu-satunya primadona F-ABRI, yaitu Rukmini Koesoemo Astuti akan mendapat tiga teman wanita. Mereka dari TNI AD dan Polri. Rukmini, Samsudin, dan Isnain Mahmud yang selama ini cergas terhadap kebijaksanaan pemerintah tetap tinggal di sana. Juga akan masuk seorang laksamana, bekas Deputi Operasi Mabes AL. Menurut Sundoro, dari para pengganti ini diharapkan muncul perwira tinggi ABRI yang usianya relatif muda. Penarikan ini, menurut juru bicara F-ABRI, tidak ada kaitannya dengan kualitas anggota dewan. Kecuali hanya peralihan tugas dan tempat. Ia juga membantah sinyalemen yang beredar selama ini tentang anggota F-ABRI yang akan diganti itu karena tidak becus. Justru, mereka yang diganti ini orang-orang yang, meskipun selama ini banyak "diam", punya kemampuan berpikir dan konseptor yang baik. Ini bisa diterima mengingat di antara ke-30 anggota F-ABRI yang akan diganti, termasuk di dalamnya seorang Sekretaris Fraksi, yang kabarnya akan ditarik ke Mabes ABRI. Ada juga yang memasuki masa pensiun, setelah ditarik nanti. Tampaknya, penggantian juga berkaitan erat dengan menghadapi Sidang Umum MPR 1993. ABRI tampaknya menganggap perlu memperluas penguasaannya di bidang sosial dan politik -- antara lain lewat lembaga legislatif. Jumlah anggota F-ABRI yang hanya 100 orang dianggap kurang memadai. Karenanya, perlu disalurkan aspirasinya lewat FKP. Pada 1987, misalnya, seusai masa bakti DPR/MPR 1982-1987, sejumlah anggota F-ABRI juga diganti. Mereka persis sama dengan jumlah pergantian antarwaktu kali ini: 30 orang. Ternyata, 27 eks anggota DPR/MPR ini tak pindah jauh, hanya turun dua tingkat dari tempat kerja mereka di Gedung DPR lantai 8. Dalam DPR masa bakti 1987-1992, mereka menempati lantai 5 dan 6 DPR karena jadi anggota DPR, tapi dari FKP. Contohnya Sabar Kumbino Wakil Ketua Komisi I, dan Soeharto, yang kini malah sebagai Ketua FKP. Perpindahan fraksi ini menimbulkan juga suara-suara sumbang. Ada istilah kutu loncat bagi mereka. Suara miring ini rupanya akan dihindari. Mereka mengakhiri keanggotaan di DPR sebelum masa baktinya selesai, dipindahkan ke organik atau masuk ke Pepabri (Persatuan Purnawirawan ABRI), atau di ormas lain yang bernaung di bawah Golkar. Maka, kalau kemudian mereka masuk menjadi anggota FKP, diharapkan tak timbul istilah kutu loncat lagi. Dalam masa bakti kali ini, sudah ada dua anggota F-ABRI yang keluar sebelum waktunya, lalu pindah ke Golkar. Mereka adalah bekas juru bicara F-ABRI Sugeng Wijaya, dan Ketua Komisi VIII dr. Suhadi yang ditarik di DPP Golkar. Laporan Rustam F. Mandayun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini