Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mimpi PSI Melenggang ke Senayan

Hasil hitung cepat lembaga survei memastikan PSI tak lolos ke Senayan. Tapi PSI tetap yakin meraih suara nasional di atas 4 persen.

27 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep saat kampanye akbar di Denpasar, Bali, 5 Februari 2024. ANTARA/Fikri Yusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Pengurus Partai Solidaritas Indonesia optimistis partainya akan lolos ke Senayan. Mereka mengesampingkan hasil hitung cepat Pemilu 2024 oleh semua lembaga survei yang menunjukkan bahwa partai berlambang bunga mawar itu hanya meraih suara 2,5-2,8 persen atau di bawah parliamentary threshold sebesar 4 persen dari total suara sah nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami mengacu pada beberapa survei menjelang pemilu yang menyebutkan elektabilitas PSI sudah di atas 4 persen, termasuk dari survei internal kami,” kata juru bicara Dewan Pimpinan Pusat PSI, Sigit Widodo, Senin, 26 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyebutkan survei internal partainya menunjukkan PSI meraih suara di angka 4,5 persen dengan margin of error 1-2 persen. Di samping itu, PSI menjadikan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei sebagai landasan keyakinan mereka.

Sigit menyebutkan hasil quick count lembaga survei memperlihatkan perolehan suara partainya mendekati 3 persen. Artinya, kata dia, suara PSI bisa saja berada di angka 4 persen ketika melihat margin of error lembaga survei yang sebesar 1-1,5 persen. 

PSI juga membandingkan hasil Pemilu 2019 untuk memperkuat keyakinannya. Sigit mengklaim jumlah perolehan suara PSI pada Pemilu 2024 melonjak hingga lima kali lipat di beberapa daerah, khususnya dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten-kota, dibandingkan dengan hasil pemilu lalu. 

Sigit yakin lonjakan jumlah suara partainya di tingkat lokal itu akan berbarengan dengan kenaikan perolehan suara secara nasional. Ketika perolehan suara nasional PSI juga naik hingga 4-5 kali lipat, kata Sigit, secara otomatis partai yang dipimpin Kaesang Pangarep—putra Presiden Joko Widodo—itu akan melenggang ke Senayan. Pada Pemilu 2019, PSI meraih 1,89 persen suara secara nasional. 

Ia menghitung perolehan suara nasional PSI cukup naik 2,1 lipat dibanding pemilu lalu untuk mencapai angka 4 persen. “Dari dua data tersebut saja kami optimistis suara PSI sudah di atas 4 persen,” ujar Sigit. 

Optimisme PSI ini berbanding terbalik dengan hasil hitung cepat semua lembaga survei, yang dirilis beberapa jam setelah pemungutan suara pada 14 Februari lalu. Hasil quick count Populi Center, Indikator Politik Indonesia, Litbang Kompas, Poltracking Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Lembaga Survei Kedai Kopi, dan Lembaga Survei Indonesia menunjukkan perolehan suara PSI secara nasional hanya 2,62-2,90 persen. Rata-rata margin of error lembaga survei itu berada di bawah 1 persen.

Rapat Partai Solidaritas Indonesia yang dihadiri sejumlah jajaran pengurus di Gedung DPP PSI, Jakarta, 26 September 2023. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Hasil hitung cepat tersebut relatif sejalan dengan data real count Komisi Pemilihan Umum yang diunggah di situs web Pemilu2024.kpu.go.id pada pukul 20.00 WIB, Senin, 26 Februari 2024. Pada situs web tersebut tertulis bahwa PSI hanya meraih suara DPR sebesar 2.057.838 atau setara dengan 2,72 persen. Data yang terekap pada situs web KPU itu sudah mencapai 64,77 persen, yang diunggah oleh penyelenggara pemilu di aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap). 

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan survei terakhir lembaganya sebelum pemungutan suara mencatat PSI hanya meraih 2,3 persen suara. Survei itu tak jauh berbeda dengan hasil quick count Indikator Politik Indonesia, yang menunjukkan PSI hanya mendapatkan 2,65 persen suara nasional. 

Burhanuddin menegaskan, Indikator Politik Indonesia sudah menghitung margin of error perolehan suara setiap partai berdasarkan sampel di 3.000 tempat pemungutan suara (TPS) dengan total suara sah 520.616. Adapun margin of error PSI sekitar 0,16 persen. 

Burhanuddin menjelaskan, jika Indikator Politik Indonesia memakai margin of error generik sekitar 0,54 persen, perolehan suara nasional PSI tetap tidak sampai 4 persen atau hanya meraih 2,65 persen. 

“Hasil ini juga terkonfirmasi semua lembaga penyelenggara quick count,” kata Burhanuddin, kemarin.

Menurut Burhanuddin, fungsi utama quick count adalah sebagai alat deteksi kecurangan pemilu. Karena itu, publik patut mencurigai ketika terjadi perbedaan perolehan suara peserta pemilu secara signifikan, antara hasil hitung cepat lembaga survei dan hasil rekapitulasi KPU.

Peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menguatkan pendapat Burhanuddin itu. Usep mengatakan hasil hitung cepat lembaganya mencatat perolehan suara nasional PSI hanya berada di angka 2,7 persen. Adapun margin of error hitung cepat Populi Center sebesar 0,5 persen. “Kalaupun bergeser, paling meraih 2,8-2,9 persen. Angka itu masih jauh (dari 4 persen),” kata Usep.

Usep yakin hasil quick count Populi Center ataupun lembaganya survei lainnya sangat akurat. Populi Center mengambil sampel pada 2.500 TPS, dengan rata-rata 250-300 pemilih di satu TPS.

Usep ragu akan hasil survei internal PSI. Ia juga menepis anggapan bahwa PSI akan lolos ke Senayan karena perolehan suaranya sudah berada di atas 4 persen di 15 daerah pemilihan. Kesimpulan itu ia anggap keliru karena masih ada 69 daerah pemilihan lainnya. “Jika ada praktik jual-beli suara pun, (PSI) tetap sulit menutup kekurangan suara di 69 dapil lainnya,” katanya. 

Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, 22 Agustus 2023. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan hasil hitung cepat lembaganya menunjukkan perolehan suara nasional PSI hanya 2,9 persen. Ia menegaskan, sesuai dengan hasil quick count SMRC, hanya delapan partai politik yang mendapatkan suara di atas 4 persen. Mereka adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional. Lalu sepuluh partai lainnya berada di bawah ambang batas parlemen.

Menurut Deni, di antara sepuluh partai tersebut, hanya Partai Persatuan Pembangunan yang berpeluang lolos ke Senayan. Ia memperkirakan partai berlambang Ka’bah ini meraih 3,51-4,11 persen suara. “PSI, Perindo, Gelora, Hanura, Partai Buruh, Partai Ummat, PBB, Garuda, dan PKN diperkirakan tidak lolos ke Senayan,” kata Deni.

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie enggan menanggapi hasil quick count tersebut. Grace mengatakan saat ini partainya berfokus mengawal rekapitulasi suara, yang saat ini berada di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). “Real count masih di kisaran 60 persen. Kami tunggu saja, kan penghitungan belum selesai,” kata Grace, kemarin.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan praktik jual-beli suara memungkinkan terjadi saat rekapitulasi suara di tingkat PPK. “Biasanya potensi manipulasi saat merekap di kecamatan. Suara bisa digeser-geser, misalnya, dari suara partai yang tidak berpotensi mendapat kursi ke partai yang lain,” kata Khoirunnisa.

Ia mengatakan praktik jual-beli suara itu dapat diantisipasi dengan jalan KPU merekapitulasi secara transparan. Caranya, penyelenggara pemilu memastikan semua form C-Hasil terunggah di aplikasi Sirekap. “Karena proses manual dan berjenjang itu tidak semuanya terawasi publik,” kata Khoirunnisa. “Selain itu, belum tentu semua parpol punya saksi dalam proses rekapitulasi manual dan berjenjang itu.”

EKA YUDHA SAPUTRA | BAGUS PRIBADI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus