GUBERNUR NTB (Lombok dan Sumbawa) tampak gembira ketika menerima
tim dari Jakarta yang langsung dipimpin Menteri Ekuin Prof.
Widjojo Nitisastro. Kedatangan orang-orang penting dari pusat
itu telah dimanfaatkan oleh Gubernur Wasitakusumah untuk ikut
meninjau desa-desa yang dilanda gempa. Apa yang membuat Gubernur
terlambat sampai lima hari untuk melakukan inspeksi sendiri,
telah dituturkan oleh seorang pembantu TEMPO yang ikut tim
Widjojo. Berikut ini laporannya:
Keharuan meliputi wajah Gubernur Wasitakusumah ketika menyalami
Menteri Ekuin Widjojo dan Menteri Perhubungan Emil Saiim di
lapangan terbang Rembiga, Lombok. Ia sedih karena
wilayah-wilayahnya yang terlanda gempa sangat terisolir. Tak ada
jalan menuju ke sana. "Kalau lewat laut harus menunggu sampai
Januari," katanya. Maksudnya, sampai Januari itu adalah musim
angin timur di mana ombak sangat besar.
Lewat darat? "Harus melalui jalan setapak di bukit-bukit dan
hanya bisa dilalui dengan berkuda," tambah Gubernur. Maka tim
Widjojo pun terbang dengan helikopter. Ini juga dimungkinkan
setelah tim SAR di bawah pimpinan Marsekal Pertama Dono Indarto
berhasil mendarat di desa Perung dekat Ai Ketapang kecamatan
Lunyuk, Sumbawa Selatan, 23 Agustus lalu.
Penduduk Ai Ketapang sendid (yang desanya porak poranda) sudah
seminggu mengungsi ke bukit Sampar Pemantu, khawatir gelombang
datang lagi. Dan Gubernur Wasita baru pertama kali itu meninjau
ke sana.
Akan halnya tugas-tugas tim SAR, memang lancar-lancar saja
adanya, meski ketika menurunkan bantuan di desa Perung, telah
terjadi kecelakaan. Sebuah larung beras terpental beberapa kali
dan akhirnya menimpa Afandi, seorang pemuda yang tampaknya
terlalu bersemangat menyambut kedatangan tim SAR. Ia pingsan
selama tiga hari dan akhirnya meninggal. Seharusnya ia bisa
diselamatkan kalau tim kesehatan cepat bertindak.
Tapi memang ada beberapa karung bahan makanan lain yang hancur
berantakan ketika diturunkan dari udara, hingga tak bisa lagi
dimanfaatkan.
Desa lain yang juga lenyap adalah Tatar, kecamatan Jereweh,
Sumbawa Selatan, yang berpenduduk 237 jiwa. Tanah permukimannya
seluas 25 hektar, berpagar gunung, berpelataran Samudera Hindia.
Semua bangunan berdinding bambu, beratap daun aren-semuanya 47
buah termasuk madrasah.
Obat Sumbawa
"Gelombang pasang itu bersuara ramai sekali seperti orkes," kata
Zainal, kepala kampung Tatar. Ada 25 yang lewas, dua di
antaranya - Daking dan Jemadil - hilang. Seperti halnya Ai
Ketapang, Tatar juga belum pernah ditinjau pejabat.
Paling-paling Camat. Ketika helikopter tim Widjojo mendarat dua
kilometer dari lokasi musibah, penduduk berlarian menyambut.
Mereka menembus belukar menuju sisa bangunan - lebih tepat
gundukan tanah yang kering - di tengah padang pasir. Desa itu
sekarang memang sudah menjelma jadi padang pasir. "Mana pak
Gubernur?" tanya seorang penduduk. Lalu Zainal menyambung: "Ada
yang sakit." la berjalan dibuntuti Widjojo dan Emil Salim menuju
sebuah gubug. Yusuf, si sakit, mengaku sudah diobati oleh pak
Mantri.
Tapi tetangganya menjelaskan, Yusuf baru saja mendapat "obat
Sumbawa" (maksudnya obat tradisionil) dari mertuanya. Ia patah
tangan, memar di kepala, matanya sebelah bengkak merah-hitam.
hari itu juga, atas inisiatif Widjojo dan Emil, ia diterbangkan
dengan heli ke Mataram untuk perawatan.
Kecamatan Jereweh - 30 kilometer dari Tatar - bisa dicapai
kurang dari setengah hari perjalanan berkuda. Di sana,
sebagaimana di setiap kecamatan, terdapat SSB (single side band)
sebagai alat komunikasi yang penting. Di sini didapati lagi 25
orang tewas. Semula dilaporkan cuma 91 meninggal, kini jadi 116
orang.
Di kampung Teruwai, kecamatan Pujuk, pantai Awang Lombok Tengah,
penduduknya rata-rata nelayan. Ketika tim Widjojo datang,
sambutan mereka sangat mengharukan. Tamu-tamu itu disambut,
disalami, dicium tangannya. Meski tampak kegembiraan menyambut
para tamu, toh pada dasarnya mereka menyimpan kesedihan. Baik
anakanak maupun orang tua. Ketika Widjojo minta agar anak-anak
yatim-piatu yang orang tuanya meninggal dikumpulkan, hampir
semua ibu-ibu yang menggendong anaknya maju. "Bapak dan ibu saya
juga mati," kata mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini