Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mereka Ingin Yang Segar

Iain Alauddin Ujung Pandang belum punya rektor baru. Ada tiga calon, yang pertama meninggal. Pemda tidak setuju rektor wanita. Institut ini sejak awal (1966) memang sudah resah.(pdk)

24 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH 3 tahun IAIN Alauddin Ujungpandang belum punya Rektor baru. Rektor lama, Prof. A. Rahman Syihab, selain habis masa jabatannya 1976 lalu, juga sakit-sakitan. Apalagi ketika ia dicalonkan, 1972, mahasiswa menghendaki orang lain. Yaitu Dr. Harun Nasution, kini Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mereka mengarak poster keliling kampus Gunungsari: "Beri kami air susu segar." Tapi yang tampil Rahman Syihab yang memang dijagoi para sesepuh. Menyadari dirinya tak lagi "segar", sejak dicalonkan itu Rahman minta agar anaknya, M. Quraisy MA, lulusan universitas Al-Azhar Kairo, mendampinginya. Maka Mukti Ali, Menteri Agama waktu itu mengangkat Quraisy sebagai Pembantu Rektor bidang akademi, kemahasiswaan dan alumni. Sehari-hari, pimpinan IAIN Alauddin praktis di tangan Quraisy bersama drs. M. Ramli Yakub (Pembantu Rektor bidang administrasi) dan drs. Muhammad Ahmad, sekretaris. Sebagai orang kedua, seperti diakui Ramli Yakub, ketiganya tak bisa bertindak terlalu jauh. Inilah menurut M. Qasim Mathar bekas ketua umum DM IAIN Alauddin, penyebab timbulnya keresahan. Tak ayal, orang lantas menoleh pada drs. H. Muhyiddin Zain, Rektor sebelum Rahman Syihab. Dalam pemilihan Januari lalu, Muhyiddin memang menang. Ia mendapat 16 suara. Dua calon lainnya, 12 dan 4 suara, masing-masing Ny. dra. A. Rasdiana Amir, Dekan Fakultas Tarbiyah dan drs. HM Ramli Yakub. Dengan rekomendasi Gubernur, mereka diajukan kepada Menteri Agama. Mendadak calon pertama meninggal. Kini muncul 4 pola penyelesaian. Pertama: Ny. Rasdiana saja diangkat. Kedua: adakan pemilihan ulang. Ketiga: dibentuk caretaker. Keempat: menunggu dropping Menteri Agama. Dari keempat kemungkinan itu, tak ada yang berminat mengulang pemilihan. Bagaimana dengan Rasdiana, 43 tahun, yang runner up? Selain ada senat mahasiswa yang menyokongnya, kabarnya Dr. Zakiah Daradjat, Direktur Pendidikan Tinggi Agama yang juga wanita itu pernah menyarankan Menteri Agama agar calon kedua saja yang ditetapkan. IAIN Alauddin juga menerima tembusan surat Zakiah itu. Sulitnya, Pemerintah Daerah tidak setuju. Alasannya, sebagai wanita diragukankemampuannya mengatasi kalau-kalau timbul keresahan mahasiswa menjelang pemilu 1982. Di Jakarta, Zakiah enggan diinterpiu. Tapi Rasdiana sendiri tidak terlalu gusar. "Kalau tak jadi rektor ya tidak apalah," katanya kalem kepada Syahrir Makkurade dari TEMPO. Ibu dari 4 anak ini alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogya. Dia juga pernah menjadi salah seorang Pembantu Rektor IAIN Alauddin. Selain Pemerintah Daerah, ternyata Majlis Ulama Ujungpandang juga tak setuju Rasdiana jadi rektor. "NU Moderat" Kabarnya MU Ujungpandang menyurati Menteri Agama minta agar menetapkan calon lain di luar pemilihan. Disebut nama HM Hijaz Yunus, kini Rektor Universitas Muslim Ujungpandang dan drs. Samad Suhaeb, bekas Bupati Luwu. Malah ada yang bilang, itu atas saran Gubernur Andi Oddang. Benarkah? Gubernur sendiri menyatakan "belum pernah melihat" surat tersebut. Kalangan Pemda juga membantah. "Itu tidak benar. Pemerintah Daerah hanya menginginkan agar dalam pemilihan calon rektor didengar pula aspirasi alim ulama. Sebab seorang rektor juga pemimpin masyarakat di luar kampus," ujar drs. Mawardi, Humas Pemda Sulawesi Selatan. "Meskipun begitu, hal itu tergantung pada kesepakatan IAIN dan persetujuan Menteri Agama sendiri, " tambahnya. Anehnya, drs. HM Yasin Myala ketua MU Ujungpandang sendiri belum pernah mendapat laporan apa-apa. Sebab sejak ia menjadi anggota DPR-RI -- dan selanjutnya lebih banyak tinggal di Jakarta-urusan MU ia percayakan kepada tokoh lain antara lain kepada Quraisy. Jadi Yasin yang tamatan IAIN Sunan Kalijaga itu memang tak tahu-menahu. Tentang pencalonan Rasdiana, ia menilai cuma berdasarkan pertimbangan Pemerintah Daerah saja, "bukan karena pertimbangan agama." Menurutnya juga tak ada pertimbangan dari segi adat budaya setempat. "Sebab di sana juga banyak perempuan yang jadi pemimpin bidang sosial dan kemasyarakatan," kata Yasin Sabtu kemarin di kompleks perumahan DPR-RI, Senayan. Yang pasti caretaker sudah dibentuk. Beranggota 3 orang, 2 di antaranya nama yang disebut dalam surat MU kepada Menteri Agama yaitu Hijaz Yunus dan Samad Suhaeb. Yang seorang dianggap mewakili unsur ABRI: Mayor Pol. drs. H.M. Naim. Sementara menunggu keputusan Menteri Agama, sebuah sumber TEMPO menyatakan kemungkinan dropping bukannya tak ada. Dan itu berarti calon yang sama sekali lain. Dalam sebuah briefing, Irjen Departemen Agama Anton Timur Djaelani MA ada menyebut sebuah nama sebagai calon: Wasit Aulawi MA, yang kini Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Siapa pun kelak yang jadi rektor, memang diharapkan mampu mengguyur "susu segar" di kampus yang berusia hampir 14 tahun itu. Institut ini sejak awal memang sudah resah. Tahun 1966, ketika Menteri Agama KHM Dahlan meninjau ke sana, seorang mahasiswa membanting kursi mengadukan Rektor Aroeppala, bekas Walikota Makasar, yang menindak secara sepihak mahasiswa yang dituduh membocorkan ujian. Aroeppala ketika itu dianggap terlalu berpihak kepada kelompok NU. Pertentangan politik reda ketika Muhyiddin Zain yang dianggap "NU moderat" tampil sebagai Rektor meski kemudian juga timbul keresahan jenis lain: perkelahian antar suku. Malah sering ada staf pengajar menerima "bogem mentah". Gejolak di institut yang punya 4 fakultas induk dan 9 cabang tersebar di Indonesia bagian Timur ini menjadi-jadi di akhir masa jabatan Rektor Rahman Syihab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus