Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mereka Menjual Hari Ini

BUUD/KUD Indragiri Hilir sudah berdiri tapi tengkulak masih menjerat petani. Petani terpaksa menjual sebagian hari esok demi kebutuhan hari ini. (dh)

21 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDRAGIRI Hilir punya bupati baru sejak 27 Maret lalu. Drs Baharuddin Yusuf yang digantikan drs Bakir Ali mengelola daerah itu selama 11 tahun. Hanya, Parasamya Purnakarya Nugraha bagai anugerah keberhasilan di bidang pembangunan diterima daerah itu beberapa waktu lalu. Indragiri Hilir selama ini dikenal sebagai kabupaten penghasil kopra di Daerah Riau. Produksinya setahun mencapai hampir 100 ribu ton. Lantaran penanaman kelapa dilakukan dengan sungguh-sungguh. Setidaknya boleh di catat: seluas 30 ribu hektar perkebuanan kelapa pantai muncul dalam dua kali Pelita. Sebanyak 10 buah pabrik minyak kelapa di sana tidak pernah mengeluh kekurangan bahan baku seperti terjadi di beberapa tempat lain. Sekalipun begitu masalah tetap ada. Sejumlah BUUD/KUD sudah berdiri. Tapi tengkulak masih sering menjerat petani. "Petani terpaksa menjual sebagian hari esok demi kebutuhan hari ini," ucap Subrantas. Dan Gubernur Riau ini tak ayal menyebut hal itu sebagai salal satu tugas yang harus diselesaikan oleh Bupati Bakir ketika ia melantik yang bersangkutan. "Itu memang sebagian soal yang belum seluruhnya berhasil ditangani," komentar bupati lama Baharuddin kepada TEMPO. Menurut Bahar, kesulitannya adalah karena masyarakat Indragiri Hilir "sulit diajak berpartisipasi dan sedikit tertutup." BUUD/KUD tidak berkembang selain karena permodalannya lemah juga dikatakan karena petani menjauhinya. Di Bawah Harga Beras Kalangan petani yang sempat ditemui TEMPO memang menyatakan ragu berhubungan dengan BUUD/KUD. Karna menurut mereka BUUD/KUD itu sudah menjadi alat pengusaha kopra untuk menggorok petani. Apabila minggu-minggu terakhir ini harga kopra di Kuala Tungkal (Jambi) bertahan Rp 180 per Kg, di Tembilahan (Indragiri Hilir) Rp 50 lebih murah. Dan petani Indragiri Hilir selain disodori harga lebih murah dari harga di Kuala Tungkal juga masih dimintai dana Rp 20 per Kg oleh BUUD/KUD. Jadinya mereka hanya menerima Rp 110 tiap kilogram. Dan itu berarti tak begitu jauh di bawah nilai beras yang di Indragiri Hilir sekarang betharga Rp 250 sekilogram. Betulkah BUUD/KUD sudah berubah fungsi? "Selentingan memang begitu," kata Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir M. Adnan BA "cuma belum terdapat fakta-fakta yang cukup untuk kami bicarakan." Bakir Ali yang sebelum dilantik menjadi bupati bertugas di Biro Pembangunan kantor gubernur di Pekanbaru tak mau bicara banyak tentang hal itu. Hanya dikatakannya, Gubernur Subrantas setuju Bank Pembangunan Daerah Riau membuka cabang di Indragiri Hilir. Dengan itu diharapkan modal BUUD/KUD di kabupaten itu bisa dibantu agar mampu bersaing dengan tengkulak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus