Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERPECAHAN di kalangan fundamentalis Kristen Mormon muncul kembali setelah pada 1950-an. Kekerasan terakhir pertengahan bulan lalu seperti ditulis dalam tabloid Church News, 30 Januari. Sebuah gereja Mormon diledakkan dengan bom. Pasalnya, masih soal klasik: poligami. Ini terjadi di sebuah keluarga petani di Marion Utah, Amerika Serikat. Di sana ada sekitar 20 hingga 30 ribu jemaah fundamentalis Mormon. Mereka sebagian besar tinggal di pantai bagian barat AS, sebagian lagi di Meksiko dan Kanada. Di Inggris, 30 tahun lalu, jemaahnya masih 6.000, kini membengkak lebih dari 150 ribu orang. Di Marion Utah itu, tersebutlah John Singer. Tanpa jelas alasannya, ia memutuskan menarik ketujuh putranya keluar dari sekolahan setempat. Padahal, tindakannya itu menyalahi undang-undang dan hukum di AS, yang jelas mengharuskan anak-anak bersekolah. Kepala sekolah membujuk Singer supaya memasukkan anak-anaknya ke sekolah. Karena gagal, kepala sekolah menyeret orang ini ke pengadilan. Tapi Singer memblokade rumahnya dengan tong dan kayu. Selain ketujuh anaknya, Singer juga mengajak seorang istrinya - yang belum dicerai oleh suaminya yang pertama - untuk bertahan di dalam rumah. Ketika polisi menyuruh Singer menyerah, petani itu justru keluar dengan membawa senjata panjang, dan menembaki petugas. Tak ayal, polisi juga membalasnya. Singer akhirnya matl tertembak. Setelah itu, anak-anaknya tercerai-berai dibawa pergi entah ke mana oleh kedua ibunya. Dua putrinya yang masih tinggal di Utah kemudian kawin dengan Addam Swapp, yang bertugas menjadi kepala rumah tangga di rumah Singer di negara bagian itu. Timbul lagi sengketa baru, soal tanah, antara Swapp dan Gerald Weller - tetangga yang juga masih sepupu Singer. Ketika pengadilan memenangkan Swapp atas tanah sengketa yang beratas nama Vickie (salah seorang janda Singer) tetangga yang tadi justru memutuskan saluran alr yang menuju ke rumah Singer. Weller tak menerima putusan pengadilan. Ia mengancam akan membunuh Swapp. Karena itu, polisi terpaksa menjadi keamanan Swapp. Eh, sebaliknya, Weller menantang dengan mendinamit bangunan gereja Mormon setempat, hmgga kerusakannya mencapai satu juta dolar AS. Dalam insiden pada 28 Januari itu seorang polisi meninggal setelah terlibat dalam aksi tembak-menembak dengan Weller, yang kemudian ditangkap. Tapi kegiatan gereja itu tak macet. "Segalanya berjalan lancar, karena banyak yang membantu," kata Ronald Rydalch, Ketua Pusat Pertemuan Gereja-Gereja Mormon di Kamas. Mormonisme ditumbuhkan oleh Nabi Joseph Smith (1805--1844). Ia juga menetapkan bahwa poligami alias "kawin jamak" itu merupakan panggilan utama kaum Mormon. Smith mengemukakan pendapatnya itu berdasar "wahyu ilahi" dan sunah dari para nabi, seperti Abraham,Jacob, David, dan Solomon. Karena ajaran poligaminya itu, Smith kemudian dikejar-kejar. Setelah ditangkap, pada 1844 ia menjalani eksekusi, tanpa pemeriksaan pengadilan. Smith yang melakukan kawin jamak itu mati muda. Dua tahun kemudian, Brigham Young (1801-1877), pelanjut Smith, mengajak kaum Mormon melakukan perpindahan masal dari Illinois ke Utah. Eksodus tersebut jadi legendaris. Di kota baru yang mulai bersemi itu, kaum Mormon kembali melangsungkan praktek poligami secara terbuka. Young sendiri punya lebih dari 25 istri. Dan anaknya 57- sama seperti para kepala keluarga Mormon lain yang banyak anak. Sanksi Gereja pada kelompok Mormon yang melakukan poligami di Utah pernah berlangsung dalam satu generasi, sejak 1852 hingga 1890. Pada 1882, undang-undang Edmund mencakup beberapa hukuman bagi mereka yang berpoligami dan "kumpul kebo". Tapi para tokoh Mormon tak menghiraukan. Pada 1887, Kongres mengajukan undang-undang Edmund-Tucker. Gereja dimasukkan sebagai suatu badan hukum, dan perannya diakui. Kali ini para tokoh Mormon menyerah. Pada 1890, pimpinan gereja Wilford Woodruff mengeluarkan manifesto terkenal, yang menyatakan bahwa kawin jamak tak boleh diajarkan dan tak seorang pun boleh beristri lebih dari seorang. "Saya menasihatkan supaya para Orang Suci Zaman Akhir menjauhkan diri dari ikatan yang dilarang hukum negara," ujarnya di depan pertemuan terbuka pada 24 September 1890. Setelah itu, atas perintah dia, Endowment House alias Balai Nikah langsung dibongkar. Hanya sebagian dari penganut Mormon berpoligami secara sembunyi. Dan dua quorum dari 12 rasul menolak melaporkannya. Kelompok kaum poligamis, atas legitimasi dari mercka itu, kemudian menyingkir ke Meksiko dan Arizona. Di dua tempat itu aturan perkawinan tak seketat di Utah. Kitab Mormon memang berbeda jauh dari Alkitab (lihat Silsilah dari Gua Utah). Karena itulah Mormonisme dituduh menyimpang dari ajaran Kristen yang umum dikenal selama ini. Walau demikian, Mormon yang menjalar ke Indonesia tidak dilarang. "Di sini pengikutnya tidak mengganggu, maka mereka dibiarkan. Tapi soal ajarannya, tanya saja pada yang lain," kata Drs. Julius Martawilaja, 52 tahun, Direktur Jenderal Bimas Kristen Protestan Departemen Agama. Gerejanya, Yesus Kristus Orang Suci Zaman Akhir, berdiri megah di Jalan Dr. Saharjo, Jakarta Selatan. Awalnya 1979. Carlos Smith, seorang Inggris yang menjadi ketua misi di Singapura, mengirimkan "anak buah"-nya ke Indonesia. Lewat beberapa juru dakwah, Mormonisme tersebar ke 9 kota besar: Jakarta, Bandung, Yogya, Manado, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, dan Bogor. Kunjungan David M. Kennedy, bekas ketua Kadin AS dan tokoh penting di IGGI, ke Indonesia malah memperkuat. Anggotanya kini sekitar 3.600, dikoordinasikan oleh para ketua misi, di 17 cabang. Tak sukar mengenal mereka yang umumnya berbaju putih, berdasi, dan berlencana di 'saku. Malah di tahun 80-an, pendakwahnya senang berombongan naik sepeda, sembari menyebarkan ayat dari rumah ke rumah. "Sekarang kami tak memakai cara itu lagi," kata Effian Kadarusman, 41 tahun, ketua misi Mormon di Jakarta. Kini cara mereka bergerak lebih damai. Seruan bukan dengan memberi "duit pengasih" atau bualan ayat. "Kami berdakwah lewat teladan. Semua jemaah tak ada yang minum teh, kopi. Dan kami tak merokok, apalagi minum minuman keras," ujar lulusan IKIP itu, yang mengaku jadi ketua misi karena panggilan. Pada 1985 ayah empat anak ini menerima telepon dari pimpinan pusat Mormon di Amerika Serikat: ia ditunjuk sebagai ketua di sini. "Kami semua tak ada yang dibayar." Malah,.lebih dari itu, sepersepuluh dari penghasilan jemaah justru disumbangkan untuk gereja. Soal poligami? "Itu tak pernah dipraktekkan. Sejak 1890 poligami sudah dibatalkan atau dilarang. Kami juga tidak menerima Swapp kalau itu diidentikkan orang dengan gereja Mormon," ujar Effian. Tetapi itulah, antara lain, Mormon hidup damai di negeri beragam jemaah ini. Ahmadie Thaha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo