Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pahlawan Nasional M Tabrani: Wartawan Pergerakan, Tokoh Kongres Pemuda, Disiksa Jepang hingga Pincang

Pada Hari Pahlawan 2023, Presiden Jokowi menobatkan M Tabrani sebagai Pahlawan Nasional karena berjasa dalam pengembangan Bahasa Indonesia.

11 November 2023 | 09.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
M Tabrani alias Mohammad Tabrani Soerjowitjitro merupakan sosok yang berjasa dalam penggunaan ahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan hingga saat ini. Pria asal Jawa Timur itu merupakan seorang wartawan dan pernah aktif di sejumlah koran pada masa tersebut seperti Hindia Baroe, Suluh Indonesia, dan Indonesia Merdeka. Saat Kongres Pemuda Kedua, Tabrani mengusung penambahan bahasa Indonesia sebagai salah satu poin dalam ikrar Sumpah Pemuda. Dok. Perpusnas RI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali mengakui keberanian dan pengabdian salah satu putra terbaiknya, Mohammad Tabrani Soerjowitjirto atau M Tabrani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Hari Pahlawan, 10 November 2023, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengukuhkannya sebagai pahlawan nasional, mengakui peran besar M. Tabrani dalam mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

M Tabrani bukan hanya dikenal sebagai pejuang kemerdekaan yang berani, tetapi juga sebagai seorang wartawan visioner yang memainkan peran kunci dalam pembentukan identitas bahasa Indonesia. 

Berjasa dalam Kongres Pemuda

Mohammad Tabrani Soerjowitjirto memiliki peran penting dalam mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 

Lahir pada 10 Oktober 1904 di Pamekasan, Madura, Tabrani tumbuh menjadi tokoh kunci dalam Kongres Pemuda I pada 1926. Dia bukan hanya seorang pejuang kemerdekaan tetapi juga seorang wartawan yang berdedikasi.

Dikutip dari Antara, sebelum Indonesia merdeka, M Tabrani berperan penting dalam menggalang dukungan untuk penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama melalui Kongres Pemuda I pada 1926. 

Saat itu, terjadi perdebatan intens antara Tabrani yang mempertahankan Bahasa Indonesia dan Moh. Yamin yang mendukung Bahasa Melayu, yang pada kenyataannya lebih banyak digunakan sebagai bahasa pergaulan pemuda. 

Tabrani meyakini bahwa Bahasa Indonesia harus menjadi identitas yang terkait erat dengan kebangsaan dan tanah air Indonesia. Pengakuan atas perannya datang pada tahun 2019, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan penghargaan sebagai Tokoh Penggagas Bahasa Persatuan Indonesia. 

Karier dalam Dunia Jurnalistik

Tabrani mengawali kariernya sebagai seorang wartawan pada 1925 di harian Hindia Baroe. Minatnya pada dunia jurnalistik muncul setelah menamatkan sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Surabaya.

Terus mengembangkan minatnya dalam dunia tulis-menulis, Tabrani memimpin harian Hindia Baroe bersama Haji Agus Salim pada 1926. Setelah itu, ia menjelajahi Eropa antara 1926 hingga 1931 untuk mencari pengalaman jurnalistik dan membantu koran-koran Belanda seperti Het Volk dan De Telegraaf.

Pada masa penjajahan Jepang, M Tabrani memimpin koran Tjahaja di Bandung dan mendapat pengalaman tragis di Penjara Sukamiskin, di mana kakinya cacat hingga pincang akibat penyiksaan. 

Setelah lepas dari penjara, ia kembali aktif dalam dunia pers dengan memimpin Indonesia Merdeka, yang diterbitkan Jawa Hokokai. Saat Indonesia merdeka, M. Tabrani juga mengelola koran Suluh Indonesia, milik Partai Nasional Indonesia (PNI).

Penghargaan yang Diterima

Pada 2019, M Tabrani dianugerahi penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Tokoh Penggagas Bahasa Persatuan Indonesia. 

Lalu baru-baru ini, tepatnya pada Hari Pahlawan 10 November 2023, Presiden Jokowi menobatkannya sebagai pahlawan nasional. Keputusan ini didasarkan pada peran besar M. Tabrani sebagai pencetus Kongres Pemuda I dan perjuangannya mengusulkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

M Tabrani, yang wafat pada 1984 tidak hanya meninggalkan warisan sebagai pahlawan nasional tetapi juga sebagai seorang ayah yang mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai disiplin, tanggung jawab, dan dedikasi tinggi. Warisan ini tercermin dalam perubahan nama jalan, gedung, dan taman di Pamekasan yang kini menyandang nama M. Tabrani setelah penganugerahan gelar pahlawan nasional.

PUTRI SAFIRA PITALOKA  | ALIA FATHIYAH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus