Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono meminta pemerintah tak terus-menerus memakai narasi bahwa vaksin Covid-19 adalah solusi ajaib mengatasi pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Narasinya adalah mengandalkan vaksin sebagai solusi ajaib. Gimana kok vaksin menyelesaikan masalah? Orang belum ada," ujar Pandu dalam diskusi daring yang digelar ILUNI UI, Sabtu, 19 September 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandu berharap pemerintah fokus menyelesaikan masalah yang ada saat ini dan tidak berandai-andai dengan vaksin. Hal terpenting saat ini, ujar Pandu, adalah mengubah perilaku masyarakat.
"Kita selama ini tidak punya rencana jangka panjang. Tidak punya plan. Tidak punya target, termasuk dalam mengubah perilaku masyarakat. Sejak Maret harusnya sudah ada target-target capaian kampanye publik," ujar Pandu.
Sayangnya, lanjut dia, pemerintah baru melakukan kampanye publik Gerakan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak) setelah pandemi berlalu selama enam bulan. Sementara itu, kasus aktif terus melonjak.
Dengan kampanye publik yang sudah sangat terlambat ini, Pandu meminta pemerintah benar-benar melakukan komunikasi risiko yang baik kepada publik. "Intinya, pakai masker adalah vaksin terbaik untuk saat ini," ujar dia.
Pandu sudah melakukan literatur studi bahwa risiko penularan Covid-19 akan turun sebesar 35 persen jika masyarakat rajin mencuci tangan. Kemudian risiko turun 45 persen jika memakai masker kain dan 70 persen jika memakai masker bedah. Lebih baik lagi, jika masyarakat menjaga jarak, maka risiko akan turun 85 persen.
"Jadi, 3M itu menjadi sangat penting. Tinggal bagaimana pemerintah bisa mengkomunikasikan ini kepada masyarakat," ujar Pandu Riono.
DEWI NURITA