Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata/ialah yang mengajari aku bertanya/yang pada akhirnya tidak bisa tidak, engkau harus menjawabnya." Sebait puisi ini dilantunkan Afriyanti Kartika, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi. Suara nyanyiannya terdengar muncul-tenggelam, diiringi petikan gitar Thomas Kurnia Ilahi, yang juga sesekali menciptakan suara angin keheningan dari mulutnya.
Sesekali, tabuhan gendang Hairul masuk menyela. Suara genderang itu menenggelamkan penonton yang hadir di gedung Sekolah Luar Biasa Pembina Sulawesi Selatan, Jalan Daeng Tata, Makassar, Sabtu malam lalu. Musikalisasi puisi ini merupakan bagian dari rangkaian acara sekaligus penutup Parade Bahasa Nasional 2013 antarperguruan tinggi se-Indonesia, yang digelar sejak Senin lalu.
Hiburan panggung ala Jambi ini dilengkapi dengan penampilan Minsakutra. Pengajar di IAIN Jambi itu membacakan seloko adat Jambi, yakni sambutan yang dibacakan dengan bernyanyi atau berirama. Selanjutnya, ada nyanyian Rang Kayo Hitam.
Parade Bahasa Nasional ini diikuti oleh perwakilan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia dari 10 perguruan tinggi. Dari Sulawesi Selatan, yang turut hadir adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Hasanuddin, Yayasan Pendidikan Ujung Pandang, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bone, dan Universitas 45 Makassar. Sedangkan dari luar pulau, ada mahasiswa Universitas Pattimmura Ambon, Universitas Lampung, Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan IAIN Jambi.
Parade Bahasa Nasional 2013 ini mengangkat tema "Perealisasian Hakikat Berbahasa: Sebuah Upaya Menemukan Identitas dan Martabat Bangsa". Asri Ismail, koordinator mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra UNM, mengatakan ini merupakan kegiatan nasional yang pertama. Mereka menamai acara tersebut Parade Bahasa Nasional karena berniat mengabarkan bahasa Indonesia secara semarak. "Ada konvoi dan aksi kampanye kebahasaan," ucap mahasiswa angkatan 2009 itu.
Parade bahasa sengaja dibuat semarak karena selama ini sudah terjadi degradasi kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap bahasanya sendiri. Ketua panitia Parade Bahasa 2013, Akram Budiman Yusuf, mengatakan pertemuan selama sepekan ini merupakan bukti keseriusan mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia terhadap masa depan bahasa Indonesia. "Kami ingin menciptakan suatu komunitas, mengevaluasi kondisi yang terjadi dengan kebahasaan dan membicarakan solusinya," ujarnya.
Khusus dalam seminar bahasa dan kebudayaan, dihadirkan Profesor Arismunandar, Rektor UNM; seniman Sudjiwo Tedjo; Zainuddin Taha; dan Akbar Faisal. Kampanye bahasa Indonesia melibatkan pemerintah Kota Makassar dan Gowa.
Wulandari Kaliki dari Universitas Pattimura Ambon mengaku, setelah mengikuti Parade Bahasa ini, ia baru menyadari betapa pentingnya menggunakan bahasa Indonesia. Selama ini, dia dan teman-temannya lebih suka menyelipkan kata-kata asing dibanding menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. "Saya akan mensosialisasi kepada teman-teman di kampus, betapa pentingnya membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar," tuturnya.
Feri Fadli, peserta dari STKIP Muhammadiyah Bone, juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang sering diabaikan keberadaannya.
Selepas Parade Bahasa di Makassar ini, para peserta akan mengkampanyekan bahasa nasional di daerah masing-masing, seperti sekolah-sekolah dan pemerintah daerah, untuk menggunakan bahasa Indonesia.
"Mulai dari forum kecil, biasakanlah menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar," kata Rizky Fonna, peserta dari Aceh.REZKI ALVIONITASARI
AGENDA KOMUNITAS
Pencucian Benda-benda Pusaka Kerajaan Gowa
Musyawarah Alumni MAN 1
Biology Open Day 2013
Festival Tari Mahasiswa Nasional
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo