Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pasang Surut Prabowo - Megawati: Batu Tulis Sampai Nasi Goreng

Hubungan Megawati dengan Prabowo diwarnai sejumlah insiden. Mulai dari perjanjian batu tulis sampai nasi goreng mega.

24 Juli 2019 | 08.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Prabowo Subianto (kiri) dan Megawati Soekarnoputri. TEMPO/ Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto rencannya bakal bertemu hari ini, Rabu, 24 Juli 2019. Sejumlah politikus dari kedua partai membenarkan pertemuan itu, kendati belum merinci tempat dan waktu tepatnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut pertemuan ini menjadi tradisi silaturahmi yang baik untuk dijalankan para pemimpin. Hasto berujar hubungan Megawati dan Prabowo selama ini pun berjalan baik, bahkan pada saat kampanye pemilihan presiden 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saling menghormati dan tidak pernah terlontar hal-hal yang membuat adanya jarak. Ibu Mega percaya pada kenegarawanan Pak Prabowo," kata Hasto lewat keterangan tertulisnya kemarin, Selasa, 23 Juli 2019.

Sesama senior dalam politik, Megawati dan Prabowo pernah menjadi kawan maupun lawan. Hubungan keduanya pun mengalami pasang surut seiring dengan posisi politik masing-masing.

Megawati dan Prabowo pertama kali bersanding sebagai calon presiden-wakil presiden di Pemilihan Umum 2009. Namun keduanya kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono yang meraup 60 persen suara.

Pilpres 2009 ini juga menjadi awal mula retaknya hubungan Megawati dan Prabowo lima tahun kemudian. Kala itu, Mega dan Prabowo menandatangani komitmen bersama di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat yang belakangan dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis.

Dalam kesepakatan itu, Prabowo meminta diberi keleluasaan mengatur ekonomi Indonesia dan menunjuk sepuluh menteri jika mereka menang pilpres. Adapun Megawati berjanji mendukung  Prabowo di Pemilihan Presiden 2014.

Jauh panggang dari api, PDIP justru mengusung Joko Widodo di Pilpres 2014. Sejumlah politikus Gerindra menagih ikrar Megawati. Tak tinggal diam, elite PDIP menyebut kekalahan di pilpres 2009 disebabkan keengganan Prabowo menggelontorkan logistik meski kekayaannya ketika itu hampir Rp 2 triliun.

Hubungan kedua partai pun merenggang. Bergandengan dengan Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra menjadi oposisi selama lima tahun pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, pasangan yang diusung PDIP.

Hubungan Megawati dan Prabowo menghangat kala keduanya bertemu di arena pencak silat Asean Games 2018 pada Agustus tahun lalu. Prabowo yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia menyambut Megawati, dengan terlebih dulu berganti mengenakan busana adat.

"Terus dia menagih janji saya mau bikinin nasi goreng. Pak Prabowo suka nasi goreng saya," ujar Megawati dalam acara Megawati Bercerita di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin, 7 Januari 2019.

Putri proklamator ini juga menceritakan kedekatannya dengan Prabowo dalam pidatonya di Hari Ulang Tahun ke-46 PDIP di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Kamis 10 Januari 2019. Mega menyebut hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja. "Saya bilang, saya dan Pak Prabowo berhubungan baik," kata Megawati.

Bahkan kata Megawati, orang dekat Prabowo kerap mengatakan pada dirinya bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu selalu rindu nasi goreng buatannya. "Orang dekatnya Pak Prabowo bilang, dia kangen lho sama nasi goreng saya," ujar Megawati.

Presiden kelima ini pun pernah menyampaikan keheranannya soal pendukung yang berseteru. Padahal kata dia, para elite politik berhubungan baik dan dekat.

Menjelang pertemuan hari ini, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pertemuan itu menyangkut aspek mendasar, yakni persahabatan kedua pemimpin. Menurut Hasto, meski pilihan politik berbeda keduanya memiliki komitmen berdialog demi kepentingan bangsa.

Namun dia pun mewanti-wanti agar pertemuan Megawati dengan Prabowo tak dimaknai sebagai pembentukan koalisi. "Sebab terkait koalisi pascapilpres, fatsunnya harus dibahas bersama antara Presiden dengan seluruh ketum koalisi," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus