Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pdi rebutan rudini

Menurut soerjadi, ucapan yahya nasution mengenai pencalonan menteri rudini sebagai presiden ri 1993-1998, bukan suara dpp-pdi. rudini bertemu dengan tokoh deperpu pdi dan soerjadi.

22 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yahya mencalonkan Menteri Rudini sebagai presiden 1993-1998. Menurut Soerjadi, itu bukan suara DPP-PDI. MENTERI Rudini makin sering dikaitkan dengan PDI. Pertama, dia beberapa kali dimintai pendapat tentang sengketa di PDI. Kedua, Yahya Nasution, salah seorang ketua di jajaran pengurus pusat (DPP) PDI, mencalonkan Rudini sebagai presiden RI untuk masa bakti 1993-98. Yahya melansir itu di hadapan beberapa wartawan Ibukota, Sabtu pekan lalu. "Ini pendapat saya pribadi. Kalau Rudini setuju, saya akan memperjuangkan agar DPP-PDI sepakat," katanya, seperti dikutip harian Sinar Pagi. Alasannya, seperti ditulis Suara Karya, "Karena Pak Rudini membela kepentingan rakyat kecil. Orangnya jujur, sederhana, dan kuat iman." Yahya melempar pendapatnya sebagai tanggapan atas pernyataan Menko Polkam Sudomo, yang mengatakan agar soal pencalonan presiden tak cuma dibicarakan sebatas Sidang Umum MPR. Sesuai dengan etika demokrasi menurut Sudomo, orang berhak mengelus-elus jagonya, untuk kemudian dibawakan ke MPR. "Itu memang haknya untuk mengajukan pendapat, dan hal itu masih dalam batas kewajaran," kata Soerjadi, berkelit. Tapi ia menandaskan, ucapan Yahya bukanlah sikap DPP-PDI. Bahwa Yahya menyebut nama Rudini, ia pun tak kaget. "Beliau bisa menjabat sebagai menteri. Artinya, syarat-syarat umum untuk menjadi presiden juga bisa dipenuhi," tambahnya. Rudini sendiri menolak elusan Yahya. "Kalau ada orang yang mau dielus-elus, ya biar saja. Tapi saya keberatan," katanya. Sebagai pembina politik dalam negeri, Rudini beramah tamah dua kali dengan tokoh PDI, pekan lalu. Rabu, dia bertemu dengan empat tokoh senior PDI- Isnaeni, R.G. Doeriat, Sabam Sirait, dan Djon Pakan- yang kini duduk di Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu), badan penasihat PDI. Hari berikutnya, Rudini berbicara empat mata dengan Soerjadi. Perkembangan ini banyak menarik perhatian, sebab hubungan DPP-PDI di bawah Soerjadi sedang kurang mesra dengan Deperpu. Maka, ada orang menebak-nebak bahwa kedua kubu itu sedang bersaing merebut simpati Rudini. "Saya bertemu Pak Rudini untuk mendiskusikan soal-soal kepartaian," kata Soerjadi. Ia hati-hati menanggapi perkembangan. Maklum, tokoh-tokoh senior semacam Isnaeni, Doeriat, dan Djon Pakan telah mulai terang-terangan menyerangnya. Pertemuan DPP-PDI, yang diwakili oleh Yahya Nasution, B.N. Marbun, dan empat anggota lain, dengan Deperpu di rumah Doeriat, Sabtu lalu, macet. Suasana pertentangan Deperpu-DPP itu dimanfaatkan penentang Soerjadi lainnya: kelompok 9 dan kelompok 17, bekas tokoh-tokoh PDI yang dipecat Soerjadi. Kelompok 9, Kamis lalu, unjuk rasa ke DPR, mengerahkan 200-an orang. Mereka diterima F-ABRI, dan mengajukan tuntutan agar Soerjadi mundur. Yang lucu dalam pertemuan Rudini dan Deperpu PDI, Isnaeni mengatakan bahwa kepengurusan Soerjadi mestinya sudah berakhir. Perlu dibentuk kepengurusan baru: anggota DPP yang ada sekarang ditambah Deperpu. Mendengar usul itu, Doeriat kaget. Dia tidak pernah diajak ngomong soal itu. Sebagai ketua Deperpu, dia tak merasa mengajukan surat permohonan bertemu Mendagri. Sebaliknya, dikabarkan, Rudini pun tak mengundang mereka. Boleh jadi, ada pihak yang mengatur pertemuan itu dengan memakai nama Rudini dan Deperpu PDI. "Sudahlah, saya telah menyarankan agar masalahnya diselesaikan secara konstitusional, di dalam organisasi sendiri, sesuai AD. Saya akan panggil mereka, kalau dampaknya mengganggu stabilitas," kata Rudini. PTH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus