Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Sejak awal, pemerintah menggandeng MUI untuk meredam penolakan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19.
Hasil sigi dua lembaga menunjukkan sekitar 40 persen masyarakat menolak divaksinasi karena khawatir kehalalan vaksin.
MUI akan menerbitkan fatwa halal setelah BPOM mengeluarkan persetujuan darurat.
JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendapat undangan khusus dari PT Bio Farma ke Bandung, Jawa Barat, kemarin. Bio Farma adalah perusahaan distributor vaksin Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang ditunjuk Kementerian Kesehatan sekaligus mitra Sinovac Biotech Ltd, perusahaan farmasi asal Cina, di Indonesia.
Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, Aminudin Yakub, mengatakan ia dan tim auditor lembaganya mendapat undangan selama dua hari dari Bio Farma, kemarin hingga hari ini. Auditor MUI akan melihat perkembangan uji klinis fase ketiga vaksin virus corona buatan Sinovac di sana. Uji klinis itu dilakukan oleh tim riset dari Universitas Padjadjaran. “Kami akan memantau perkembangan uji klinisnya,” kata Aminudin kepada Tempo, kemarin.
Sebelum ke Bandung, Aminudin dan tim juga ikut rombongan pemerintah serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat berkunjung ke pabrik Sinovac di Cina, pertengahan Oktober lalu. Selama satu bulan, tim MUI berada di Cina untuk memantau perkembangan pembuatan vaksin virus corona ini.
Aminudin mengatakan hasil pemantauan itu adalah tim auditor MUI mengantongi sejumlah dokumen yang mendukung lembaganya dalam menilai kehalalan vaksin Sinovac. "Hasilnya, kami sudah selesaikan 99,9 persen kajian. Kami masih kurang satu dokumen terkait dengan kehalalan dari Sinovac," katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo