Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Angka kasus Covid-19 kembali naik di tengah bertambahnya kasus Omicron BA.4 dan BA.5.
Pemerintah mewaspadai peningkatan angka kasus dalam dua hingga empat pekan ke depan.
Perlindungan terhadap anak-anak perlu jadi perhatian.
JAKARTA – Pemerintah mewaspadai peningkatan jumlah kasus Covid-19 seiring dengan bertambahnya temuan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Kemarin, Selasa, 14 Juni 2022, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat 930 kasus baru, angka tertinggi kasus harian sejak 13 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah menginstruksikan kepada semua Dinas Kesehatan dan jajaran layanan kesehatan untuk memantau perkembangan Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. “Testing kasus baru dan testing acak untuk deteksi,” kata Syahril kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Syahril, kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.5 kembali ditemukan di Jawa Barat, Senin, 13 Juni 2022. “Saat ini sedang kami telusuri. Kami tracing dan testing yang kontak erat,” ujarnya.
Temuan ini menambah panjang daftar kasus subvarian BA.4 dan BA.5 sejak pertama kali dilaporkan terdeteksi pada empat pasien di Bali, 6 Juni lalu. Kala itu, subvarian Omicron BA.5 ditemukan pada tiga anggota delegasi Amerika Serikat, Brasil, dan Mauritius dalam pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction. Sedangkan kasus Omicron B.4 ditemukan pada seorang warga negara Indonesia. Tiga pasien tidak mengalami gejala, sedangkan seorang lainnya bergejala ringan.
Akhir pekan lalu, empat kasus serupa kembali ditemukan di Jakarta. Seluruhnya berkebangsaan Indonesia, yang seorang di antaranya baru datang dari Inggris. Seorang pasien mengalami gejala sedang, berupa sesak napas, batuk, sakit kepala, mual dan muntah, lemah, dan nyeri abdomen. Sedangkan pasien lainnya bergejala ringan. Mereka kini telah menyelesaikan masa isolasi mandiri.
Syahril mengimbau masyarakat agar tidak panik. Mutasi, kata dia, merupakan hal yang biasa dilakukan virus untuk bertahan hidup. Virus hasil mutasi pun tidak selalu menjadi lebih ganas. Begitu pula yang terjadi pada subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. “Meskipun tingkat penyebarannya hampir sama dengan varian lama, tingkat keparahannya lebih rendah. Angka kesakitan tidak terlalu tinggi,” ujar Syahril.
Karena itu, pemerintah tidak buru-buru mencabut pelonggaran kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Berdasarkan berbagai indikator yang mengacu pada Badan Kesehatan Dunia (WHO), situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terkendali. “Positivity rate kita sudah di bawah 5 persen, angka kematian di bawah 3 persen,” kata Syahril.
Walau demikian, Kementerian Kesehatan tetap menyalakan alarm waspada. Syahril mengimbau masyarakat agar tetap menggunakan masker ketika beraktivitas di tengah keramaian. Dia pun memastikan pemerintah terus berupaya mengebut vaksinasi dosis ketiga yang masih di angka 23 persen untuk meningkatkan imunitas. “Jadi, pelonggaran tidak dicabut. Tapi kewajiban kita adalah mempertahankan PPKM level 1,” ujarnya.
Kemarin, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, juga mengungkapkan perlunya mitigasi terhadap kenaikan angka kasus, seiring dengan temuan BA.4 dan BA.5. Potensi kenaikan jumlah kasus sekarang bertambah besar lantaran mobilitas penduduk lebih tinggi dibanding pada 2021. Landainya pertambahan kasus Covid-19 belakangan ini juga berpotensi meningkatkan interaksi masyarakat.
Menurut Wiku, penyebab kenaikan jumlah kasus perlu menjadi perhatian dalam dua hingga empat pekan ke depan. Terlepas dari apa pun penyebab kenaikan kasus saat ini, dia mengingatkan bahwa masyarakat dan pemerintah harus bersama-sama menekan angka kasus positif, baik tingkat nasional maupun daerah. "Prinsip kewaspadaan dan kehati-hatian harus tetap diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, karena pandemi ini belum selesai," kata Wiku dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden. "Sewaktu-waktu kita tetap dapat mengalami kenaikan kasus kembali apabila tidak disiplin protokol kesehatan."
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dan tidak mengalami euforia. Masa-masa ini harus digunakan untuk memperkuat sistem kesehatan, sehingga siap menghadapi varian Covid-19 apa saja. “Perilaku yang harus dibangun adalah perilaku adaptif. Salah satunya dengan tetap memakai masker,” kata Dicky.
Dia mengingatkan, BA.4 dan BA.5 mewarisi kecepatan infeksi dari Omicron. Subvarian baru ini juga mengadopsi karakter varian Delta yang membuatnya mudah terikat, masuk sel tubuh untuk menginfeksi dan bereplikasi di paru-paru. Pasien yang belum divaksin lengkap berpotensi mengalami gejala yang hampir mirip dengan varian Delta. “Ada yang kehilangan penciuman, merasa lelah, dan pada kasus yang berat harus masuk rumah sakit,” ujar Dicky.
Gelombang kasus BA.4 dan BA.5 ini juga sangat mungkin membesar. Hanya, kasus infeksi, kesakitan, dan kematian mungkin tidak datang bersamaan. “Yang terjadi adalah gelombang orang infeksi yang tidak bergejala atau bergejala ringan, sehingga tidak membebani fasilitas kesehatan,” kata Dicky.
Dicky cukup optimistis karena modal imunitas masyarakat sekarang ini sudah cukup tinggi. Sebab, pada tahun ketiga pandemi, masyarakat telah melewati gelombang varian Delta dan divaksin. Walau begitu, menurut dia, situasinya bisa sangat berbeda jika BA.4 dan BA.5 kelak menginfeksi populasi yang besar. Potensinya amat terbuka lantaran peningkatan jumlah kasus saat ini muncul di tengah longgarnya pembatasan aktivitas masyarakat “Kalau yang terinfeksi dan kesakitannya banyak, kematiannya juga bisa ikut banyak. Apalagi cakupan vaksinasi dosis ketiga masih di bawah 50 persen,” kata Dicky.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Cissy Kartasasmita, turut mengingatkan pentingnya perlindungan terhadap anak-anak dari infeksi BA.4 dan BA.5. Sebab, ketika orang dewasa terinfeksi, anak-anak berpotensi tertular. Apalagi anak-anak belum mendapat anjuran untuk vaksin booster. “Jadi, bisa dimaksimalkan pada booster orang dewasa untuk meningkatkan kekebalan kelompok,” ujar Cissy.
Cissy juga menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan meski ada pelonggaran. Menurut dia, anak-anak tetap perlu memakai masker saat beraktivitas di tempat umum. Dia juga menyarankan orang tua menghindarkan anak-anak dari kerumunan. Apalagi, sebentar lagi memasuki masa libur sekolah. “Itu juga yang harus diperhatikan. Mau dibawa ke mana anak-anak saat liburan?” kata Cissy. “Mungkin lebih baik jika orang tua mengajak anak berkegiatan di rumah agar tidak jenuh dan tidak perlu keluar.”
RIRI RAHAYUNINGSIH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo