Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan pengungsi korban gempa Lombok di Desa Wadon, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Utara tinggal di tenda-tenda terpal biru seadanya, beralaskan plastik dalam satu minggu terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami butuh tenda, terpal dan matras," kata Sahril, salah seorang pengungsi di Dusun Wadon yang tidur di bawah terpal biru bersama keluarganya di Lombok Utara, Ahad 12 Agustus 2018.
Dia tidak sendiri, ratusan tenda beragam warna didirikan di berbagai tempat. Semakin ke utara, ke pusat gempa, semakin banyak tenda didirikan warga.
Mereka masih trauma tinggal di rumah. Sebagian rumah mereka juga hancur. Sebagian masih tegak tetapi tak layak dihuni, sebagian lagi layak huni, tetapi khawatir gempa datang lagi.
Para pengungsi yang tidur di tenda-tenda di Wadon menyatakan kebutuhan sehari-hari masih terpenuhi, seperti makanan, beras, mie instan, peralatan dapur yang diambil dari rumah.
Mereka juga khawatir tempat tinggalnya yang belum bisa didirikan lagi. Mereka berharap gempa reda sehingga kehidupan bisa normal kembali.
Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat Rosiadi Sayuti mengatakan hingga Ahad, 12 Agustus 2018 jumlah korban bencana gempa Lombok mencapai 390 orang. Adapun 200-an ribu penduduk , terutama di Kabupaten Lombok Utara kehilangan tempat tinggal.
Untuk mengganti tenda-tenda dari terpal itu, Rosiadi mengatakan pihaknya tengah menunggu bantuan pembangunan shelter pengungsi. "Kami menunggu bantuan shelter yang disiapkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," katanya.
SUPRIYANTO KHAFID