Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Penyerangan Gereja di Jogja, Bendera Setengah Tiang di Semarang

Persaudaraan Lintas Agama kibarkan bendera setengah tiang terkait penyerangan gereja di Jogja.

12 Februari 2018 | 06.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gereja St. Lidwina Bedog, Yogyakarta. Google Maps

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Semarang - Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Kota Semarang menggelar aksi solidaritas dan doa bersama untuk kerukunan umat di antaranya terkait penyerangan gereja di Jogja. Mereka prihatin dengan kondisi penyerangan tokoh lintas agama di Indonesia dalam dua bulan terakhir.

"Ada kiai yang diserang di Bandung, ada umat Buddha yang dipersekusi, terakhir, ada pemimpin jamaat gereja yang diserang di Yogya. Kami prihatin dengan kejadian ini, Indonesia akan dibawa ke mana?" ujar Koordinator Pelita Kota Semarang Setyawan Budi di Laman Gereja St Theresia Bongsari Semarang, Ahad 11 Februari 2018.

Baca juga: Polisi: Pelaku Penyerangan Gereja St Lidwina Berstatus Mahasiswa

Belum lama ini terdapat penyerangan Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka Kabupaten Bandung, Kiai Umar Basri pada 27 Januari. Kemudian penyerangan pada Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto di Bandung yang berujung tewas pada Kamis 1 Februari pagi.

Kasus lain yakni persekusi Biksu Mulyantono Nurhalim adal Babat Tangerang, Banten yang dipersekusi untuk tidak melakukan kegiatan ibadah lagi. Ia dipaksa menyepakati surat perjanjian tersebut pada Sabtu 10 Februari.

"Terakhir di Gereja Santa Lidwina Bedog, di Sleman Yogyakarta. Sudah tidak bisa ditolerir lagi karena menggunakan senjata tajam dan melukai para umat yang sedang beribadah. Pagi tadi, kita kembali berduka," ujar Setyawan.

Kepala Paroki Gereja Santa Theresia Bongsari Semarang, Romo Eduardus Didik Cahyono menambahkan, dalam doa bersama turut dipasang bendera setengah tiang. Hal itu menandakan umat beragama di Kota Semarang berduka karena nilai toleransi kian luntur.

Didik pun mengharapkan agar para pemangku kebijakan dan aparat keamanan tidak mudah terbawa emosi, dan tetap tegar menjaga kerukunan antar umat.

Di atas kursi roda, aktivis kerukunan lintas agama, Probowati turut menangis dan membaca puisi yang berucap maaf. Ia mengaku malu akhir-akhir ini banyak aksi intoleransi yang harus terjadi dengan memecah belah persaudaraan di Indonesia seperti penyerangan gereja di Jogja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus