Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERKAS dua puluhan halaman itu berjudul Instrumen Survei Nasional Masalah Sosial Kemasyarakatan. ”Silakan. Kalau tidak percaya, lihat saja,” kata Saiful Mujani, Kamis pekan lalu, seraya menyerahkan berkas itu kepada Tempo. Isinya daftar pertanyaan serta jawaban yang menakar tren pemilih terhadap calon presiden dan wakilnya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia itu menunjuk lembar yang telah diisi responden dari Sulawesi Utara. ”Bukti kalau kami benarbenar melakukan survei di lapangan,” kata Saiful. ”Hasilnya bukan rekaan.” Menurut dia, Lembaga Survei memberikan pertanyaan tanpa mengarah ke kandidat tertentu.
Saiful menunjuk pertanyaan nomor 31: ”Jika pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan sekarang, pasangan mana yang akan dipilih?” Kolom jawaban secara urut: Jusuf KallaWiranto, Megawati SoekarnoputriPrabowo, Susilo Bambang YudhoyonoBoediono. Urutan pasangan berdasarkan abjad, karena ketika itu belum ada nomor urut.
Komisi Pemilihan Umum baru menetapkan nomor urut pasangan pada 30 Mei, sedangkan survei dilakukan pada 2530 Mei. Untuk pertanyaan nomor 31 itu, 70 persen responden memilih pasangan YudhoyonoBoediono, 18 persen memilih MegawatiPrabowo, dan 7 persen memilih JKWiranto. Artinya, YudhoyonoBoediono diprediksi bisa melenggang hanya dalam satu putaran.
Lembaga Survei mewawancarai 2.999 orang dari 33 provinsi. Setiap responden mendapat 178 pertanyaan. Lembaga ini sebenarnya membuat riset dengan tema isu paling mendesak dan positioning citra calon presiden dan wakilnya.
Mereka mengumumkan hasil surveinya pada Kamis dua pekan lalu. Dari sejumlah temuan, tingkat keterpilihan YudhoyonoBoediono yang tinggi mendapat sorotan tajam. ”Memang pesanan, lembaganya sendiri bilang, kok,” kata Dolfie Palit, koordinator data tim kampanye nasional MegawatiPrabowo.
Lembaga Survei memang mengumumkan, mereka dibiayai Fox Indonesia, konsultan politik tim YudhoyonoBoediono. Tapi Saiful mengatakan, hasil riset tetap dilakukan profesional dan independen. Menurut dia, lembaga riset dapat dibiayai oleh sumber tertentu asal menyebutkannya secara terbuka. ”Silakan saja orang curiga,” kata Saiful.
Dalam pantauan Lembaga Survei, kemenangan Yudhoyono di atas 50 persen itu sudah berlangsung sejak Maret lalu. Ada efek band wagon pada Yudhoyono setelah Partai Demokrat menang pada pemilu legislatif. Hasil Lembaga Survei itu paralel dengan lembaga lain seperti Lingkaran Survei Indonesia serta Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Lingkaran Survei mengumumkan hasil risetnya pada Kamis pekan lalu. Lembaga ini melakukan survei dengan wawancara tatap muka 4.000 responden dari 33 provinsi. Hasilnya, tingkat keterpilihan pasangan YudhoyonoBoediono 63,1 persen, MegawatiPrabowo 16,4 persen, dan JKWiranto 5,9 persen.
Survei LP3ES juga menunjukkan pasangan YudhoyonoBoediono di tempat teratas, 54,9 persen. Sedangkan MegawatiPrabowo 9,7 persen, dan JKWiranto 6,8 persen. Kepala Divisi Penelitian, Fajar Nursahid, mengatakan hasil risetnya hanya mewakili 15 kota besar di Indonesia.
LP3ES melakukan survei lewat wawancara telepon dengan 1.994 responden, yang dipilih secara acak sistematis. ”Sebab, kami tak punya dana,” kata Fajar. Menurut dia, survei melalui jalur kabel ini hanya menghabiskan sekitar Rp 25 juta. Kalau wawancara tatap muka, bisa di atas Rp 200 juta dengan jumlah responden yang sama.
Hasil survei terbelah ketika muncul pengumuman dari Lembaga Riset Informasi dan Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik Indonesia. Dari hasil survei kedua lembaga ini, tingkat keterpilihan YudhoyonoBoediono di bawah 50 persen.
Perbedaan hasil survei itu seperti menjelang pemilu legislatif. Ada lembaga yang menyatakan tingkat keterpilihan Partai Demokrat tertinggi. Tapi ada lembaga yang memenangkan PDI Perjuangan. Perang lembaga pol pun berlanjut.
Lembaga Riset mengumumkan hasil surveinya yang dilakukan pada 25 Juni. Hasilnya menempatkan YudhoyonoBoediono pada posisi teratas, 33,02 persen, JKWiranto 29,29 persen, dan MegawatiPrabowo 20,09 persen. Presiden Lembaga Riset Johan Silalahi mengatakan ratarata tingkat keterpilihan Yudhoyono 35 sampai 38 persen selama lima tahun. ”Tak mungkin melonjak,” katanya.
Johan membantah surveinya pesanan kubu JKWiranto. Ia memang tercatat sebagai tim sukses JKWiranto, dengan bendera Johan Foundation. Tapi, menurut dia, Lembaga Riset yang dipimpinnya tak ada kaitannya dengan Johan Foundation, meski samasama dipimpin Johan. Ia mengatakan, riset keterpilihan para kandidat itu dilaksanakan dengan biaya sendiri. ”Lembaga riset itu independen dan timnya berbeda,” ujar Johan.
Survei Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik Indonesia juga menghasilkan tingkat keterpilihan YudhoyonoBoediono hanya 37,05 persen, MegawatiPrabowo 31,5 persen, dan JKWiranto, 26,6 persen. Anggota Dewan Penasihat Pusat Kajian, Iberamsjah, mengatakan lembaganya mewawancarai 2.000 responden di 20 provinsi.
Pusat Kajian juga mengadakan penelitian kualitatif dengan wawancara tatap muka secara mendalam. Survei ini hanya memilih lima tokoh masyarakat dari 20 provinsi. Hasilnya sama: YudhoyonoBoediono hanya mendapat 39 persen.
Iberamsjah mengatakan, riset kuantitatif dan kualitatif itu memerlukan biaya lebih dari Rp 175 juta. Pusat Kajian bekerja sama dengan sejumlah universitas, dan menerjunkan tim surveinya.
Menurut dia, dana penelitian itu tak melibatkan partai atau tim sukses calon presiden dan wakil presiden. Ia membantah telah mengutakatik survei sehingga menguntungkan salah seorang kandidat. Kalau seperti itu, ”Lebih baik tidak ada penelitian,” katanya.
Yandi M.R., Agung Sedayu, Munawwaroh
Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) (3-4 Juni)
1. (SBY-Boediono) 54,9%
2. (Megawati-Prabowo) 9,7%
3. (JK-Wiranto) 6,8%
4. (Golput) 1,6%
5. (Rahasia) 16,1%
6. (Tidak Tahu) 10,9%
Responden: 1.994 dari 15 kota besar: Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogya, Surabaya, Malang, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Manado, dan Denpasar.
Pemilihan responden: Acak sistematis berdasarkan buku telepon residensial terbitan PT Telkom.
Wawancara: Melalui telepon
Margin of error: 2,2%
Tingkat kepercayaan: 95%
Lembaga Riset Informasi (2-5 Juni)
1. (SBY-Boediono) 33,02%
2. (Megawati-Prabowo) 20,09%
3. (JK-Wiranto) 29,29%
4. (Belum Tahu) 17,56%
Responden: 2.096 dari 33 provinsi
Pemilihan responden: Metode sampling multi-stage cluster
Wawancara: Tatap muka
Margin of error: 2,2%
Tingkat kepercayaan: 95%
Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik Indonesia Fisip UI (1-7 Juni)
Studi kuantitatif
1. (SBY-Boediono) 37,05%
2. (Megawati-Prabowo) 31,5%
3. (JK-Wiranto) 26,6%
4. (Belum Tahu) 6,45%
Responden: 2.000 dari 20 provinsi di Indonesia
Pemilihan responden: Multistage random sampling
Wawancara: Tatap muka dengan pertanyaan tertutup
Margin of error: 4%
Tingkat kepercayaan: 95%
Studi kualitatif
1. (SBY-Boediono) 39%
2. (Megawati-Prabowo) 32%
3. (JK-Wiranto) 24%
4. (Belum Tahu) 5%
Responden: 100 orang. Masing-masing 5 tokoh masyarakat dari 20 provinsi
Pemilihan responden: Metode snowball dengan kriteria mengikuti situasi politik nasional
Wawancara: Tatap muka dengan pertanyaan terbuka dan mendalam
Lingkaran Survei Indonesia (28 Mei - 3 Juni 2009)
1. (SBY-Boediono) 63,1%
2. (Megawati-Prabowo) 16,4%
3. (JK-Wiranto) 5,9%
4. (Belum Tahu) 5,45%
Responden: 4.000 dari 33 provinsi di Indonesia
Pemilihan responden: Multistage random sampling
Wawancara: Tatap muka
Margin of error: 2,4%
Tingkat kepercayaan: 95%
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo