Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto melayangkan permohonan maaf atas seloroh tampang Boyolali yang terlontar dalam pidato kampanyenya di Boyolali, Jawa Tengah. Permintaan maaf ini disampaikan melalui sebuah buah video yang dikirim oleh koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasinonal, Dahnil Anzar Simanjuntak, kepada Tempo pada Rabu pagi, 9 November 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam video tersebut, Prabowo menyampaikan permintaan maafnya di bagian akhir tayangan. "Maksud saya tidak negatif. Tapi kalau tersinggung, ya saya minta maaf. Maksud saya tidak seperti itu,” ujar Prabowo. Sebelum ungkapan maaf itu terucap, Prabowo menyatakan alasannya telah melontarkan candaan yang membuat publik bereaksi.
Pada menit awal video tersebut, Dahnil, yang berada di samping Prabowo membuka perbincangan dengan mengajukan pertanyaan. “Lagi ramai nih, Pak. Katanya Pak Prabowo dituduh menghina tampang Boyolali,” ujar Dahnil membuka perbincangan itu. Pertanyaan Dahnil itu diakhiri dengan permintaan tanggapan.
Prabowo pun seketika menjawab bahwa reaksi massa terhadap ujarannya sesungguhnya berlebihan. Sebab, ia mengklaim cara bicaranya tersebut familiar di kalangan kelompok yang sudah akrab satu sama lain. Ia mengatakan pernyataan itu adalah bahasa pertemanan.
Bila ditilik situasi lapangannya kala kampanye di Boyolali waktu itu, mantan Danjen Kopassus tersebut mengatakan audiens kampanyenya adalah kader dari partai-partai koalisi. Jumlahnya sekitar 400-500 orang. Dengan ujaran tampang Boyolali, Prabowo mengira hal itu akan mengakrabkan mereka.
Ia menambahkan, istilah tampang Boyolali itu bermakna sebuah penyederhanaan persoalan ekonomi. Prabowo mengaku ingin menggambarkan masalah kesenjangan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Ia pun tak menyangka bila ujarannya menimbulkan reaksi.