Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Prestasi sma rambut cepak

Sma taruna nusantara meraih nilai ebtanas sangat tinggi. sebagian besar akan masuk akabri. sekolah calon pemimpin bangsa yang komplet: cerdas, sehat, dan berkepribadian baik.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Prestasi sma rambut cepak
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
ACARA wisuda itu mirip upacara militer, megah dan penuh semangat kejuangan. Dipimpin langsung oleh Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung, 277 siswa diwisuda sebagai lulusan SMA Taruna Nusantara, Sabtu pagi pekan lalu, di balairung kompleks sekolah itu di Magelang. Para siswa mengenakan seragam biru muda, rambut cepak, dan tegap langkahnya. Masing-masing menghormat lambang SMA Taruna Nusantara sebelum menerima surat tanda tamat belajar (STTB) dan daftar nilai ebtanas murni (NEM). Acara wisuda pertama itu, selain disaksikan 500 orang tua murid, juga dihadiri sejumlah pejabat teras ketiga angkatan dan Polri. Di samping itu ada pula beberapa jenderal purnawirawan, seperti L.B. Moerdani dan Dading Kalbuadi, serta sejumlah tokoh Taman Siswa. Para siswa yang pagi itu diwisuda boleh bangga karena nilai rata-rata mereka hampir 54 untuk tujuh mata pelajaran. Nilai tertinggi 62,82, atau rata-rata hampir 9, diraih Firman Dwi Cahyono. Secara keseluruhan, nilai paling menonjol adalah pelajaran matematika. Delapan siswa memperoleh nilai 10. Dan nilai terendah adalah 44,38 atau rata-rata masih 6,5 per mata pelajaran. Alhasil, hasilnya memang jempolan. Lulusan pertama yang nilainya di atas rata-rata kebanyakan SMA itu merupakan hasil pendidikan SMA plus. Sejak dibuka tiga tahun lalu, SMA Taruna Nusantara memang menyeleksi calon muridnya dengan ketat dari 27 provinsi. Selain dilihat kecerdasannya, mereka juga dipilih dari lulusan SMP yang berbadan sehat dan berkepribadian baik. Pendidikan bukan cuma di kelas seperti laiknya SMA. Mereka diasramakan. Selain mengikuti pendidikan dengan kurikulum SMA biasa, mereka juga mendapat tambahan pendidikan selama 24 jam berupa latihan disiplin, kepemimpinan, keterampilan, kesehatan, dan pengembangan bakat. Fasilitas pun komplet, termasuk 11 setel pakaian gratis dan uang saku Rp 15.000 per bulan. Dari 281 siswa yang diterima tiga tahun lalu, 145 anak menyatakan ingin meneruskan ke Akabri setelah lulus SMA. Namun, menjelang pengumuman hasil ujian, siswa yang ingin masuk Akabri menjadi 160 orang atau hampir 60%. Ide membuat SMA plus itu datang dari Panglima ABRI ketika itu Jenderal L.B. Moerdani. Salah satu tujuannya adalah menyiapkan kader pemimpin bangsa yang cerdas, sehat jasmani, disiplin, dan berkepribadian baik, sejak dini. Sebab, ketika itu, dianalisa bahwa lulusan SMA yang diseleksi masuk Akabri pun tak begitu memuaskan. ''Banyak taruna Akabri yang harus dikerek,'' kata Benny Moerdani ketika itu. Maka, Mabes ABRI mengajak Taman Siswa mencetak kader pemimpin yang berwawasan kebangsaan. Setiap pihak mendirikan yayasan untuk mengelola SMA itu, yakni Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (ABRI) dan Yayasan Kebangkitan Nasional (Taman Siswa). Kedua yayasan itu membentuk Lembaga Pendidikan Taman Madya Taruna Nusantara, yang mengelola langsung SMA itu. Dalam melaksanakan pendidikan, SMA Taruna Nusantara pun memadukan dua hal yang sering dianggap bertolak belakang. Menurut Kolonel Sadja Muljoredjo, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, pendidikan di situ memadukan disiplin yang tinggi dan kreativitas yang menonjol. ''Ini penting karena dari manusia yang berdisiplin itu muncul manusia yang kreatif,'' katanya. ''Mereka memang dipersiapkan untuk bersaing di forum internasional,'' kata Sri Martoyo, wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dalam pendidikan sehari-hari, mereka diajar untuk biasa hidup dengan persaingan yang sehat, disiplin ketat, dan suasana intelektual yang serius. Yang pertama kali memetik panen SMA Taruna Nusantara itu tentu tetangganya, Akabri, yang berada di seberang kompleks SMA itu. Selain nilai lulusannya tinggi, sekolah itu juga berhasil menyediakan lulusan yang sehat badan dan berkepribadian matang. ''Ini membuktikan seleksi dulu tak keliru, hingga hasilnya baik sekali,'' kata Komandan Jenderal Akabri, Laksda Wahyono, kepada Juwarno dari TEMPO. Secara keseluruhan, kata A.M.W. Pranarka dari Taman Siswa, yang ikut membidani lahirnya SMA itu, tak ada pengarahan agar mereka masuk Akabri. ''Masuk Akabri bagi mereka toh tak ada kemudahan apa-apa,'' katanya kepada TEMPO. Selain ingin masuk Akabri, menurut angket yang diisi, sebagian akan masuk perguruan tinggi. Ada lagi yang ingin menjadi pilot, mendapat beasiswa dari PT Telkom, dan 36 anak melanjutkan ke STPDN. Namun, setiap siswa tentu punya cita-cita yang lebih jelas. Firman, yang juara pertama, ingin masuk Akabri agar jadi jenderal. Sedangkan temannya, Haryadi, masuk Akabri ingin jadi polisi. ''Saya ingin memperbaiki citra polisi,'' katanya. Keduanya punya cita-cita sama, yakni menjadi orang nomor satu di ABRI. Dan pemimpin bangsa seperti itulah yang diimpikan para pendirinya akan lahir dari Magelang. Melihat hasil pendidikan terpadu yang menggembirakan itu, Feisal Tanjung lantas berharap ada pihak swasta lain yang berani membuat SMA serupa. Di masa mendatang, kata Feisal, SMA Taruna Nusantara hasil kerja sama Mabes ABRI dan Taman Siswa itu juga akan menerima siswa putri. ''Tapi itu menuntut persiapan matang dan penyesuaian,'' katanya. Agus Basri dan Marcelino X. Magno (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus