Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Universitas Brawijaya (UB) menyasar 1.000 desa di Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi pengabdian mahasiswa membangun desa. Kepala Program Pengabdian Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Yusron Sugiarto mengatakan, Program MMD menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa angkatan 2019, 2020, 2021, dan 2022, dengan jumlah keseluruhan 14 ribu orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program MMD dibuat supaya tidak terjadi bentrokan antarfakultas saat melaksanakan pengabdian sehingga para mahasiswa berebut program. Akibatnya, rencana dan tujuan program tidak berjalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dulu ada banyak jenis program pengabdian masyarakat, seperti KKN (kuliah kerja nyata) kebangsaan dan KKN tematik. Pada saat di lapangan, ternyata banyak lokasi kegiatan KKN banyak yang bentrok sehingga rencana dan tujuan program tidak sepenuhnya berjalan" kata Yusron dalam keterangan, Ahad pagi, 26 Februari 2023.
Kenyataan itu membuat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) prihatin. LPPM kemudian berinisiatif mengintegrasikan semua kegiatan pengabdian kepada masyarakat menjadi satu program bernama MMD mulai tahun ini.
Program MMD berbobot 4 SKS (satuan kredit semester) dan mahasiswa yang sudah mengikuti KKN tidak perlu lagi mengikuti MMD. Mahasiswa boleh memilih ikut KKN atau MMD.
"Program MMD sudah kami koordinasikan dengan gubernur dan seluruh bupati di Jawa Timur untuk bisa diteruskan ke jajaran di bawahnya," ujar Yusron, yang juga Ketua Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LPPM UB.
Ketua Program MMD 1.000 Desa Sujarwo menambahkan UB sudah mendapatkan lokasi 1.000 desa sasaran. Sebanyak 14 ribu orang mahasiswa peserta Program MMD dibagi jadi 14 orang per desa dari lintas jurusan.
Dipersiapkan sejak Januari lalu, Program MMD Proses melibatkan 500 dosen pembimbing lapang dan 150 dosen penyusun tema.
“Diharapkan pada bulan Maret, mahasiswa sudah mulai menyusun penguatan program kerja tentang potensi apa saja yang bisa dikembangkan di masing-masing lokasi, dengan pendampingan para dosen pembimbing dan penyusun tema,” kata Sujarwo.
Para mahasiswa peserta Program MMD mendapat pembekalan operasional dan tematik sebelum diberangkatkan ke lokasi MMD mulai Juni nanti. Seluruh mahasiswa melaksanakan MMD selama enam minggu.
Demi kelancaran pelaksanaan program, UB berkoordinasi dengan aparat TNI dan Polri untuk keamanan seluruh mahasiswa, serta bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk perlindungan kesehatan selama mengikuti kegiatan MMD.
Sujarwo berharap, kegiatan MMD dapat menjadi kolaborasi yang potensial untuk meningkatkan kontribusi langsung perguruan tinggi bagi masyarakat. Mahasiswa sangat diharapkan mampu menyumbangkan pemikiran serta menyebarluaskan atau diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi bagi desa dan masyarakatnya.
“Bagi mahasiswa sendiri, kegiatan MMD bisa belajar meningkatkan kerja sama tim dan keterampilan berkomunikasi. Bagi para dosen, kegiatan MMD bisa mencapai IKU (indikator kinerja utama) ketiga, yakni dosen berkegiatan di luar kampus," ujar Sujarwo, dosen Fakultas Pertanian.
Sedangkan bagi lembaga Universitas Brawijaya, Program MMD berguna untuk meningkatkan pengakuan internasional kepada perguruan tinggi negeri yang berdiri pada 5 Januari 1963 itu.
Universitas Brawijaya berkomitmen untuk menyukseskan terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG's) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga SDG's jadi salah satu indikator pemeringkatan kampus-kampus dunia.
Hasil pelaksanaan MMD dapat digunakan untuk membantu meningkatkan peringkat UB di dunia internasional.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.