Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) menyebutkan selisih elektabilitas pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin dengan Prabowo - Sandiaga Uno berbeda tipis. Selisih elektabilitas kedua pasangan itu disebut 4,1 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tingkat elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf 45,90 persen; pasangan Prabowo-Sandiaga 41,80 persen,” ujar Direktur Puskaptis, Husin Yazid, saat merilis hasil survei lembaganya di Hotel Ibis, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019. Dia menambahkan sebanyak 12,30 persen responden dinyatakan sebagai swing voters atau belum menentukan pilihan.
Menurut Husin, selisih kedua pasangan itu sangat kecil dan menjadi modal bagi Prabowo-Sandiaga untuk menyalip keunggulan inkumben. Ia menambahkan, perbedaan di bawah 10 persen menandakan Jokowi-Ma’ruf belum banyak unggul dari Prabowo-Sandiaga. Waktu tiga bulan sebelum Pilpres, kata dia, cukup untuk kubu Prabowo mengejar ketertinggalan.
Meskipun Jokowi-Ma’ruf unggul, dia menambahkan, adanya swing voters yang mencapai 12,30 persen membuat pemenang pikpres belum dapat diprediksi. “Mengingat waktu masih tersisa tiga bulan ke depan. Artinya masih terbuka peluang dalam meraih simpati publik dalam mengejar ketertinggalan,” ucap Husin.
Dalam surveinya, Puskaptis menggunakan jumlah responden sebanyak 2.100 orang. Margin of error survei 2,4 persen; dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling selama periode 8-14 Januari 2019.
Berbeda dengan Puskaptis, hasil survei lembaga lain menemukan selisih elektabilitas yang cukup besar. Di antaranya adalah survei Indikator Politik sebesar 20,1 persen, Alvara 19,2 persen, dan Charta Politika 19,1 persen. Sedangkan hasil survei Media Survei Nasional (Median) menemukan jarak elektabilitas kedua paslon tinggal satu digit, yaitu 9,2 persen.
Juru bicara TKN, Ace Hasan Syadzily mempertanyakan rekam jejak Puskaptis. Dia mengingatkan Lembaga ini pernah mengeluarkan hasil berbeda saat pilpres 2014. Saat itu Puskaptis menyatakan Prabowo - Hatta unggul dalam quick count, berbeda dengan mayoritas lembaga lain yang menyatakan kemenangan bagi Jokowi - JK. Kelak hasil akhir perhitungan menunjukkan Jokowi - Jusuf Kalla yang unggul.
Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) lalu berniat mengaudit Puskaptis dan lembaga survei lain yang merilis hasil berbeda. Koran Tempo edisi 17 Juli 2014 menulis akhirnya Dewan Etik Persepsi mendepak Puskaptis dari asosiasi tersebut karena menolak untuk diaudit. Puskaptis dianggap tidak transparan dan tidak profesional. Husin Yazid, saat itu, menyatakan meolak audit karena seharusnya dilakukan setelah hasil pemilihan presiden diumumkan KPU. Husin juga sangsi obyektivitas Dewan Etik dalam mengaudit lembaga survei.
Catatan redaksi: berita ini sudah diedit kembali dengan menambahkan beberapa informasi yang relevan, pada Rabu, 30 Januari, pukul 06.54.