Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil real count sementara versi Komisi Pemilihan Umum atau KPU pada Jumat pagi, 16 Februari 2024, masih menunjukkan paslon nomor urut dua Prabowo-Gibran Rakabuming Raka unggul dari dua paslon lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari situs resmi KPU, hingga pukul 09.30 WIB, proses penghitungan suara di angka 417.089 dari 823.236 Tempat Pemungutan Suara atau TPS, dengan persentase 50.66 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 30.224.843 (56.8 persen) suara, disusul paslon nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan perolehan suara 13.427.157 (25.23 persen), dan paslon nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud Md dengan perolehan suara 9.559.888 (17.97 persen).
Sementara pada Kamis malam, 15 Februari 2024, pukul 18.30 WIB, dilansir dari situs real count sementara KPU, Anies-Muhaimin sempat mencapai angka 32.02 persen (13.070.053), dengan perolehan tertinggi Prabowo-Gibran 51.56 persen (21.048.996), dan perolehan suara paling rendah Ganjar-Mahfud 16.42 persen (6.704.531).
Hingga kini, protes masih bermunculan setelah laman penghitungan suara sementara KPU menampilkan konversi formulir C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024 dengan jumlah tidak akurat.
Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengatakan pihaknya tak berniat memanipulasi data perhitungan suara dari unggahan C1 tersebut. "Tidak ada niat ubah-ubah suara," kata Hasyim kepada wartawan di Media Center KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Februari 2024.
Kekeliruan itu, kata Hasyim, karena pada formulir C1 hasil plano diunggah apa adanya. Seperti diunggah anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS.
Hasyim juga menyampaikan klarifikasi perihal kekacauan konversi data C1. Dia mengakui terdapat protes lewat unggahan di media sosial sekaligus pesan pribadi WhatsApp. Pesan itu mengabarkan data perolehan suara per TPS yang diunggah dalam Sirekap tidak sinkron.
Menurut dia, data perolehan suara tersebut bukan salah ketik. Formulir C1 dibaca oleh sistem dalam Sirekap. "Terkadang salah baca dan akibatnya salah konversi hasil hitung suara," ujar dia.
IHSAN RELIUBUN