Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Rel Bengkok Gerbong Militer

Para jenderal profesional dan apolitis naik. Sayang, mereka tak berminat memangkas komando teritorial.

18 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang tak biasa dengan pengumuman mutasi kali ini. Konferensi pers tak digelar. Keputusan Panglima TNI tertanggal 14 Juni itu cuma dibagikan. Agar mutasi dilihat secara wajar, begitu penjelasan Kepala Pusat Penerangan Marsekal Muda Graito Usodo.

Toh, aroma politis masih saja menyengat dari pergeseran 122 pos militer ini. Fokus perhatian tertuju pada tergusurnya Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat (Aster KSAD) Mayjen Saurip Kadi. Seperti telah santer disebut, Saurip memang masuk kotak. Karib Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Agus Wirahadikusumah ini ''ditunakaryakan" sebagai perwira tinggi Markas Besar AD. Posnya diisi Mayjen Sang Nyoman Suwisma, mantan Kepala Staf Kostrad.

Saurip, yang sangat vokal menyuarakan pemangkasan komando teritorial, belakangan memang menjadi sorotan. Namanya bahkan dikaitkan dengan Dokumen Bulakrante—skenario kelompok Wirahadikusumah plus Bondan Gunawan untuk menguasai pucuk militer. Menurut pengamat militer M.T. Arifin, vonis untuk Saurip telah dijatuhkan Cilangkap pada 30 Mei lalu. Meski keesokan harinya KSAD Jenderal Tyasno Sudarto dimintai penjelasan Presiden Abdurrahman Wahid tentang pencopotan itu, nasib Saurip tak lagi tertolong.

Soalnya, kata Arifin lagi, suara lantang Saurip dinilai telah memicu keresahan di kalangan tentara. ''Dia dianggap terlalu bebas dan kritis," kata pengamat militer dari CSIS, J. Kristiadi. Tudingan lain, Saurip dan Wirahadikusumah naik peringkat semata-mata karena mencantol Istana. Akibatnya, pola mutasi pada Februari lalu berantakan. Saat itu, Kepala Staf Umum Letjen Suaidi Marasabessy terjungkal. Tergusur Wirahadikusumah, Letjen Djadja Suparman juga terpental dari Pangkostrad ke pos Komandan Sekolah Staf Komando—sesuatu yang tak lazim.

Kualifikasi mereka juga diungkit. Proses naiknya Saurip dinilai janggal. Menurut seorang jenderal yang dekat dengan Wiranto, Saurip tak sekali pun menduduki jabatan teritorial—komandan resor militer atau panglima daerah militer, misalnya. ''Tiba-tiba kok jadi Aster KSAD," katanya. Apalagi, Saurip berasal dari korps CHB (perhubungan), yang kurang bergengsi.

Meski selamat untuk sementara, Wirahadikusumah pun agaknya tinggal menghitung hari. Menurut Arifin, ''jenderal titipan Presiden Wahid" itu akan terpental pada mutasi berikutnya—diperkirakan Oktober depan dan meliputi pos bintang tiga ke atas. Banyak disebut, posisi Wirahadikusumah akan digantikan Panglima Kodam Jaya Mayjen Ryamizard Ryacudu. Di putaran ini, kata Kristiadi, Komandan Jenderal Kopassus Mayjen Syahrir M.S., yang kini bergeser sebagai Asisten Operasi KSAD, akan menjadi Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais). Sementara itu, Kepala Bais Marsekal Madya Ian Perdanakusumah bakal melesat jadi Panglima Angkatan Udara.

Figur Suwisma dan Ryamizard menarik dicermati. Mereka adalah potret tentara profesional, apolitis, dan punya segudang pengalaman lapangan. Suwisma adalah jenderal senior dari angkatan 1971. Di era Wiranto, dia pernah akan dipromosikan sebagai Danjen Kopassus. Terjegal Prabowo, jenderal senior ini lalu menduduki kursi Panglima Kodam Tanjungpura, sebelum akhirnya didegradasi ke pos Kepala Staf Kostrad. Begitu pula dengan Ryamizard, yang kaya pengalaman operasi. Pada rotasi Februari, sebenarnya ia sempat menjadi kandidat kuat Pangkostrad, sebelum terhambat ''titipan Istana".

Cuma, masalahnya, kata Kristiadi lagi, sudut pandang mereka khas prajurit tulen: teguh berpegang pada doktrin yang ada. Akibatnya, mereka keras bersikukuh bahwa komando teritorial—gencar disoalkan Wirahadikusumah dan Saurip—masih perlu dipertahankan.

Bagi sebagian kalangan, mutasi ini diharap akan kembali meluruskan gerak gerbong militer—telah melenceng pada Februari lalu—di rel seharusnya. Tapi membelokkan kembali upaya penghapusan komando teritorial, tentu saja, bukan rel yang boleh dilalui.

Karaniya Dharmasaputra, Levi Silalahi, Arif Kuswardono


Pergeseran di Sejumlah Pos Strategis

NamaJabatan LamaJabatan Baru
Mayjen Saurip KadiAster KSADPati Mabes TNI AD
Mayjen Sang Nyoman SuwismaKepala Staf KostradAster KSAD
Mayjen Syahrir M.S.Danjen KopassusAs. Ops. KSAD
Brigjen Amirul IsnainiWa. Asisten Pengamanan KSADDanjen Kopassus
Mayjen AfandiPangdam I/Bukit BarisanPati Mabes TNI AD
Mayjen I Gede PurnawaPang. Divif 1 KostradPangdam I/Bukit Barisan
Mayjen Slamet SupriyadiPangdam III/SiliwangiPati Mabes TNI AD
Mayjen Zainuri HasyimPangdam VI/TanjungpuraPangdam III/Siliwangi
Mayjen Djoko BesarimanDan SeskoadPangdam VI/Tanjungpura
Mayjen Bibit WaluyoPangdam IV/DiponegoroDan Seskoad
Brigjen SumarsonoWa. Asisten Personalia KSADPangdam IV/Diponegoro
Brigjen Max Markus TamaelaPangdam XVI/PattimuraDan Pusterad
Kol. Inf. I Made YasaPamen Mabes TNI ADPangdam XVI/Pattimura

Sumber: Markas Besar TNI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus