Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI, Herianto, mengatakan pernyataan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, tidak menjawab pertanyaan mahasiswa mengenai mahalnya tarif Uang Kuliah Tunggal (UKT) di sejumlah perguruan tinggi. "Hadirnya Mendikbud hanya klarifikasi saja," kata Herianto saat dihubungi, Rabu 22 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Herianto kecewa dengan pernyataan yang disampaikan Nadiem dalam rapat dengar pendapat dengan komisi X DPR RI, kemarin. Nadiem mengatakan, kenaikan UKT hanya berlaku untuk calon mahasiswa baru 2024. Bagi Herianto pernyataan itu menegaskan, kenaikan UKT akan dialami juga untuk mahasiswa baru di tahun berikutnya. "Ini yang tak kami inginkan," kata Harianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Herianto juga menyayangkan pernyataan Nadiem bahwa mahasiswa baru 2024 banyak berasal dari kelas menengah sehingga mampu membayar UKT. Padahal, menurut Herianto, mahasiswa baru justru banyak berasal dari kelas menengah bawah.
Karena itu, Herianto, memutuskan, BEM SI akan melakukan mogok kuliah. Pun akan mengintsruksikan anggota BEM SI untuk melakukan unjuk rasa dan pernyataan sikap menolak UKT mahal di setiap kampus.
BEM SI sebelumnya telah mengkritik aturan Kemendikbud soal UKT. Mereka meminta untuk merevisi Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 2 Tahun 2024 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Permendikbudristek ini dinilai sebagai penyebab tarif UKT mengalami kenaikan di sejumlah perguruan tinggi.
Dalam RDP, kemarin, Nadiem menjelaskan kenaikan hanya berlaku untuk mahasiswa baru bukan untuk seluruh mahasiswa. Sehingga ia membantah jika kebijakan ini akan mengubah rate UKT bagi mahasiswa yang sudah melaksanakan pendidikannya di perguruan tinggi.