Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Rintisan Sekolah Kelas Ekspres

Kementerian Pendidikan Nasional tidak lagi menerbitkan izin baru rintisan sekolah bertaraf internasional. Sebagian besar guru sekolah rintisan tak cakap berbahasa Inggris. Di Malaysia, proyek serupa dihentikan.

11 April 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIDAH Angger Aprie mendadak kelu. Kalimat yang sudah berderet-deret disusun dalam kepala menguap begitu saja ketika dia berdiri di muka kelas. Rambutnya yang gondrong melewati bahu tak menutupi mukanya yang pias.

"Maaf, Sir, ulangi lagi, ya," murid kelas IX SMA Kolese de Britto, Yogyakarta, itu memohon kepada guru bahasa Inggrisnya, Widi Nugroho. Sang guru yang berdiri di belakang kelas manggut-manggut. Dengan terbata-bata Angger melanjutkan bercerita tentang penyebab serangga dan laba-laba bermusuhan, dengan bahasa Inggris berlogat Jawa.

Setelah Angger bertutur, giliran Widi memberikan komentar. "Intonasinya belum lancar, ekspresinya juga tidak ada," kata Widi. Bercampur dengan bahasa Indonesia, Widi memberikan pelajaran bahasa Inggris. Walaupun sudah menyandang status rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), sekolah ini relatif tak banyak berbahasa Inggris.

Seperti gaya para muridnya yang leluasa memelihara rambut, sikap sekolah ini dalam hal bahasa Inggris sangat bebas. Hanya pelajaran bahasa Inggris yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, sekolah rintisan ini memang dianjurkan berbahasa Inggris untuk pelajaran sains dan matematika.

"Tidak ada hubungannya antara pelajaran berbahasa Inggris dan mutu siswa," ujar Lukas Bagus Taufik Dwiko, Wakil Kepala Sekolah Kolese de Britto, pekan lalu. Bahkan, menurut dia, penggunaan bahasa Inggris malah menghilangkan emosi, unsur penting dalam penyampaian pelajaran.

Saat ini ada 1.110 sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Seperti termaktub dalam peraturan menteri, satu di antara tujuan proyek sekolah ini adalah menghasilkan lulusan yang bisa bersaing kerja di luar negeri dan berperan aktif secara internasional. Atas dasar itulah, unsur bahasa Inggris menjadi hal pokok dalam sekolah ini. Maka, disyaratkan, gurunya harus mampu mengajar dalam bahasa Inggris dengan skor TOEFL 7,5.

Pelajaran berbahasa Inggris inilah, selain soal biaya pendidikan, yang menjadi sumber silang pendapat tentang sekolah bertaraf internasional. Pertama, soal kesiapan guru mengajar dalam bahasa Inggris. "Kami harus pontang-panting menyiapkan guru," kata Ahmad Nurben, Kepala SMP Negeri 8 Padang. Safa Marwah, lulusan sekolah rintisan di Mataram, SMP Negeri 6, bercerita bagaimana guru-gurunya kesulitan mengajar dalam bahasa Inggris. "Kosakatanya masih kurang."

Hasil evaluasi Kementerian Pendidikan Nasional pun menunjukkan betapa masih kedodorannya guru sekolah di negeri ini berbahasa Inggris (lihat infografis). Separuh dari guru di sekolah menengah rintisan ternyata hanya menguasai bahasa Inggris pada tingkat paling dasar (novice). Untuk membuat mereka ini mampu mengajar dalam bahasa Inggris, menurut Satria Dharma, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, mustahil bisa dilakukan hanya dengan kursus selama dua atau tiga minggu. "Yang bertahun-tahun tinggal di luar negeri saja belum tentu lancar berbahasa Inggris," katanya. Kalau tujuannya hanya meningkatkan kemampuan murid berbahasa Inggris, dia menyarankan, mestinya pelajaran bahasa Inggris saja yang dievaluasi atau jam pelajarannya digenjot.

Beberapa murid juga keberatan pada penggunaan bahasa Inggris untuk mata pelajaran lain. "Menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris saja masih sulit," kata Jeffrie Edo, murid de Britto.

l l l

SEPULUH tahun silam, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan kegalauannya melihat prestasi pendidikan anak-anak murid sekolah negeri dalam pelbagai kompetisi internasional yang jauh dari cemerlang.

"Oleh sebab penuntut di sekolah kebangsaan hampir semuanya terdiri dari anak Melayu, ini bermakna anak Melayulah yang menjadi mangsa kemerosotan prestasi sekolah-sekolah kebangsaan," katanya berapi-api dalam Kongres Pendidikan Melayu I. "Soalnya adalah apakah kita harus memejamkan mata dan menyerah kepada takdir atau kita sanggup berhadapan dengan masalah yang menyerang bangsa kita, walaupun ia memalukan dan mencemar image bangsa kita."

Demi mendongkrak prestasi anak-anak Melayu itulah, pada 2003 pemerintah Malaysia meluncurkan program Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggris. Menurut Kementerian Pelajaran Malaysia, tujuan program ini sungguh ambisius, yakni membangun sumber daya manusia untuk mencapai taraf negara maju dan bersaing dalam globalisasi.

Lewat proyek itu, bahasa Melayu ditinggalkan dan diganti bahasa Inggris dalam pengajaran materi sains dan matematika. Untuk menyokong proyek besar ini, persiapan pemerintah Malaysia benar-benar serius. Bahan pelajaran berbahasa Inggris, baik berupa buku maupun materi digital, disebar ke seluruh negeri. Guru yang kurang lihai bercakap dalam bahasa Inggris dilatih berulang kali.

Persiapan yang begitu serius dan dukungan menggebu dari Perdana Menteri Mahathir ternyata tak menjamin proyek ambisius ini sukses besar. Sejumlah kajian yang dilakukan beberapa universitas di negeri jiran ini malah menunjukkan sebaliknya. Penggunaan bahasa Inggris dalam pengajaran sains dan matematika justru berdampak buruk bagi mutu lulusannya.

Nor Hashimah Jalaluddin, guru besar ilmu bahasa di Universiti Kebangsaan Malaysia, mengatakan program Mahathir hanya berhasil di kota besar, yang muridnya rata-rata berasal dari keluarga berpenghasilan menengah-atas dan memang terbiasa berbahasa Inggris.

"Tapi sekolah di daerah pedesaan mengalami masalah besar," kata Nor Hashimah. Mereka kesulitan berkomunikasi dan mencerna pelajaran dalam bahasa Inggris. "Di pedalaman Malaysia, bahasa Inggris merupakan bahasa asing." Bagi mereka, berbahasa Inggris di sekolah merupakan beban ketimbang hiburan. Walhasil, menurut penelitian Universiti Kebangsaan, setelah beberapa tahun belajar berbahasa asing di sekolah, murid sekolah di Malaysia tak lantas bisa lancar berbual dalam bahasa Inggris.

Kajian Trends in International Mathematics and Science Study oleh Boston College di Amerika Serikat pada 2007 bahkan menunjukkan kemampuan siswa Malaysia dalam pelajaran sains dan matematika terus merosot. Pada 1999, nilai rata-rata pelajaran matematika mereka 519, lalu empat tahun kemudian 508, dan pada 2007 nilai murid sekolah di Malaysia turun menjadi 474.

Setelah melihat angka-angka yang tak menggembirakan itu, Menteri Pelajaran Muhyiddin Yassin memutuskan menghentikan program pelajaran berbahasa Inggris itu mulai 2012. Namun, menurut Muhyiddin, beberapa sekolah mungkin akan tetap diperbolehkan menggunakan dua bahasa.

Parent Action Group for Education yang mendukung proyek Mahathir juga menghendaki pemerintah Malaysia memberi kebebasan sekolah untuk memilih, melanjutkan atau menghentikan pelajaran berbahasa Inggris. "Kebijakan pelajaran berbahasa Inggris ini sangat bagus bagi masa depan anak Malaysia," ujar Noor Azimah, Ketua Page Action, seperti dikutip The Star.

l l l

SAKING mahalnya biaya masuk sekolah RSBI-sumbangan pembangunannya hingga Rp 15 juta-sebagian orang memelesetkan singkatan itu menjadi rintisan sekolah bertarif internasional. Selain menerima anggaran dari pemerintah pusat (Rp 100-500 juta) dan pemerintah daerah, sekolah rintisan ini masih diperbolehkan memungut biaya dari orang tua murid.

Pungutan yang besarnya sangat variatif itulah yang membuat program ini dituding membuat institusi pendidikan publik yang bermutu semakin jauh dari jangkauan warga miskin. "Program ini semakin mempertajam pemisahan kelas. Siswa miskin dengan murid kaya, siswa RSBI dengan murid sekolah biasa," Satria Dharma mengkritik. Faktanya memang sebagian besar murid sekolah ini adalah anak-anak keluarga berpunya.

Para guru di sekolah rintisan menolak diberi label sebagai sekolah mahal. Ahmad Nurben menjamin faktor kemampuan ekonomi tak menjadi bahan pertimbangan dalam seleksi murid sekolah rintisan. "Tidak ada seleksi siswa RSBI berdasar kemampuan ekonomi," Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta Baskoro Aji mengatakan.

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto menganalogikan sekolah rintisan ini laiknya pelayanan kereta rel listrik. Penumpang kereta komuter ini boleh memilih apakah akan menggunakan kereta ekonomi, ekonomi AC, atau ekspres yang adem dan cepat. Tentu saja ongkosnya juga lain. Yang paling penting, kata Suyanto, tetap ada alokasi kursi bagi mereka yang kemampuan kantongnya pas-pasan.

Lain di Malaysia, lain pula di Indonesia. Walaupun di Malaysia proyek pelajaran berbahasa Inggris akan dihentikan, program sekolah bertaraf internasional ini, Suyanto mengatakan, akan terus berlanjut. Alasannya, proyek ini diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. "Kita tidak usah ikut-ikutan Malaysia," ujar Suyanto. Rupa-rupa masalah dalam proyek ini, dia meyakini, bisa diatasi.

Sapto Pradityo, Bernarda Rurit (Yogyakarta), Febrianti (Padang), Supriyanto Khafid (Mataram)


Skor Kemampuan Akademis Murid dan Guru

SD
BAHASA INGGRISSAINSMATEMATIKA 
5,84
Murid Biasa
6,99
Murid RSBI
5,04
Murid Biasa
6,09
Murid RSBI
3,95
Murid Biasa
4,21
Murid RSBI
5,0
Murid Biasa
5,3
Murid RSBI
SMP
BAHASA INGGRISBIOLOGIFISIKAMATEMATIKA
--
Murid Biasa
--
Murid RSBI
5,97
Murid Biasa
6,66
Murid RSBI
6,97
Murid Biasa
6,66
Murid RSBI
--
Murid Biasa
--
Murid RSBI
5,1
Guru Biasa
6,2
Guru RSBI
5,3
Guru Biasa
6,1
Guru RSBI
5,3
Guru Biasa
5,3
Guru RSBI
5,5
Guru Biasa
6,3
Guru RSBI
SMA
BAHASA INGGRISBIOLOGIFISIKAMATEMATIKA
--
Murid Biasa
--
Murid RSBI
4,22
Murid Biasa
5,34
Murid RSBI
4,22
Murid Biasa
5,34
Murid RSBI
4,15
Murid Biasa
4,83
Murid RSBI
3,7
Guru Biasa
3,5
Guru RSBI
6,0
Guru Biasa
4,6
Guru RSBI
4,8
Guru Biasa
3,9
Guru RSBI
6,3
Guru Biasa
6,9
Guru RSBI

Seberapa Mahal RSBI?

SD

Sumbangan Pembangunan
Termurah: Rp 100 ribu s/d Rp 4 juta [Terbanyak 94%]
Termahal: Rp 7,7 juta
Rata-rata: Rp 1,5 juta

Sumbangan Pendidikan
Termurah: Rp 20 ribu s/d Rp 300 ribu [Terbanyak 96%]
Termahal: Rp 505 ribu
Rata-rata: Rp 230 ribu

SMP

Sumbangan Pembangunan
Termurah: Rp 250 ribu s/d Rp 5 juta [Terbanyak 90%]
Termahal: Rp 15 juta
Rata-rata: Rp 2,23 juta

Sumbangan Pendidikan
Termurah: Rp 25 ribu s/d Rp 500 ribu [Terbanyak 97,5%]
Termahal: Rp 556 ribu
Rata-rata: Rp 230 ribu

SMA

Sumbangan Pembangunan
Termurah: Rp 135 ribu s/d Rp 5 juta [Terbanyak 88%]
Termahal: Rp 10 juta
Rata-rata: Rp 2,7 juta

Sumbangan Pendidikan
Termurah: Rp 25 ribu s/d Rp 500 ribu [Terbanyak 84%]
Termahal: Rp 556 ribu
Rata-rata: Rp 300 ribu

Guru RSBI Jago Bahasa Inggris?

Seperti inilah kemampuan guru sekolah SMP dan SMA RSBI berdasar evaluasi Kementerian Pendidikan.

Tingkat
Kefasihan
SkorSemua
Guru
Kepala
Sekolah
Guru
Bahasa
Inggris
General
Professionals
905-9900,1 %0,0 % 1,1 %
Advanced
Working
785-9000,6 %0,2 %4,4 %
Basic Working605-7803,6 %3,6 %21,7 %
Intermediate405-60012,9 %14,6 %39,4 %
Elementary255-60032,1 %30,5 %26,1 %
Novice10-25050,7 % 51,0 %7,4 %

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus