Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Risma Turun Gunung Bantu Eri

Risma dilaporkan karena dinilai melanggar aturan kampanye.

10 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi (kiri) dan Armuji di Kantor KPU Kota Surabaya, Jawa Timur, 4 September 2020. ANTARA/Moch Asim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengenalkan Eri Cahyadi kepada masyarakat di kawasan Babatan, Wiyung, Surabaya.

  • Eri merupakan calon Wali Kota Surabaya dalam pemilihan kepala daerah serentak, Desember mendatang.

  • Kongres Advokat Indonesia menuding Risma melanggar aturan kampanye.

SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengenalkan Eri Cahyadi kepada masyarakat di kawasan Babatan, Wiyung, Surabaya. Eri merupakan calon Wali Kota Surabaya dalam pemilihan kepala daerah serentak, Desember mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eri maju bersama Armuji sebagai calon wakil wali kota. Keduanya didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Solidaritas Indonesia. Sebagai salah satu juru kampanye, Risma mengiklankan Eri sebagai pilihan terbaik untuk Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebetulan, selain sama-sama kader partai berlambang kepala banteng, Risma memang dekat dengan Eri. Pria berusia 43 tahun itu sempat menjadi anak buah Risma. Terakhir, Eri menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya pada 2018-2020.

Karena itu, Risma mengaku tahu betul watak dan sikap Eri. "Dia orangnya inovatif, bertanggung jawab, dan berani membela kepentingan orang banyak. Dia selama ini ikut merancang dan menjalankan program pemerintah Surabaya," kata Risma di depan warga Babatan, Surabaya, Ahad lalu.

Sehari sebelumnya, Risma memperkenalkan Eri kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya. Lagi-lagi perempuan berusia 58 tahun itu menyebutkan sejumlah nilai positif dari Eri. Saat itu Risma mengatakan Eri merupakan birokrat tulen. Meski begitu, Risma meyakinkan warga Muhammadiyah bahwa Eri bukan tipikal birokrat yang lelet. "Eri patuh kepada atasan, cakap dalam pekerjaan. Banyak yang sudah dikerjakan Eri selama menjabat di pemerintah kota," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Intinya, Risma mengatakan bahwa Eri akan menjadi penerusnya memimpin Kota Surabaya. Bukan rahasia lagi jika Surabaya semakin maju dan berkembang dalam 10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Risma, dari penghargaan sebagai kota terbaik, paling berintegritas, hingga terindah. "Ke depan, semua harus diteruskan, diperbaiki kekurangannya. Contohnya, masih ada beberapa titik banjir," kata Risma.

Tak lupa Risma juga pamit lantaran masa jabatannya akan rampung dalam beberapa bulan lagi. Ia pun meminta maaf kepada masyarakat atas kesalahannya selama menjabat Wali Kota Surabaya. Risma pun berharap Eri bisa melanjutkan kehidupan Surabaya sebagai kota yang toleran, rukun, dan berkualitas. "Semua program sudah disiapkan Eri, terutama di sektor pendidikan," kata Risma.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Mahsun Jayadi berharap Eri atau pasangan calon lawan, Machfud Arifin dan Mujiaman Sukirno, bisa bersinergi dengan sejumlah kelompok masyarakat, termasuk dari sisi keagamaan seperti Muhammadiyah. "Harapan kami, calon yang terpilih bisa bersinergi dengan Muhammadiyah," kata Mahsun Jayadi.

Namun cara kerja Risma sebagai juru kampanye Eri tak selamanya mendapat respons bagus. Dua pekan lalu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kongres Advokat Indonesia Jawa Timur melaporkan Risma ke Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Dalam Negeri, Komisi Pemilihan Umum, hingga Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.

Kongres Advokat Indonesia menuding Risma melanggar aturan kampanye. Sebagai contoh, kampanye daring bertema "Roadshow Online Berenerji" yang dilakukan Risma pada 18 Oktober lalu. Ketua DPD Kongres Advokat Indonesia Jawa Timur Abdul Malik menyebutkan, dalam kampanye tersebut, Risma meminta warga memilih Eri dan menjelekkan calon lawan.

Abdul Malik juga menuding Risma melakukan pembohongan publik dengan menyebut Eri sebagai anaknya. "Padahal Eri bukan dilahirkan Risma," kata Abdul Malik.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membela Risma. Menurut Hasto, laporan dugaan kecurangan Risma sebagai juru kampanye Eri merupakan bentuk intimidasi. Hasto mengatakan strategi berbau intimidasi tak akan mempan untuk masyarakat Surabaya yang mayoritas pendukung PDI Perjuangan.

Menurut dia, dukungan dari basis partai berlambang kepala banteng akan manjur memenangkan Eri dan Armuji. "Arek-arek Surabaya itu kokoh memegang prinsip. Mereka akan membela yang benar," kata Hasto.

INDRA WIJAYA | ANT | INDRA WIJAYA


 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus