Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAHUN lalu, Bung Harmoko kampanye pemakaian "Bung" untuk panggilan laki-laki. Belum sempat meluas, Menteri Penerangan memperkenalkan panggilan baru untuk wanita yakni "Rung". Ide Menteri Harmoko mencarikan jodoh "Bung" itu datang dari sepucuk surat asal Sumatera Selatan yang diterimanya. Di suatu daerah, menurut surat itu, wanita sering dipanggil dengan "Rung". Tampaknya Bung Harmoko tertarik dengan pasangan "Bung dan Rung" itu. Maka, dalam pertemuan dengan para pimpinan redaksi dan PWI Jumat pekan lalu, ia menawarkan istilah "Rung" itu. Kalau memang cocok, Bung Harmoko tampaknya bersemangat untuk memasyarakatkan panggilan untuk kaum hawa itu. Namun, kelihatannya tak semua orang tahu apa arti kata "Rung". Prof.Dr. Amran Halim, Rektor Universitas Sriwijaya di Palembang, bahkan mengaku belum pernah mendengarnya. "Kalaupun benar itu ada di SumSel, kami belum pernah mengadakan penelitian," kata ahli ilmu bahasa lulusan University of Michigan, AS, itu. Hal sama diungkap Djohan Hanafiah, budayawan asal Sum-Sel. Ia justru mengusulkan pemakaian panggilan yang sudah populer di daerahnya yakni "Ibung". "Ibung itu panggilan untuk ibuibu di daerah Pasemah, Lahat," kata Djohan. Di kamus Pusat Pengembangan Bahasa (1985), kata "rung" hanya ada di kamus bahasa daerah LampungIndonesia. "Rung" berarti "suara menderu". Bahkan Lukman Ali, bekas Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, tak menemukan kata "rung" yang menunjuk panggilan untuk wanita. Menurut kamus, katanya, "rung" merupakan kependekan "balairung" yang berarti tempat menghadap raja. Kata "rung" juga ditemukan dalam Kamus Bahasa Melayu: "batas untuk penanaman ubi". Namun, tak semua ahli bahasa menutup kemungkinan pemakaian kata "Rung" untuk panggilan wanita. "Mungkin saja kata itu ada, hanya terluput dari perhatian saya," kata Hasan Alwi, doktor linguistik Bahasa Indonesia, yang baru dua pekan menjadi Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bagaimana nasib "Rung"? Bung Harmoko mengharapkan ahli bahasa menelitinya. Kalau benar, ia tak segan-segan mengawinkan pasangan "Bung" dan "Rung" itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo