17 Oktober malam, 91 pemuda mewakili 22 ormas kumpul di rumah
Mayjen Sughandi, Ketua Umum MKGR, di Jl. Diponegoro, Jakarta.
Mereka umumnya bersuara lantang, menyatakan tak setuju dengan
konsep "pembinaan dan pengembangan generasi muda" seperti
dibawakan oleh Menteri Muda Urusan Pemuda Abdul Gafur.
Itu adalah pertemuan ketiga setelah sebelumnya berkumpul di
restoran Geliga dan di rumah Mayjen Mas Isman, Ketua Umum
Kosgoro. Pertemuan di rumah Sughandi yang sarat dengan keluhan,
rupanya membuat Fahmi Idris, wakil dari Fosko '66, merasa
jengkel. "Mbok kita ini jangan berdebat atau mengeluhkan
soal-soal kecil," katanya. Fahmi, yang juga tokoh HIPMI itu
rupanya menghendaki agar forum itu mampu "melahirkan ide-ide
besar."
Apa itu? "Yah, mengapa 50% rakyat masih berada di bawah garis
kemiskinan mengapa kini tak ada politikus besar mengapa
anak-anak muda takut jadi pemimpin dan lain-lain," lanjut Fahmi.
"Yang harus kita hargai adalah fikiran-fikiran besar, bukan
legitimasi."
Pendapat begitu didukung Tony Waworuntu dari GMKI, yang berharap
agar kegiatan pemuda itu janganlah semata-mata untuk momentum
tertentu, seperti menjelang Kongres KNPI atau peringatan Sumpah
Pemuda. Maka mereka pun malam itu juga membentuk 'kelompok
konsepsionil' dan 'kelompok karya nyata.'
Minggu ini, wakil-wakil pemuda yang antara lain terdiri dari GP
Ansor, Fosko '66, GM Trikarya (Kosgoro, MKGR dan Soksi), GMNI,
PMKRI, GAMKI, IMM, masih akan bertemu lagi. Seperti dikatakan
Ismuyanto dari Trikarya, mereka akan jalan terus, kalau KNPI
jalan terus dengan konsepnya. "Toh kegiatan pemuda tidak cuma
bisa melalui KNPI saja," tukas Rudiyono Hadi dari GM (Generasi
Muda) Kosgoro.
Menarik, bahwa GM Trikarya, khususnya GM Kosgoro, secara tegas
menyebut dirinya sebagai Angkatan Muda Golkar, sementara itu
kegiatan mereka akhir ini tampak lebih dekat dengan ormas pemuda
lain. Pecahkan mereka? "Lebih tepat disebut otokritik, bukan
revisionis," kata Ismuyanto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini