GAYA bicaranya hati-hati. "Ketika sedang berbicara pun kita harus eling, mengingat Tuhan," katanya. Itulah Zahid Hussein, Ketua Umum Himpunan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (HPK). Lelaki berusia 62 tahun itu juga Ketua Umum Paguyuban Sumarah. Ia sering tampil di dalam acara mimbar kepercayaan TVRI. Lalu dikenallah ia sebagai tokoh aliran kepercayaan. Pak Haji yang mengaku tak pernah meninggalkan sembahyang lima waktu itu, sudah mengakrabi aliran kepercayaan sejak berusia 14 tahun. Kepala Biro Proyek-Proyek Bantuan Presiden, Sekretariat Negara, itu menerima Syafiq Basri dari TEMPO, di kantornya, Senin pekan ini, untuk sebuah wawancara: Acara peringatan di Trowulan, sebetulnya acara apa? DPD HPK Jawa Timur menyelenggarakan peringatan hari besar 1 Suro. Ada rombongan dari Kabupaten Mojokerto yang membawa sesaji. Sesaji itu dikendurikan di Pendopo Agung Trowulan. Dimakan bersama. Jadi, sesaji itu bukan untuk roh-roh atau untuk Tuhan. Kenapa harus di Trowulan? Peringatan di Jawa Timur itu giliran. Tahun ini jatuh pada Mojokerto, kebetulan di sana ada Trowulan, bekas Kerajaan Majapahit. Di sana ada pendopo yang bcsar. Peringatan tahun baru sendiri mengandung maksud untuk memperingati perjuangan nenek moyang klta dulu. Sedangkan Suro scndiri adalah suatu kombinasi yang diciptakan oleh Sultan Agung untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Maka, di sana ada tatanan-tatanan tanggal, hari, musim, pasaran, minggu, bulan tahun, dan windu. Mestinya kita pun bisa menafsirkan peringatan itu untuk persatuan bangsa. Bukankah Sultan Agung beragama Islam? Justru Sultan Agung itu menyatukan itu. 'Kan dasarnya sama-sama kepercayaan kepada Tuhan YME, iman kepada Tuhan. Pada zaman Sultan Agung dapat dikatakan itu disatukan, sehingga nilai-nilai Islam sudah masuk dalam peringatan satu Suro. Itulah yang dititikberatkan di dalam membina persatuan. Selama ini ba8aimana perjalanan HPK? Ini menyangkut soal keimanan kepada Tuhan. Umpamanya ada ikrar meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Kalau masalah lahir, ya pembangunan fisik yang kelihatan itu. Sekarang masalah rohani, karena roh sifatnya gaib, kita percaya diciptakan Tuhan Yang Mahagaib, maka pembangunan rohani selalu kita dekatkan kepada Yang Mahagaib, ialah Tuhan. Kita usahakan agar rohani kita selalu diisi iman, ingat, dan eltng kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau bisa setiap detik kita selalu ingat, selalu eling kepada Allah. Kalau ditanya berapa jumlah penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia, ya sekurangkurangnya sejumlah warga negara RI. Karena syarat menjadi WNI mesti harus percaya kepada Tuhan YME. Kalau ditanya berapa jumlah anggota HPK, ya sejumlah mereka yang mendaftar menjadi anggota. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap HPK? Yang jelas, HPK itu bukan perkumpulan pedukunan, ahli klenik, dan paranormal. Saya sendiri Islam, saya haji, saya Ketua Umum HPK. Kalau ada orang yang mengaku penghayat kepercayaan lalu berlaku tidak baik, itu 'kan manusianya. Sama saja orang mengaku beragama tapi kok jadi pencoleng. Kenapa Pangestu dan Subud tak masuk HPK? Pangestu tidak menyatakan sebagai penghayat Ketuhanan YME. Subud, saya sendiri tidak bisa menjelaskan. Perlukah penghayat punya kitab dan kota suci sendiri? Tidak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini