Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan ada banyak pertimbangan kenapa Demokrat menutup gerbang dengan koalisi Joko Widodo (Jokowi). "Menutup buku dengan Pak Jokowi dan membuka buku dengan Pak Prabowo, tidak begitu saja bagi kami," ujar SBY di kediamannya, bilangan Mega Kuningan, Jakarta pada Rabu malam, 26 Juli 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut SBY, intensitas komunikasi antara dirinya dengan Jokowi dibandingkan Prabowo, bertolak belakang. SBY mengatakan justru lebih sering berkomunikasi dengan Jokowi ketimbang Prabowo. "Saya selama setahun tidak berkomunikasi dengan Pak Prabowo. Terakhir kali pada Juli 2017," ujar SBY.
Setelah setahun tak berkomunikasi, baru Selasa malam, 24 Juli 2018, SBY bertemu Prabowo dalam rangka penjajakan koalisi dengan Gerindra. Sementara dengan Jokowi, setidaknya keduanya bertemu secara langsung sebanyak lima kali dalam empat tahun pemerintahan Jokowi. Komunikasi di luar pertemuan tersebut pun diklaim semakin intensif dalam setahun belakangan. Jokowi juga kerap menawarkan Demokrat bergabung ke kubunya.
Namun belakangan, SBY mengatakan, ada banyak rintangan bagi partainya untuk bisa turut dalam koalisi pendukung Jokowi di Pilpres 2019. Hambatan itu tidak datang dari Jokowi, melainkan partai pendukungnya. Terlebih, hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun tak kunjung membaik.
"Sungguh pun saya benar-benar merasakan kesungguhan dan ketulusan Pak Jokowi mengajak Demokrat. Tapi memang tidak terbuka jalan bagi Demokrat bergabung dengan koalisi Jokowi," ujar SBY. "Mungkin Tuhan belum menakdirkan hubungan kami."