Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sebelum kemelut berakhir

Konflik dua kubu dalam tubuh hkbp tak berlanjut. mereka sepakat menerima kembali sejumlah pendeta dan fungsionaris hkbp yang dipecat eforus. penyelenggaraan sinode godang awal 1991.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Sebelum kemelut berakhir
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MEJA-MEJA ruang tamu ditaburi putik melati. Nama para peserta ditempel di sandaran sofa. Pertemuan pada Jumat malam pekan lalu itu terkesan mewangi dan resmi, sebagai aba-aba permulaan rujuk dalam tubuh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Dua kubu penyemai konflik selama ini, bertemu di rumah Jenderal (Purn.) Maraden Panggabean, Jalan Teuku Umar 21, Jakarta Pusat. Pertemuan dimulai pukul 19.00 WIB. Dari kubu jenderal terlihat M. Panggabean, A.E. Manihuruk, F.M. Parapat, H. Silalahi, O. Silalahi, Soi M. Pardede, H. Tambunan, dan O.H. Panggabean -- adik Maraden Panggabean. Kubu Parhalado, atau dewan pimpinan pusat HKBP, diwakili pimpinan tertinggi (Eforus) S.A.E. Nababan, Sekretaris Jenderal O.P.T. Simorangkir, praeses (pimpinan distrik) Jawa -- Kalimantan B. Purba, plus 12 pendeta lainnya. Tampak juga Bupati Tapanuli Utara, L. Panjaitan, dan beberapa sesepuh jemaat HKBP yang tak termasuk dalam salah satu kubu. Pertemuan yang tertutup bagi wartawan itu dilakukan dua tahap. Pertama, berlangsung sekitar tiga jam, diikuti semua peserta. Kedua, hasilnya dirumuskan oleh enam anggota tim kerja yang ditunjuk. Dalam tim ini tiap kubu diwakili tiga orang, tidak termasuk Panggabean dan Nababan. Mereka akan bertugas meneliti musababnya konflik di HKBP untuk kelak dibicarakan di Sinode Godang, pertemuan agung. Setelah itu Nababan dan rombongan ke penginapannya di Wisma PGI (Persatuan Gereja-Gereja Indonesia) yang hanya terpisah satu rumah dari rumah Panggabean. Sebelum tim kerja bergadang, Panggabean juga masuk ke kamar tidurnya, sambil berkata kepada wartawan, "Kita ingin pertemuan ini berbuah." Buahnya memang ada. Kedua kubu sepakat menerima kembali sejumlah pendeta dan fungsionaris HKBP yang dipecat Eforus. Sebenarnya, soal ini sudah selesai sebelum Panggabean mengundang kubu Nababan ke rumahnya. Rapat Parhalado di Tarutung, 8-10 November lalu, memutuskan mereka diterima kembali. Niat untuk menyelesaikan konflik dan meneliti sebabnya juga disepakati. Yang alot justru soal penyelenggaraan Sinode Godang yang tertunda. Kubu Nababan merencanakan akhir 1991. Sedangkan kubu Panggabean menghendaki diakhir 1990. Akhirnya disepakati awal 1991. "Paling cepat bulan Januari," kata H. Lumbangaol, juru bicara tim kerja. Namun, pertemuan agung itu hanya untuk memulihkan kerukunan HKBP. Sedangkan pertemuan akbar untuk memilih eforus baru dilaksanakan pada sinode 1992. Inilah antiklimaks konflik yang berlarut-larut itu. Sedangkan beberapa hari lalu Panggabean c.s. dengan Tim Damai-nya aktif menggoyang Nababan lewat safari ke daerah-daerah. Langkah itu malah membelah 2,5 juta jemaat HKBP. Awal November lalu, tulis harian Sinar Indonesia Baru (SIB) di Medan, sekitar 4.000 massa menyerbu dan menduduki kantor pusat HKBP di Tarutung. Selain menurunkan bendera Merah Putih, mereka menuntut Nababan turun dari jabatan eforus. Peristiwa inilah yang mendorong 32 pendeta Distrik Medan-Aceh mengecam Panggabean. Mereka juga menilai berita-berita SIB tentang HKBP dapat menimbulkan perpecahan. Maka, belum lama ini mereka minta Menko Polkam Sudomo memberi peringatan keras kepada harian itu. Sementara itu, kubu Nababan, menyebar berita tandingan di koran selain SIB. Mereka menuding kelompok Panggabean merekayasa berita-berita di SIB yang dipimpin oleh G.M. Panggabean itu. "Sejak 1988 harian ini selalu mendiskreditkan pucuk pimpinan HKBP," kata Kepala Humas HKBP Pendeta Edy Simatupang. Maklum saja, harian itu konon memang memihak ke kubu Jalan Teuku Umar 21, Jakarta. Priyono B. Sumbogo dan Sarluhut Napitupulu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus