Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Tempo yang berlokasi di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan, mendapat kiriman kepala babi pada Rabu, 19 Maret 2025. Paket tersebut ditujukan kepada Francisca Rosana (Cica) yang merupakan wartawan desk politik dan host siniar Bocor Alus Politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paket yang dibungkus kardus berlapis lakban coklat itu diterima sekuriti di gerbang Gedung Tempo pukul 16.15 WIB. Berdasarkan rekaman CCTV, paket tersebut diantar oleh kurir bersepeda motor matic putih, mengenakan jaket hitam, celana jins, dan helm ojek online.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemimpin Redaksi Tempo Setri Yasra menduga upaya ini sebagai teror terhadap karya jurnalistik Tempo. "Kami mencurigai ini sebagai upaya teror dan melakukan langkah-langkah yang menghambat kerja jurnalistik," kata dia.
Sementara, itu Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat, mengatakan teror tersebut dilaporkan Redaksi Tempo ke Mabes Polri hari ini, Jumat, 20 Maret 2025, dengan didampingi Koalisi Keselamatan Jurnalis. "Ini adalah teror terhadap kerja jurnalistik dan kebebasan pers secara keseluruhan," katanya.
Kantor Tempo Pernah Dilempar Bom Molotov
Teror terhadap Tempo bukanlah kejadian baru. 14 tahun lalu atau tepatnya pada Selasa, 6 Juli 2010 kantor Majalah Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pernah menjadi sasaran pelemparan bom molotov oleh pihak yang tidak dikenal. Serangan tersebut diduga berkaitan dengan terbitnya laporan utama berjudul "Rekening Gendut Perwira Polisi" dalam edisi Tempo 28 Juni–4 Juli 2010.
Laporan tersebut menyajikan ulasan detail isi rekening sejumlah jenderal Kepolisian. Di antaranya Badrodin Haiti, yang saat itu menjabat Kepala Polri, tercatat menerima Rp 1,1 miliar di rekeningnya. Ada juga rekening Budi Gunawan, Wakil Kepala Polri saat itu, juga tercatat menerima Rp 54 miliar. Selain itu, laporan tersebut juga mengungkap isi rekening tujuh jenderal dan komisaris besar lain, berkisar Rp 1,5 miliar sampai Rp11 miliar.
Sebelum insiden pelemparan bom molotov, pada Minggu malam, 27 Juni 2010, sejumlah pria berbadan tegap dan berambut cepak mendatangi kantor percetakan Tempo di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan untuk menanyakan majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 2010 dengan sampul berjudul “Rekening Gendut Perwira Polisi”.
Manajer Sirkulasi Majalah Tempo, Yefri Hasan Bisri mengatakan orang tersebut berusaha memborong seluruh Majalah yang mengupas aneka transaksi keuangan sejumlah jenderal kepolisian yang dinilai tak wajar tersebut. Namun, Yefri menolak dan menyarankan mereka menghubungi agen langsung. “Saya jelaskan bahwa seluruh majalah sudah menjadi jatah agen,” kata Yefri.
Tak menyerah, orang tersebut kemudian mencegat mobil distribusi dan menawar semua majalah yang diangkut. Bahkan beberapa orang lainnya sampai mencegat mobil yang keluar dari kantor percetakan dan langsung menawar harga seluruh majalah yang diangkut. Beberapa orang lainnya pun sampai mengikuti mobil Tempo yang hendak mengirim majalah ke agen di beberapa wilayah di Jakarta.
Operasi borong majalah tersebut juga dialami oleh agen Tempo di kawasan Harmoni, Jakarta pusat. Orang tersebut datang sejak pukul 2 dini hari, mengawasi lapak dari jauh dan baru mendekat setelah mobil boks agen Tempo datang. Bahkan mereka membeli semua majalah Tempo edisi tersebut dengan harga Rp 40 ribu per eksemplarnya.
Tak hanya di Jakarta, operasi memborong majalah Tempo juga terjadi di agen daerah. Pemborongnya rata-rata merupakan orang berbadan tegap dan berambut cepak, bahkan ada yang tanpa tedeng aling-aling menggunakan mobil polisi. Mereka menyisir semua lapak agen. Kantor biro Tempo di sejumlah daerah juga tak luput kedatangan tamu pria-pria yang juga berbadan tegap berambut cepak tersebut.
Sepekan setelah edisi tersebut terbit, kantor majalah Tempo dilempar bom molotov dini hari, 6 Juli 2010. Insiden itu terjadi sekitar pukul 02.40. Wartawan Tempo yang menjadi saksi mata, Akbar Tri Kurniawan menceritakan bahwa saat itu yang berada di lantai tiga. Ia tiba-tiba mendengar suara letupan keras dan mendengar tetapi suara keributan dari area parkir.
Ketika melihat ke luar jendela, Akbar mendengar petugas keamanan berteriak bahwa ada bom. “Saya melihat dari jendela ada asap cukup tebal,” ucapnya. Karena kaget, Akrab lantas langsung membangunkan dua rekan wartawan Tempo lainnya yang saat itu juga menginap di kantor, yaitu Dwidjo U. Maksum dan Seno Joko Suyono.
Berdasarkan keterangan petugas keamanan kantor Tempo yang ditanyai oleh Akbar, bom tersebut dilempar dari luar gedung oleh dua orang tak dikenal yang mengenakan jaket berwarna gelap dan berboncengan menggunakan sepeda motor bebek. Setelah mendapatkan informasi tersebut, Akbar segera menyusun laporan untuk dipublikasikan di situs berita Tempointeraktif.com, yang kini dikenal sebagai Tempo.co.
Hendrik Khoirul Muhid, M. Raihan Muzzaki, Yudono Yanuar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: 7 Tangkai Mawar Putih untuk Cica setelah Teror Kepala Babi