PERNAH ke Ujung Kulon? Orang maklum, apapun yang ada di sana
tak boleh diganggu. Sebab daerah itu merupakan cagar alam. Maka
adalah penduduk Desa Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandegelang
(Jabar) selama ini sering mengeluh. Sebab desa itu ternyata
berada di daerah cagar alam tadi.
Lahir lebih setahun lalu, sebagai pecahan dari Desa Cigorondong,
Taman Jaya berpenduduk 3497 jiwa dengan 2245 atau hampir 2/3-nya
adalah wanita. Seperti penduduk pedesaan pada umumnya, sebagian
besar di antara mereka petani.
Nurjen, Kepala Desa, kepada Bari Ts dari TEMPO yang
mengunjungi desa itu pertengahan Juni lalu mengatakan, dengan
luas desa meliputi lebih 342 hektar sawah dan 442 hektar lahan
darat, penduduk di desanya sebenarnya tidak akan pernah
kekurangan pangan. Lebih-lebih faktor air bagi sawah-sawah di
sana, tidak terganggu. Namun kenyataannya rata-rata 20 ton beras
setiap bulan harus didatangkan dari Labuhan, kecamatan lain.
Alasannya sawah di Desa Taman Jaya hanya digarap petani setahun
sekali dengan hasil seluruhnya sekitar 50 ton. Artinya hanya
cukup untuk 2-3 bulan saja.
Membuka Pintu
"Tani di sini tani kagol, " ucap Sapri, salah seorang penduduk.
Maksudnya, petani tanggung. Adakah penduduk memang malas?
Nurjen, 38 tahun, sekali pun ragu-ragu menjawab "ya begitulah,
sedikit malas."
Tapi Nurjen juga mengungkapkan bahwa penyuluhan pertanian di
desanya belum mantap. Apa boleh buat. Sebab jarak antara Desa
Taman Jaya dengan ibu kecamatan Sumur berjarak 20 kilometer. Tak
heran petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang seperti
biasa berpusat di ibu-ibu kecamatan. sampai saat ini baru sekali
saja berkunjung ke Taman Jaya.
Dalam pada itu, satu usaha contoh persawahan yang dibuat oleh
petugas PPL yang datang baru sekali tadi, ternyata gagal.
Lantas, petani pernah dijanjikan akan dikirim bibit unggul anti
wereng (VUTW) -- entah mengapa janji itu tak ditepati.
Juga terjadi cerita ini: satu waktu penduduk kampung Cikawung
memberi pupuk bagi tanamannya di sawah. Secara kebetulan hama
ganjur sudah lebih dulu berbiak. Akibatnya panen petani Cikawung
tadi tidak memuaskan. Kurangnya penyuluhan dan pengalaman
sebagian penduduk tadi membuat petani lesu menanami sawahnya
secara sungguh-sungguh.
Di luar berkebun palawija atau menanam padi, penduduk pada
umumnya mempunyai pohon kelapa. Kalaupun tidak, mereka tetap
masih menggantungkan hidupnya pada buah kelapa scbagai kuli
panjat -- dengan upah Rp 1,50 per kelapa sehingga setiap kuli
rata-rata mampu menyadap rejeki Rp 400 sehari. Sementara itu, 60
dari 718 keluarga penduduk, anteng hidup sebagai nelayan.
Mereka, sebagian besar berasal dari Sulawesi Selatan.
Masalah lain yang tak kurang menjadi momok bagi usaha penduduk
untuk menggarap sawah adalah babi. Satu di antara sekian jenis
hewan yang galib ada di pedesaan ini, apalagi di daerah cagar
alam, tak kalah sengit merusak tanaman petani di samping
berbagai hama lain seperti ganjur. Nawawi, salah seorang
penduduk, bukan saja sudah menyalami serangan babi terhadap
sawah dan berbagai jenis tanaman palawija di kebunnya, tapi
juga terhadap padi di lumbung di samping rumahnya sendiri.
Menurut Nurjen, babi-babi itu sangat galak. Sampai-sampai, bukan
saja pandai melompat pagar tapi juga "membuka pintu seperti
manusia."
Banteng dan rusa, menurut Nurjen bukan tidak pernah mengganggu
kehidupan penduduk. Tapi kedua mahluk hutan yang lain ini hanya
beraksi kadang-kadang saja. Lagi pula mudah di halau, katanya.
Lantas, bagaimana usaha penduduk memburu babi tadi? Selain
rata-rata sebagai orang Islam ragu-ragu menghadapinya, mereka
pun takut karena perburuan dilarang pemerintah yaitu Direktorat
PPA (Perlindungan dan Pengawetan Alam).
Dengan akan dijadikannya cagar alam Ujung Kulon menjadi Taman
Nasional, artinya lebih terbuka bagi umum, penduduk Taman Jaya
tetap belum dapat memecahkan masalah gangguan babi tadi. Tapi
Direktur PPA ir Loekito Daryadi, yang berkantor di Bogor, kepada
TEMPO mengatakan sudah memerintahkan Widodo Sukohadi Ramono
sebagai Kepala PPA Ujung Kulon dan Panaitan untuk memecahkan
masalah tersebut. Jadi, cerita selanjutnya, tunggu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini