Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sebuah Surau Dalam Memoar

Surau warisan kakek bung hatta di desa batuhampar berpengaruh cukup luas di kawasan sekitarnya, pembangunannya banyak dibantu para perantau. (ds)

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BATUHAMPAR, desa kecil di Sumatera Barat itu, amat berpengaruh dalam pembentukan pribadi Bung Hatta. Masuk wilayah Kabupaten 50 Kota, desa yang dihuni 4.000 jiwa ini terletak 117 km dari Padang, 15 km dari Payakumbuh. Di jantung desa itu datuk (kakek) Bung Hatta yaitu Syekh Abdul Rahman mendirikan sebuah surau yang kemudian berpengaruh cukup luas di kawasan sekitarnya. Dalam memoarnya Bung Hatta menulis: Berpuluh tahun kampung itu terkenal sebagai pusat pendidikan agama Islam. Dari seluruh Sumatera, juga Kalimantan dan Malaya, orang datang belajar ke sana. Kampung itu mulai terkenal sejak Datuk Syekh Abdul Rahman diakui sebagai ulama besar di situ. Beliau bukan saja seorang guru agama yang besar pengaruhnya, tetapi juga seorang ahli Tarikat Islam. Ia bercita-cita menjadikan Batuhampar sebagai pertahanan agama Islam, karena penyerbuan bangsa kulit putih ke Minangkabau sudah mendesak Islam ke pinggir. Bangunan surau itu sebenarnya lebih mirip sebagai masjid yang bagus. Dengan arsitektur gaya Timur Tengah, ada beberapa kubah di kanan, kiri dan tengah. Menaranya pun lumayan tinggi. Di sanalah setiap malam terutama di malam Jumat atau malam-malam bulan Ramadhan, sejak dulu hingga kini, ratusan orang mengikuti suluk. Yaitu semacam laku ibadah dengan membaca wirid atau doa-doa lain seperti lazimnya diajarkan oleh aliran kesufian Islam yang disebut tarikat. Ada pula sekelompok orang mengkaji tafsir AlQur'an. Di masa kanak-kanaknya, di sanalah agaknya pribadi Hatta digembleng, terutama setelah Syekh Abdul Rahman digantikan oleh putra sulungnya, Syekh Arsya, ayah gaek Hatta. Para Perantau Surau warisan kakek Hatta itu masih terpelihara hingga kini. Dan para syekhnya pun terus bergantian. Setelah Arsyad digantikan Arifin, muncul Darwisy dan terakhir kini Syekh Damrah Arsyadi, 55 tahun. Malah sejak 10 tahun terakhir, di samping sutau juga sudah berdiri madrasah Al-Manar baik tingkat ibtidaiyah (SD), tsanawiyah (SLP) mauan aliyah (SLA). Inilah satu-satunya madrasah di Batuhampar, sementara sebuah SD sudah berdiri di 3 jorong (dukuh) di desa itu. Untuk madrasah tersebut pemerintah membantu 4 tenaga guru. Adapun para murid, selain membayar uang sekolah Rp 1.000 sebulan juga menyumbang 1 liter beras. Dengan murid sekitar 300 orang, madrasah itu kini berkembang dari 3 menjadi 9 lokal. Dana pembangunannya tidak hanya dikumpulkan dari masyarakat setempat tapi juga dari para perantau yang tersebar di Medan, Padang atau Jakarta. Setiap kali berkunjung ke Batuhampar (terakhir 1976), Hatta sangat memperhatikan perkembangan Al-Manar dan masjidnya. Tapi proklamator lebih menyukai istilah "surau" yang dianggapnya lebih merakyat -- dan khas Sumatera Barat. Yang lebih menarik, surau Batuhampar ternyata punya peranan lain. "Di surau itu pula rembuk desa dilaksanakan," kata Drs. Aminuddin, anggota Fraksi PP di DPRD Sumatera Barat asal Batuhampar. Surau Batuhampar juga berfungsi sebagai ajang silaturahmi, yang semula dipelopori oleh Hatta sendiri. Setiap kali berkunjung ke sana, Hatta menggunakan surau tersebut sebagai tempat pertemuan dengan sanak familinya. Sekarang hal itu diteladani oleh tokoh-tokoh asal Batuhampar atau yang pernah belajar di surau itu. Bermalam di surau, berbincang perkara kehidupan beragama. Dan sebagainya. Empat tahun lalu ketika terakhir kali berkunjung ke Batuhampar Bung Hatta menekan tombol meresmikan listrik masuk desa bagi desa kelahirannya itu. Batuhampar merupakan desa pertama di Sum-Bar yang menerima aliran listrik setelah PLTA Batang Agam selesai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus