Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TENTARA Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB OPM menyatakan telah membunuh 17 pendulang emas ilegal di wilayah Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, sepanjang 6-9 April 2025. Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) itu mengklaim beberapa di antara pendulang emas itu adalah intelijen TNI yang menyamar.
Juru Bicara TPNPB OPM Sebby Sambom memperkirakan ada sekitar 100 orang penambang emas yang berada di wilayah Yahukimo. Kebanyakan dari mereka bukan merupakan Orang Asli Papua (OAP), sehingga mereka dianggap merupakan intel dari pemerintah. “Ya, kami bilang ya (intel),” ujarnya dalam rekaman suara yang dia kirimkan kepada Tempo pada Kamis, 10 April 2025.
Sebby mengatakan TPNPB OPM Kodap XVI Yahukimo menyatakan siap mengeksekusi mati siapa pun yang menyamar sebagai tukang ojek, pendulang emas, tukang bangunan, dan lainnya di wilayah konflik bersenjata. Sebab, kata dia, mereka adalah bagian dari agen intelijen militer pemerintah Indonesia yang menyamar sebagai pekerja sipil untuk memata-matai.
Karena itu, dia mengingatkan kepada para warga pendatang di Papua segera meninggalkan lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai zona perang oleh TPNPB OPM atau kelompok kriminal bersenjata (KKB). Sebab bila tidak, kata dia, mereka bisa saja dianggap bagian dari infiltran dan menjadi sasaran dari TPNPB OPM.
Berikut sejumlah alasan dan klaim TPNPB OPM untuk menyerang serta membunuh para pendulang emas di Kabupaten Yahukimo.
Intel TNI Menyamar Jadi Pendulang Emas
TPNPB OPM memberikan alasan membunuh para pendulang emas ilegal di Kabupaten Yahukimo. “Kami menyatakan pendulang emas, PNS, guru-guru, dan tenaga kesehatan yang berada di wilayah konflik bersenjata di tanah Papua adalah bagian dari militer pemerintah Indonesia yang menyamar sebagai pekerja sipil,” tutur Sebby Sambom.
Karena itu, kata dia, pembunuhan belasan anggota intelijen militer pemerintah Indonesia tersebut sebagai peringatan penting. Ancaman itu dilayangkan kepada semua pekerja tambang ilegal di Papua agar segera angkat kaki. “Karena kami meyakini Anda (mereka) adalah bagian dari pasukan cadangan militer pemerintah Indonesia yang dikirim ke tanah Papua,” kata dia.
Menanggapi klaim TPNPB OPM itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan KKB sengaja menyebar berita hoaks bahwa anggota TNI yang mereka bunuh menyamar menjadi pendulang emas. TNI menyebutkan KKB melakukan itu untuk menghindari tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Dia (KKB) berpura-pura bahwa itu (korban) militer. Kenapa dia bilang itu militer? Supaya dia (KKB) terlepas dari tuduhan bahwa dia (KKB) sebagai pelanggar hak asasi manusia,” kata Kristomei saat ditemui di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 9 April 2025, seperti dikutip dari Antara.
Kristomei menuturkan penyebaran berita hoaks itu dilakukan demi menyembunyikan tindakan KKB yang kerap melakukan kekerasan kepada masyarakat sipil. Selain itu, kata dia, KKB juga kerap menyebarkan berita hoaks untuk menyebar teror sehingga masyarakat setempat ketakutan. Dia berharap masyarakat tidak terkecoh dengan propaganda pihak KKB.
Sebelumnya, Komandan Kodim 1715/Yahukimo Letkol Inf Tommy Yudistyo juga membantah pendulang emas yang menjadi korban pembunuhan KKB tersebut adalah anggota TNI. “Korban dipastikan bukan anggota TNI sehingga apa yang dinyatakan KKB adalah berita hoaks, bohong, atau tidak benar,” kata Tommy dihubungi dari Jayapura, Rabu.
Pendulang Emas Ilegal Masuk ke Papua Sejak 2017
Sebby menyebutkan para pendulang emas ilegal telah menetap di Papua sejak 2017. Menurut dia, pendulang emas ilegal itu berada di Distrik Korowai dan Distrik Baya Biru, pedalaman Papua.
Dia mengatakan para pendulang emas ilegal itu bukan orang asli Papua. Mereka merupakan pendatang dari berbagai pulau di Indonesia. Dia mengklaim para pendulang emas itu bagian dari agen militer Indonesia.
TNI-Polri Bersekongkol dalam Tambang Emas Ilegal di Papua
TPNPB OPM menduga ada keterlibatan instansi TNI dan Polri dalam aktivitas pertambangan ilegal di Distrik Korowai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Andil aparat dalam kegiatan terlarang itu disebut telah berlangsung sejak 2017.
“Mereka dibeking oleh tentara dan polisi Indonesia menurunkan ekskavator dan buldoser di Korowai,” kata Sebby Sambom lewat rekaman suara yang dia kirimkan ke Tempo pada Jumat, 11 April 2025.
Sebby menyebutkan pihaknya memiliki bukti kuat terkait persekongkolan tersebut. Dia bahkan menyatakan siap membuktikan tuduhan-tuduhan yang dia keluarkan tersebut di ruang pengadilan. “Kami bisa memberikan bukti-bukti ini di pengadilan internasional kalau pemerintah Indonesia mau,” ucapnya.
Menurut Sebby, aktivitas pertambangan emas ilegal sendiri pertama kali dilakukan di tanah Papua pada 2017. Dua tahun setelahnya atau pada 2019, TPNPB OPM kemudian menyerang para penambang emas ilegal tersebut. “Melihat itu, tahun 2019 akhirnya pasukan TPNPB OPM bantai semua (penambang emas ilegal) itu karena mereka menghancurkan hutan,” ujar Sebby.
Namun, setelah insiden itu, aktivitas pertambangan emas ilegal justru kembali dilakukan. Hal tersebut yang membuat TPNPB OPM kembali meradang. “Logikanya, orang sudah diusir datang lagi, mereka cari apa? Prinsipnya mereka pencuri, wajib hukumnya dibunuh, dipotong kaki atau tangan supaya tidak mencuri lagi,” tutur Sebby.
Karena itu, Sebby ragu aparat akan menindak tegas bisnis ilegal tersebut. Dia bahkan menantang TNI dan Polri menghentikan aktivitas tambang emas ilegal dan memberikan hukuman yang sesuai bagi para pelaku.
Penambang Emas di Yahukimo Punya Pistol
TPNPB OPM juga mengklaim para penambang emas ilegal di wilayah Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, memiliki senjata api. Bahkan, TPNPB OPM menyatakan sempat menyita salah satu pistol yang dimiliki oleh para penambang emas tersebut pada 2019. “Waktu pemeriksaan, mereka ternyata memiliki pistol. Kami ada sita satu pistol,” ujar Sebby.
Sebby menuturkan mereka juga sempat menyerang warga Papua dengan berbekal pistol yang mereka miliki. “Mereka sempat bunuh tujuh orang, termasuk potong kepala satu orang,” kata dia.
Menurut Sebby, tindakan yang penambangan emas ilegal di wilayah tersebut juga didukung oleh TNI dan Polri. Oleh karena itu, TPNPB OPM memutuskan untuk menyerang mereka.
Siap Bunuh Setiap Pendatang yang Tinggal di Zona Perang
TPNPB OPM menyatakan siap menyerang dan membunuh setiap warga pendatang yang tinggal tanah Papua. Terutama bagi para pendatang yang bermukim di daerah yang telah ditetapkan sebagai zona perang oleh TPNPB OPM. “Imigran itu bukan kami punya orang, jadi siap bunuh kapan saja,” kata Sebby, Jumat.
Menurut Sebby, para warga pendatang tersebut sama seperti pemerintah Indonesia yang datang hanya untuk menjajah warga Papua. Salah satunya adalah para penambang emas ilegal yang mencuri kekayaan alam dan merusak ekosistem hutan di Papua. “Kami tidak butuh Anda, tidak peduli. Sikat habis. Kami sudah bilang, bunuh terus,” ucapnya.
Pemerintah Indonesia, kata Sebby, tidak pernah mau mengakui kemerdekaan bangsa Papua sejak 60 tahun lalu. Bukannya membuka pintu dialog, pemerintah justru terus menambah personel militer untuk bertugas di Papua. “Jadi sekarang kita akan main kasar untuk usir Indonesia. Harus main kasar baru bisa usir,” kata dia.
Sebby menjelaskan TPNPB OPM sudah menjalankan ketentuan hukum perang internasional dengan memberikan waktu pada warga sipil untuk keluar dari zona perang. Wilayah-wilayah yang ditetapkan menjadi zona perang juga sudah diumumkan secara resmi ke publik. “Amankan warga dulu, baru perang di wilayah itu. Kami sudah lakukan itu,” ujar Sebby.
Vedro Imanuel Girsang, Amelia Rahima Sari, Novali Panji Nugroho, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Alasan Anggota DPR Dukung Ide Prabowo Evakuasi Warga Gaza
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini